Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Apa Itu Doom Spending yang Dilakukan Gen Z dan Milenial?

image-gnews
Ilustrasi belanja / masyarakat kelas menengah.  ANTARA/Puspa Perwitasari
Ilustrasi belanja / masyarakat kelas menengah. ANTARA/Puspa Perwitasari
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam situasi ketidakpastian ekonomi, perilaku doom spending atau pengeluaran berlebihan akibat stres dan kecemasan sering terjadi. Fenomena ini melibatkan pengeluaran impulsif untuk barang-barang yang tidak diperlukan sebagai pelarian dari kekhawatiran, meskipun kondisi keuangan tidak mendukung. 

Dilansir dari Psychology Today, Hal ini tampak berlawanan dengan intuisi, seperti yang ditunjukkan oleh survei terbaru dari Qualtrics dan Intuit Credit Karma, di mana 27 persen responden mengaku mengeluarkan uang untuk hal yang tidak diinginkan, dan 32 persen mengambil lebih banyak utang dalam enam bulan terakhir.

Tahun 2023 telah ditandai oleh berbagai krisis, mulai dari ketidakstabilan ekonomi hingga perubahan iklim dan ketidakpastian politik. Semua ini berkontribusi pada kecemasan banyak orang, terutama generasi muda seperti milenial dan Gen Z. Sebagai respons, mereka mengalihkan perasaan cemas tersebut dengan berbelanja sebagai upaya untuk meredakan tekanan emosional, meskipun hal ini bisa membawa dampak buruk pada kondisi keuangan pribadi.

Namun, pengeluaran untuk bencana hanyalah sebuah teori yang mungkin tidak sepenuhnya menjelaskan semua statistik di atas. Fokus pada pengeluaran untuk bencana bisa jadi hanya cara lain untuk menyalahkan konsumen atas pengetatan ekonomi yang, pada akhirnya, berada di luar kendali mereka. Misalnya, survei Credit Karma menunjukkan bahwa 47 persen orang Amerika melaporkan bahwa jumlah tabungan mereka menurun dalam enam bulan terakhir, dengan 52 persen memiliki tabungan kurang dari $2.000, termasuk 22% yang tidak memiliki tabungan sama sekali.

Artikel dari Credit Karma mengaitkan pengeluaran untuk barang-barang yang tidak penting dengan dampak dari kebiasaan konsumsi ini. Namun, bisa jadi faktor-faktor yang lebih mendasar memicu pengeluaran tersebut. Jika ini benar, ini bukan pertama kalinya kita melihat konsep tren mengaburkan penyebab sebenarnya di balik ketidakstabilan ekonomi.

Meningkatnya fokus pada kegagalan karyawan untuk kembali sepenuhnya ke kantor menciptakan istilah "coffee badging," meskipun kemudian diketahui bahwa seperempat eksekutif C-suite berharap karyawan mereka berhenti karena terpaksa kembali ke kantor.

Perilaku ini mirip dengan mencoba menyelesaikan masalah kekurangan uang dengan membelanjakan lebih banyak uang, yang justru memperburuk situasi. Contoh yang nyata adalah konsumsi massal yang terjadi saat Black Friday dan Cyber Monday, di mana pengeluaran mencapai rekor tertinggi meskipun kekhawatiran akan inflasi meningkat.

Doom spending seringkali memberikan kepuasan instan, tetapi efeknya jangka panjangnya justru dapat memperburuk masalah keuangan. Pengeluaran berlebihan, terutama untuk hal-hal yang tidak diperlukan, dapat meningkatkan utang dan mempersempit ruang gerak finansial seseorang. Lebih jauh, ketergantungan pada pengeluaran sebagai mekanisme koping emosional bisa menyebabkan lingkaran setan, di mana semakin banyak pengeluaran, semakin besar pula tekanan finansial yang dirasakan.

Dalam konteks yang sama, fenomena "berhenti dengan tenang" muncul, di mana karyawan melakukan tugas minimum untuk mengatasi stres. Meskipun istilah ini memiliki konotasi negatif, banyak perdebatan tentang apakah hal itu harus dianggap sebagai kegagalan moral karyawan atau langkah menuju keseimbangan kerja-kehidupan yang lebih baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai solusi, banyak ahli merekomendasikan untuk beralih dari "doom spending" ke "doom saving." Alih-alih mengeluarkan uang untuk barang-barang yang mungkin hanya memberikan kenyamanan sementara, Anda bisa memilih untuk menyimpan uang atau melakukan aktivitas yang tidak memerlukan biaya besar. Beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi stres tanpa belanja berlebihan antara lain:

1. Berjalan-jalan di alam: Menghabiskan waktu di alam dapat menenangkan pikiran dan membantu meredakan kecemasan.

2. Menjauhi perangkat elektronik dan media sosial: Media sosial seringkali menambah tekanan sosial untuk berbelanja, sehingga mengambil jeda dari dunia digital bisa bermanfaat.

