Dari Sirosis ke Kanker Hati  

Reporter

Editor

Rabu, 7 Oktober 2009 07:46 WIB

TEMPO/Dimas Aryo

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ada banyak jalan virus hepatitis C (VHC) bersarang di hati seseorang, dari lewat jarum suntik narkoba, jarum untuk membuat tato yang tidak steril, menindik, hingga hubungan seksual yang tidak aman. Virus ini juga mengintai pasien cuci darah atau hemodialisis, terlebih bagi mereka yang memakai produk darah yang belum diskrining VHC.

"Tenaga medis juga termasuk kelompok berisiko akibat kontaminasi alat medis," ujar Dr Unggul Budihusodo, SpPD-KGEH, Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, saat Seminar Permasalahan hepatitis C di Indonesia di Jakarta, Selasa pekan lalu.

Virus hepatitis C amat variatif secara genetik. Virus ini memiliki angka mutasi atau perubahan genetik yang tinggi sehingga tidak dikenali oleh antibodi tubuh. Hal itu ditambah dengan tingginya produksi VHC, yang memastikan munculnya beragam generasi VHC. Akibatnya, belum ada vaksin yang berhasil dibuat untuk mencegah infeksi VHC pada manusia.

Yang menarik, menurut Unggul, perjalanan alamiah infeksi VHC pada perempuan ternyata berjalan lebih lambat ketimbang pada pria. Sama halnya perjalanan infeksi pada orang berusia muda yang lebih lambat daripada orang tua. "Batasan usia muda itu kurang-lebih di bawah usia 20 tahun, sedangkan yang tua adalah di atas 30 tahun," kata Unggul.

Ia menambahkan, yang mempercepat proses itu, misalnya, ada infeksi tambahan dari virus hepatitis B atau HIV. "Lebih tepat, kalau sudah kena VHC, jangan sampai kena yang B dan A, serta jangan minum alkohol," tuturnya.

Berita baiknya adalah penularan VHC dari orang ke orang diketahui persentasenya mendekati nol. "Kurang dari 1 persen," Unggul menambahkan. Ini berbeda dengan hepatitis B, yang lebih mudah menulari orang, terutama dalam keluarga. Sebab, VHC tidak menular melalui bersin, memeluk, batuk, makanan, air, peralatan makan, dan kontak biasa.

Di Indonesia, jumlah penderita hepatitis C mencapai 7 juta jiwa. Sedangkan di seluruh dunia penderitanya sekitar 170 juta orang.

Menurut para ahli, virus ini tidak menimbulkan gejala khusus (silent disease). Penderitanya bisa saja tidak menyadari ada VHC di dalam tubuhnya. Padahal komplikasi jangka panjang akibat penyakit ini bisa menyebabkan kematian. "Biasanya pasien meninggal setelah tahapan terkena sirosis dan berkembang menjadi kanker hati," ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Secara medis, sirosis merupakan proses lanjutan penyakit hati yang merusak struktur dan fungsi hati. Dan pencangkokan hati dinilai efektif pada penderita yang sirosisnya telah akut. Asalkan, Unggul menggarisbawahi, pasien mesti menjauhi alkohol sehingga hati yang dicangkokkan tidak mengalami sirosis kembali.

Standar emas terapi VHC saat ini adalah kombinasi pegylated interferon alfa (obat suntik) dan ribavirin (tablet). Cukup disuntik sekali sepekan ditambah meminum obat tablet. Kombinasi ini memberikan angka kesembuhan lebih tinggi ketimbang yang konvensional, yakni obat tablet saja.

Obat-obat ini diberikan sesuai dengan berat badan pasien, yaitu dengan dosis 1,5 µg per kilogram berat badan. Durasi terapi tergantung genotipe VHC-nya. "Kalau genotipe 1, terapinya selama satu tahun, sedangkan jika genotipenya 2 dan 3, terapi dilakukan cuma 6 bulan," ujar Unggul. Genotipe VHC tercatat dari 1 hingga 6.

Virus VHC tipe 1 diketahui paling bandel, tapi justru banyak diderita pasien. Peluang kesembuhan orang dengan VHC tipe 1 sekitar 40 persen. Sementara itu, VHC tipe 2 dan 3 peluang kesembuhannya mencapai 80 persen. Kemudian dari faktor manusianya, pasien perempuan dan orang muda lebih mudah disembuhkan. Bahkan pada anak-anak muda tingkat kesembuhannya mendekati 100 persen.

