Tetap Jantan Sampai Ubanan

Reporter

Editor

Kamis, 17 Desember 2009 07:54 WIB

imperialgoldmaca.com

TEMPO Interaktif, Awalnya, Andi tidak risi ketika ereksinya sesekali kembang-kempis. Ia merasa hal itu tidak akan mempengaruhi kejantanannya. Masalahnya, makin lama bukannya semakin membaik, ereksinya malah terus melempem. Pria berumur 45 tahun ini akhirnya mulai mencari kesembuhan pada seorang seksolog ternama.

Seksolog itu mendapati bahwa Andi mengidap diabetes. Dengan diet sehat, pengusaha ibu kota ini diberi resep obat sildenafil sitrat. Andi memakainya saat akan berhubungan intim dengan pasangannya. Kejantanan Andi pun sedikit demi sedikit mulai membaik.

Menurut sang seksolog, Profesor Wimpie Pangkahila, SpAnd, 80 persen penderita diabetes mengalami disfungsi ereksi. Biasanya banyak pria dengan disfungsi ereksi tidak sadar bahwa dirinya menderita diabetes. "Padahal penyakit ini jelas mempengaruhi jaringan pembuluh darah, termasuk di penis," ujar Wimpie dalam diskusi soal disfungsi ereksi di Jakarta beberapa waktu lalu.

Perlu diketahui bahwa ereksi terjadi ketika ruang-ruang pembuluh darah di penis terisi darah. Kalau penis terisi darah dengan baik, ereksi bisa baik pula. Karena itu, pria dengan penyakit diabetes, jantung, dan hipertensi rentan mengalami disfungsi ereksi. Namun yang utama adalah faktor psikis, seperti depresi. "Bisa mempengaruhi sebesar 90 persen," ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali ini.

Wimpie kemudian menjelaskan empat tipe ereksi. Pertama, tipe penis membesar, tapi tidak keras. "Kayak bengkak saja," ujarnya. Kedua, tipe penis keras, tapi tidak cukup penetrasi ketika berhubungan. Tipe ketiga, penis keras dan bisa penetrasi, tapi tidak maksimal. Tipe terakhir adalah keras secara maksimal dan bisa melakukan penetrasi dengan sempurna. Wimpie mendapati sebagian pria mengalami disfungsi ereksi yang kedua dan ketiga.

Advertising
Advertising

Tentunya setiap pria mendambakan masuk kategori tipe keempat. Pria sehat dan normal, dikatakan oleh Wimpie, mengalami ereksi dengan spontan--atau tiba-tiba dengan sendirinya--terutama terjadi pada pagi dan malam hari. Hal ini terjadi selama sekian menit, setelah itu menghilang. "Kecuali menerima rangsangan seksual lanjutan," Kepala Bagian Andrologi dan Seksologi Universitas Udayana ini menjelaskan.

Mempertahankan performa seksual, kata Wimpie, sebenarnya mudah. Setiap pria cukup menjalani pola hidup sehat dengan tidak merokok dan minum alkohol sampai tua. Namun warga megapolitan, seperti di Jakarta, rata-rata doyan mengkonsumsi makanan cepat saji dan punya gaya hidup begadang di klub malam. Kemudian ditambah pula tingkat polusi yang tinggi.

Nah, pola hidup buruk ditambah faktor risiko tentu mempengaruhi kualitas seksual pria. Artinya, data yang dibeberkan Wimpie, yang menunjukkan bahwa 15-20 persen pria menikah di Indonesia mengalami disfungsi ereksi, tidak salah.
Angka ini juga konsisten dengan survei Asia-Pacific Sexual Health and Overall Wellness pada 2008, yang menemukan kenyataan bahwa 64 persen perempuan tidak puas dalam berhubungan intim dengan pasangannya. Sedangkan 57 persen pria juga diketahui tidak puas berhubungan seks dengan pasangannya. Survei ini dilakukan di 13 negara kawasan Asia-Pasifik. Indonesia mengirim data responden sebanyak 328 pria dan 250 perempuan.

Kuncinya, menurut Wimpie, jangan coba-coba memakai obat kuat, baik herbal atau kimia, dari pinggir jalan. Bila mengalami disfungsi ereksi, disarankan segera melakukan konsultasi kepada dokter. Jangan terlambat kalau mau tetap jantan sampai ubanan!