3. Berolahraga: Aktivitas fisik seperti jogging atau yoga bisa menjadi pengalih perhatian yang positif tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

4. Meditasi dan mindfulness: Teknik meditasi dapat membantu menenangkan pikiran dan meningkatkan kesadaran diri, tanpa perlu membayar biaya mahal.

MYESHA FATINA RACHMAN  I TECH.CO  I  BLOOMBERG

Pilihan Editor: Apa Itu Doom Spending yang Disebut sebagai Pemicu Kemiskinan pada Gen Z

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jangan Sampai Kecanduan, Pentingnya Pahami Dampak Positif dan Negatif Media Sosial

9 jam lalu

Foto ilustrasi sosial media. Dok. Freepik
Jangan Sampai Kecanduan, Pentingnya Pahami Dampak Positif dan Negatif Media Sosial

Penting bagi pengguna untuk bijak menggunakan media sosial agar dapat terhindar dari dampak negatif yang timbul, seperti kecanduan, penyebaran hoaks.


Mentan Amran Sulaiman Sebut Petani Milenial akan Berpendapatan Rp 20 Juta per Bulan: Di Atas Gaji Menteri

21 jam lalu

Kementerian Pertanian mengembangkan varietas unggul padi Cakrabuana Agritan di Kabupaten Merauke, Papua Selatan. Dok. Kementan
Mentan Amran Sulaiman Sebut Petani Milenial akan Berpendapatan Rp 20 Juta per Bulan: Di Atas Gaji Menteri

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berusaha menggaet generasi milenial agar mau bekerja di sektor pertanian. Janjikan pendapatn di atas Rp 20 juta.


Mengenali Fungsi Beragam Fitur Instagram

1 hari lalu

Logo baru Instagram. Instagram
Mengenali Fungsi Beragam Fitur Instagram

Seiring makin populernya Instagram, media sosial ini terus mengembangkan fitur


Saran Pakar untuk Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

1 hari lalu

Ilustrasi anak-anak yang sedang membuka media sosial atau sosmed (Foto: Pexels)
Saran Pakar untuk Kembangkan Kecerdasan Emosional Anak

Kecerdasan emosional anak bisa dibangun dengan membiarkannya mengekspresikan perasaan dalam suasana santai dan ramah. Simak saran lainnya.


Kisah Guru Honorer di Sukabumi: Menyambi Jadi Pemulung Untuk Menyambung Hidup

1 hari lalu

Ribuan guru honorer se-Indonesia berunjukrasa di depan gedung DPR/MPR-RI Jakarta,  (19/01). Mereka menuntut untuk segera diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). TEMPO/Wahyu Setiawan
Kisah Guru Honorer di Sukabumi: Menyambi Jadi Pemulung Untuk Menyambung Hidup

Seorang guru honorer di Sukabumi memutuskan untuk memulung untuk mencari penghasilan tambahan.


Pentingnya Literasi Media Sosial bagi Kesehatan Mental, Ini Kata Kemenkes

2 hari lalu

Ilustrasi video viral atau media sosial. Shutterstock
Pentingnya Literasi Media Sosial bagi Kesehatan Mental, Ini Kata Kemenkes

Media sosial diidentifikasi sebagai salah satu pemicu masalah kesehatan mental. Kemenkes sebut enyebut pentingnya literasi.


Psikiater Ungkap Pemicu Gen Z Rentan Alami Gangguan Mental

2 hari lalu

Ilustrasi stres/bingung. Shutterstock.com
Psikiater Ungkap Pemicu Gen Z Rentan Alami Gangguan Mental

Gen Z merupakan kaum yang rentan terkena gangguan mental yang dipengaruhi banyak hal, termasuk pola asuh, lingkungan, dan kemajuan zaman.


Ini Alasan Olahraga Dapat Meningkatkan Daya Ingat

3 hari lalu

Ilustrasi dua orang sedang berolahraga (Sumber: freepik)
Ini Alasan Olahraga Dapat Meningkatkan Daya Ingat

Berikut tiga alasan olahraga dapat membantu meningkatkan memori atau daya ingat.


5 Kiat Memulai Jualan Online

3 hari lalu

Jualan online. Foto: Canva
5 Kiat Memulai Jualan Online

Jualan online juga salah satu cara bagi orang-orang yang menginginkan penghasilan tambahan


Bahaya Doom Spending dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog

4 hari lalu

Ilustrasi belanja / masyarakat kelas menengah.  ANTARA/Puspa Perwitasari
Bahaya Doom Spending dan Cara Mengatasinya Menurut Psikolog

Psikolog menjelaskan orang yang melakukan doom spending biasanya sedang stres, cemas, bosan, atau kesepian dan jika tidak disadari sangat berbahaya.