Sayangnya, harga obat terapi masih cukup mahal. Profesor Dr H Ali Sulaiman, PhD, SpPD-KGEH, mengatakan satu kali injeksi biayanya mencapai Rp 2 juta. "Tinggal dihitung saja, kalau dalam setahun, bisa seharga satu mobil Kijang Innova," kata staf Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.

Sementara itu, berdasarkan survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia, menurut Andi Muhaidin, Direktur Sepimkesma Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, ditemukan bahwa karyawan swasta ternyata lebih banyak menderita penyakit hepatitis C ketimbang profesi lain, misalnya, pegawai negeri.

Untuk itu, setiap individu--terutama kelompok berisiko--harus melakukan checkup untuk mengetahui keberadaan VHC di dalam tubuhnya. "Lebih bagus saat usia muda ditemukan, ketimbang (diketahui) saat usia 40, yang lebih sulit disembuhkan," ujar Unggul.

HERU TRIYONO

Berita terkait

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

1 hari lalu

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

Bayi wajib melakukan imunisasi untuk mencegah bahaya kesehatan, terutama ketika berusia 1-2 bulan. Lantas, apa saja jenis imunisasi yang wajib dilakukan bayi?

Baca Selengkapnya

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

26 hari lalu

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

Hepatitis B menyebabkan 83 persen kematian dan hepatitis C menyumbang 17 persen di dunia.

Baca Selengkapnya

Bahaya Sabu yang Dikonsumsi Ammar Zoni dalam Tiga Kasus Narkoba

16 Desember 2023

Bahaya Sabu yang Dikonsumsi Ammar Zoni dalam Tiga Kasus Narkoba

Ketiga kalinya Ammar Zoni kembali lagi terciduk mengonsumsi narkoba jenis sabu. Ini bahaya mengonsumsinya bagi kesehatan.

Baca Selengkapnya

Kebiasan Begadang dan Risiko Kerusakan Hati

4 Oktober 2023

Kebiasan Begadang dan Risiko Kerusakan Hati

Sejumlah penelitian membuktikan kebiasaan begadang dapat menimbulkan risiko kerusakan hati. Salah satunya hati tidak mampu lagi menyaring racun.

Baca Selengkapnya

Memahami Gagal Hati, Penyakit yang Merenggut Nyawa Steve Harwell

5 September 2023

Memahami Gagal Hati, Penyakit yang Merenggut Nyawa Steve Harwell

Penyanyi Steve Harwell meninggal karena gagal hati akut. Berikut penjelasan lebih jauh tentang penyakit yang menghilangkan fungsi liver ini.

Baca Selengkapnya

Cara Mencegah Penularan Hepatitis B dari Ibu ke Anak

31 Juli 2023

Cara Mencegah Penularan Hepatitis B dari Ibu ke Anak

Pemerintah melakukan berbagai langkah penanggulangan untuk mengurangi risiko penularan hepatitis B dari ibu ke anak. Berikut caranya.

Baca Selengkapnya

Hepatitis B Banyak Ditularkan dari Ibu ke Anak, Begini Penjelasannya

30 Juli 2023

Hepatitis B Banyak Ditularkan dari Ibu ke Anak, Begini Penjelasannya

Di Indonesia, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, kebanyakan kasus hepatitis B ditularkan dari ibu ke anak.

Baca Selengkapnya

Lengkap, Kenali Perbedaan Hepatitis A, B, dan C

29 Juli 2023

Lengkap, Kenali Perbedaan Hepatitis A, B, dan C

Hepatitis A, umumnya bergejala khas akan tetapi dapat sembuh sendiri dengan penanganan yang tepat. Bagaimana dengan hepatitis B, dan hepatitis C?

Baca Selengkapnya

Penularan Hepatitis B Dominan dari Ibu ke Anak

28 Juli 2023

Penularan Hepatitis B Dominan dari Ibu ke Anak

Kemenkes mengatakan hepatitis B di Indonesia sebagian besar ditularkan dari ibu ke anak dan salah satu penyebab tingginya prevalensi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Hepatitis Sedunia dan Perlunya Langkah Nyata Pengentasan lewat UU Kesehatan

28 Juli 2023

Hari Hepatitis Sedunia dan Perlunya Langkah Nyata Pengentasan lewat UU Kesehatan

Di Hari Hepatitis Sedunia, pakar meminta langkah nyata pengendalian hepatitis melalui implementasi UU Kesehatan yang baru disahkan.

Baca Selengkapnya