Bahaya Doom Spending dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog

Reporter

Antara

Kamis, 10 Oktober 2024 20:40 WIB

Ilustrasi belanja / masyarakat kelas menengah. ANTARA/Puspa Perwitasari

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog Novi Poespita Candra mengingatkan perilaku doom spending atau belanja berlebihan bisa membahayakan kalau tidak segera disadari dan diatasi. Menurut lulusan Universitas Gadjah Mada itu, orang yang melakukan doom spending biasanya sedang stres, cemas, bosan, atau kesepian.

"Doom spending jika tidak disadari akan sangat berbahaya. Orang yang mengalami doom spending biasanya sedang mengalami stres, kecemasan, kebosanan, atau bahkan kesepian," jelasnya, Kamis, 10 Oktober 2024.

Menurutnya, orang yang belanja impulsif dan berlebihan biasanya ingin mendapatkan kebahagiaan dengan mencari kesenangan atau kepuasan sementara. Ia mungkin menjadikan kesenangan dari perilaku demikian sebagai penutup rasa sakit atau masalah yang sedang dihadapi.

Sayangnya, kondisi ini juga bisa membuat orang ingin terus melakukan tindakan-tindakan yang membuat mereka merasakan kepuasan. Karena itu, Novi menyarankan orang yang terindikasi melakukan doom spending berusaha melatih diri untuk menemukan kebahagiaan dan ketenangan dengan cara yang sehat.

"Manusia yang bahagia bukan yang selalu senang, tapi yang punya kecerdasan memaknai dengan positif setiap peristiwa, baik senang ataupun sedih," paparnya.

Advertising
Advertising

Cari kebahagiaan lain
Novi menjelaskan kebahagiaan bisa hadir saat melakukan atau mempelajari hal baru. Pencapaian dalam melakukan aktivitas dan kegiatan pembelajaran baru bisa menghadirkan kebahagiaan. Menurutnya, interaksi dan hubungan baik dengan keluarga dan teman serta kegiatan sosial juga bisa mendatangkan kebahagiaan. Kesenangan dan kepuasan yang hadir secara alami melalui kegiatan-kegiatan semacam itu akan lebih bermakna.

"Jika manusia bisa menemukan kebahagiaan sejati dengan kesadaran diri maka ia tidak akan mencari kesenangan dengan cara mengejar kehedonan dengan dopamine hit," ujar Novi.

Dopamin adalah neurotransmitter yang mengirimkan pesan antarsel saraf. Peran senyawa kimia ini dalam fungsi otak mencakup kontrol gerakan, emosi, pembelajaran, memori, dan penyelesaian masalah. Kadar dopamin yang tinggi dapat menyebabkan kesulitan dalam mengendalikan impuls. Akibatnya, orang mungkin mengambil tindakan yang kemudian disesali atau melakukan tindakan agresif.

Sementara itu, psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia, Kasandra Putranto, mengatakan tampilan iklan dan konten di platform media sosial dapat memicu perilaku konsumtif. "Platform e-commerce dan iklan digital dapat mendorong konsumerisme digital," katanya.

Dia mengatakan perlunya mengenali pemicu emosional yang membuat orang belanja secara impulsif dan berlebihan, termasuk membeli barang atau jasa yang sebenarnya tidak diperlukan. Untuk mencegah perilaku belanja yang impulsif dan berlebihan orang juga perlu menetapkan batasan dan prioritas pengeluaran serta mencari cara untuk mengelola stres dan emosi.

"Tetapkan batasan pengeluaran berdasarkan prioritas dan pastikan memiliki dana darurat untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. Cari bantuan profesional jika merasa tidak bisa mengelola stres dan emosi diri sendiri," sarannya.

Pilihan Editor: Apa Itu Doom Spending yang Dilakukan Gen Z dan Milenial?

Berita terkait

Kenali Ragam Jenis Penyakit Asma, Penyebab, dan Gejalanya

15 jam lalu

Kenali Ragam Jenis Penyakit Asma, Penyebab, dan Gejalanya

Meskipun banyak orang mengenal asma sebagai satu jenis penyakit, sebenarnya terdapat berbagai jenis asma dengan pemicu, gejala, yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Destinasi Kuliner dan Belanja di Causeway Bay Hong Kong

1 hari lalu

Destinasi Kuliner dan Belanja di Causeway Bay Hong Kong

Di Causeway Bay, wisatawan dapat menikmati beragam kuliner global dan menyusuri beragam gerai mewah dan lokal.

Baca Selengkapnya

Penyebab Orang Marah pada Pasangan saat Lelah

2 hari lalu

Penyebab Orang Marah pada Pasangan saat Lelah

Meski bukan perilaku yang baik, memarahi pasangan sebenarnya bagian dari respons manusia ketika sedang stres atau lelah.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Pohon Mangga Tidak Berbuah

2 hari lalu

5 Penyebab Pohon Mangga Tidak Berbuah

Berikut sejumlah penyebab pohon mangga tidak berbuah.

Baca Selengkapnya

Menperin: Realisasi Belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda untuk Produk Dalam Negeri Baru 41,7 Persen

2 hari lalu

Menperin: Realisasi Belanja Kementerian, Lembaga dan Pemda untuk Produk Dalam Negeri Baru 41,7 Persen

Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut realisasi belanja kementerian/lembaga dan Pemda untuk produk dalam negeri tahun ini masih rendah.

Baca Selengkapnya

Memasak sebagai Upaya Menjaga Kesehatan Mental

2 hari lalu

Memasak sebagai Upaya Menjaga Kesehatan Mental

Aktivitas memasak bermanfaat untuk kesehatan mental, seperti meredakan stres dan kecemasan

Baca Selengkapnya

Tips Redakan Kecemasan dan Stres di Masa Perimenopause

3 hari lalu

Tips Redakan Kecemasan dan Stres di Masa Perimenopause

Berikut macam kebiasaan yang bisa membantu meredakan kecemasan dan stres di masa perimenopause, tetap aktif sepanjang hari.

Baca Selengkapnya

Kaitan Stres Bisa Membuat Rambut Beruban

6 hari lalu

Kaitan Stres Bisa Membuat Rambut Beruban

Masih terlalu dini untuk mengetahui apakah mengurangi stres dapat memperlambat atau membalikkan munculnya uban prematur.

Baca Selengkapnya

Jual Paket Wisata Murah di Korea Selatan, Banyak Pemandu Paksa Turis Belanja

8 hari lalu

Jual Paket Wisata Murah di Korea Selatan, Banyak Pemandu Paksa Turis Belanja

Sebagian besar paket wisata memprioritaskan belanja, sehingga wisatawan tidak punya banyak waktu untuk merasakan budaya Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Doom Spending yang Dilakukan Gen Z dan Milenial?

8 hari lalu

Apa Itu Doom Spending yang Dilakukan Gen Z dan Milenial?

Masyarakat lakukan doom spending untuk menghadapi stres, kecemasan, atau kekhawatiran banyak dilakukan Gen Z dan milenial.

Baca Selengkapnya