Cara Kembali Tidur Setelah Mimpi Buruk, Apa Penyebab 'Teror Malam'?
Reporter
Michelle Gabriela
Editor
S. Dian Andryanto
Jumat, 1 November 2024 06:31 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pernahkah Anda terbangun dengan napas terengah-engah dan keringat dingin di tengah malam? Jam mungkin baru menunjukkan pukul 4 pagi, tetapi sisa-sisa mimpi buruk masih membayangi.
Banyak orang percaya mimpi buruk membawa pesan khusus, mulai dari peringatan bencana hingga tanda dari orang yang sudah tiada. Namun, bagi dunia sains, mimpi buruk lebih sering dianggap sebagai manifestasi ketakutan, stres, atau konflik emosional yang tak terselesaikan.
Mengapa Mimpi Buruk Terjadi?
Menurut Dr. Alla Demutska, Direktur Klinis Konseling dan Psikoterapi di The School of Positive Psychology, mimpi buruk muncul saat otak mengolah pengalaman emosional kuat seperti ketakutan atau kecemasan. “Mimpi buruk erat kaitannya dengan gejolak emosi atau masalah kesehatan mental seperti PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), kecemasan, dan depresi,” ujarnya. Ini adalah cara pikiran memproses konflik psikologis yang belum tuntas seperti dilansir dari CNA Health.
Selama tidur, kita melalui empat tahapan, yaitu tiga tahap tidur non-REM (NREM) yang bergerak dari tidur ringan hingga dalam, serta tahap tidur REM. Dr Amanda Chan dari National University Hospital menjelaskan bahwa aktivitas mental dapat muncul di semua tahapan tidur, namun mimpi paling jelas terjadi pada tahap REM, yang dimulai sekitar 90 menit setelah kita tertidur. Pada tahap ini, bagian otak yang mengolah emosi dan ingatan bekerja aktif.
Orang yang sering terbangun di malam hari atau tidur ringan cenderung mengingat mimpi buruk lebih sering. "Mimpi buruk yang sangat emosional bisa membuat seseorang terbangun dengan perasaan takut," kata Adrian Lau, psikolog di Mount Elizabeth Hospital. Penelitian juga menunjukkan bahwa usia memengaruhi intensitas mimpi buruk; prevalensinya tinggi pada usia 20-39 dan menurun seiring bertambahnya usia, namun bisa meningkat kembali pada usia 70-an karena faktor-faktor seperti kesehatan fisik atau depresi.
Apa Bedanya Mimpi Buruk dengan Teror Malam?
Teror malam, yang sering dialami anak-anak, terjadi selama tidur dalam pada tahap NREM, sehingga penderitanya sulit dibangunkan. “Pada orang dewasa, teror malam jarang terjadi, mungkin karena mereka lebih mampu mengelola pengalaman emosional yang mengganggu,” ujar Dr Chan. Namun, sekitar 2 persen orang dewasa tetap mengalami teror malam, dan sering kali tidak sadar bahwa mereka berteriak atau tidur sambil berjalan.
Kapan Mimpi Buruk Menjadi Masalah?
Jika gangguan tidur akibat mimpi buruk menyebabkan kelelahan di siang hari, inilah saatnya mencari bantuan. Alangkah baiknya jika Anda menemui dokter jika mimpi buruk terjadi lebih dari seminggu. Mimpi buruk juga bisa menjadi tanda PTSD yang memerlukan bantuan psikologis untuk mengatasi trauma.
D. Demutska menambahkan bahwa frekuensi mimpi buruk lebih dari sekali seminggu, rasa cemas saat hendak tidur, atau upaya menghindari tidur adalah tanda bahwa seseorang membutuhkan bantuan medis. Dr Chan menyebutkan mimpi buruk berulang dengan tema ancaman atau ketidaknyamanan yang kuat juga layak diperhatikan.
Cara Kembali Tidur Setelah Mimpi Buruk
Untuk bisa tidur lagi dengan nyaman, ganti pakaian jika basah oleh keringat, dan lakukan pernapasan dalam untuk merelaksasi tubuh, saran Dr Demutska. Keluar dari kamar sejenak atau membaca bahan bacaan yang ringan juga bisa membantu mengalihkan pikiran. Dr Chan mengingatkan agar menghindari cahaya terang jika harus melihat jam karena bisa mengganggu produksi melatonin.
Apakah Mimpi Buruk Bisa Dicegah?
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah mimpi buruk, ada beberapa kebiasaan yang bisa membantu tidur lebih nyenyak. Menghindari konten yang intens sebelum tidur, menjaga rutinitas tidur yang konsisten, dan melakukan aktivitas menenangkan seperti membaca atau meditasi adalah langkah-langkah yang dapat dicoba. Dr Chan juga menyarankan untuk memperhatikan konsumsi alkohol, kafein, dan nikotin yang bisa bertahan di dalam tubuh selama lebih dari 12 jam dan sering mengganggu pola tidur.
MICHELLE GABRIELA I CNA LIFE STYLE
Pilihan Editor: Sering Mimpi Buruk Bisa Jadi Tanda Penyakit Autoimun, Kok Bisa?