Jangan Percaya Mitos Ini

1. Disfungsi ereksi adalah hal lumrah dalam proses penuaan.
Fakta:
- Disfungsi ereksi kerap menimpa pria muda. Perilaku gaya hidup buruk bisa mengakibatkan disfungsi ereksi terjadi lebih dini.
- Pria berumur hanya butuh waktu lebih lama supaya bisa terangsang.
2. Kesulitan ereksi adalah hilangnya ketertarikan seks atau mandul.
Fakta:
- Pria dengan disfungsi ereksi masih memiliki gairah seksual.
- Kesulitan ereksi tidak berhubungan dengan kekuatan atau kejantanan.
3. Pria selalu siap melakukan hubungan seksual.
Fakta:
- Kelelahan fisik dan depresi bisa mempengaruhi kegiatan seksual pria.
- Stimulasi respons seksual penting bagi pria.
4. Disfungsi ereksi adalah problem fisik semata.
Fakta:
- Disfungsi ereksi itu masalah kompleks, yaitu gabungan kognitif, perilaku, emosi, dan sosial, serta komponen fisik.
- Penyebab utama disfungsi ereksi adalah psikologis dan fisik.
5. Disfungsi ereksi tidak mudah diobati.
Fakta:
- Disfungsi ereksi bisa diobati secara medis.
- Tes laboratorium--darah dan urine--bisa membantu mengidentifikasi disfungsi ereksi, lalu dilanjutkan dengan terapi obat.
- Jika disfungsi ereksi didiamkan, akan mengakibatkan krisis kepercayaan diri, baik pada pria maupun pasangannya.

Sumber: Survei Asia-Pacific Sexual Health and Overall Wellness | HERU TRIYONO

Berita terkait

TV Nasional Down Trending di Twitter, Simak Tips Mengurangi Kecanduan Televisi

5 November 2022

TV Nasional Down Trending di Twitter, Simak Tips Mengurangi Kecanduan Televisi

TV menjadi hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia modern. Simak tips mengurangi kecanduan televisi hingga gadget.

Baca Selengkapnya

Mau Konseling Problem Psikologi? Ketahui Dahulu Beda Psikolog dan Psikiater

29 November 2021

Mau Konseling Problem Psikologi? Ketahui Dahulu Beda Psikolog dan Psikiater

Berikut perbedaan antara psikolog dan psikiater yang bisa membantu mengatasi problem psikologi maupun psikis.

Baca Selengkapnya

Lelaki Mencuri Pakaian Dalam Wanita, Indikasi Parafilia? Apakah itu?

13 September 2021

Lelaki Mencuri Pakaian Dalam Wanita, Indikasi Parafilia? Apakah itu?

Lelaki di Jepang kedapatan mencuri 730 pakaian dalam wanita. Tetsuo Urata diindikasikan mengidap parafilia. Apakah itu?

Baca Selengkapnya

Mobil Via Vallen Dibakar, Contoh Perilaku Menyimpang Penggemar

2 Juli 2020

Mobil Via Vallen Dibakar, Contoh Perilaku Menyimpang Penggemar

Penggemar fanatik membakar mobil mewah Via Vallen karena kecewa tak bisa bertemu sang idola. Psikolog sebut perilaku menyimpang.

Baca Selengkapnya

Banyak Orang Takut Terkena Covid-19, tapi Perilakunya...

2 Juni 2020

Banyak Orang Takut Terkena Covid-19, tapi Perilakunya...

Masyarakat Indonesia takut kemungkinan gelombang kedua pandemi COVID-19, tapi tidak diikuti dengan perilaku yang cukup untuk mencegah penularan virus.

Baca Selengkapnya

Punya Perilaku Impulsif, Atasi dengan Tips Berikut

9 Desember 2019

Punya Perilaku Impulsif, Atasi dengan Tips Berikut

Buat yang merasa memiliki perilaku impulsif dan dirasa mengganggu, coba atasi dengan tips berikut.

Baca Selengkapnya

Mengapa Hobi Caci Maki?Belajar dari Kebiasaan Donald Trump

16 Februari 2017

Mengapa Hobi Caci Maki?Belajar dari Kebiasaan Donald Trump

Teori pertama, adalah teori yang dianut pakar-pakar kesehatan mental bahwa
Trump mungkin mengidap gangguan kepribadian narsistis. Teori kedua?

Baca Selengkapnya

Penelitian:Pria Lebih Suka Buka Rahasia Dibanding Wanita  

4 Februari 2017

Penelitian:Pria Lebih Suka Buka Rahasia Dibanding Wanita  

Pria lebih mungkin untuk mengungkapkan sesuatu yang memalukan atau
rahasia tentang rekan kerja, teman atau pemimpin dibandingkan perempuan.

Baca Selengkapnya

5 Perilaku Sehari-hari yang Dinilai Tidak Sopan  

30 Mei 2016

5 Perilaku Sehari-hari yang Dinilai Tidak Sopan  

Meski sederhana, lima perilaku ini bisa membuat orang lain merasa

tak nyaman kepada Anda.

Baca Selengkapnya

Inilah Cara Jitu Mendeteksi Kebohongan

31 Oktober 2015

Inilah Cara Jitu Mendeteksi Kebohongan

Kebohongan dapat dideteksi melalui perubahan sikap dan gestur tubuh.

Baca Selengkapnya