Disleksia Tak Sia-sia  

Reporter

Editor

Selasa, 3 Agustus 2010 10:54 WIB

Seorang anak belajar angka-angka. TEMPO/Nickmatulhuda

TEMPO Interaktif, Jakarta - Saat masih duduk di awal sekolah dasar pada pertengahan 1990-an, Agis Aira mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika dan membaca. Jika menggambar kubus, hasilnya malah trapesium.

Agis juga sering salah menyalin pelajaran di papan tulis walau duduk di depan. Dia tak bisa membedakan huruf "d" dengan huruf "b". Dia pun kesulitan menyatakan pendapat, tak bisa bergaul, dan malu bertanya kepada guru.

Selepas pulang sekolah, orang tuanya sering menanyakannya soal pelajaran berhitung, misalnya perkalian. Namun dia tak bisa menjawabnya. Orang tua Agis lalu mencari tahu soal kondisi anaknya itu. Ternyata Agis menyandang disleksia.

Disleksia adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan dalam berbahasa. Penyandang disleksia tidak hanya mengalami kesulitan dalam membaca, tapi juga dalam hal mengeja, menulis, dan beberapa aspek bahasa yang lain.

Menurut Ketua Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr Kristiantini Dewi, SpA, penyebab disleksia adalah gangguan pada otak kiri, yang biasanya digunakan untuk membaca.
Disleksia dibedakan menjadi dua, yaitu developmental dan acquired.

Advertising
Advertising

Pada disleksia developmental, 70 persennya disebabkan oleh keturunan. "Juga disebabkan oleh kondisi saraf (neurologis) dan disandang seumur hidup," katanya dalam seminar di Jakarta, Sabtu lalu. Penyandang disleksia umumnya mengalami masalah dalam membaca, mengeja, dan menulis.

Itu tak hanya berhenti pada tiga hal di atas. Masalah lain yang menguntit pengidap disleksia adalah susah konsentrasi, daya ingat yang pendek, kesulitan mengurutkan huruf A-Z dan mengorganisasi, serta cenderung tak teratur.

Tanda-tanda disleksia bisa dideteksi sejak dini. Pada usia prasekolah, pengidap disleksia biasanya kidal atau tak mahir jika cuma memakai satu tangan, bingung atau sering tertukar kanan dan kiri. Selain itu, mereka suka tergesa-gesa, miskin kosakata, atau kesulitan memilih terminologi atau nama yang tepat. Misalnya, "Saya tak mau berenang karena kolamnya tebal," (baca: dalam) atau "Kemarin saya diberi kue sama si itu."

Pada usia 5-8 tahun, hal itu ditandai dengan kesulitan mempelajari huruf dan bunyinya, menggabungkan huruf menjadi kata, membaca, dan memegang alat tulis. "Pada umur 7 tahun seharusnya bisa menguasai huruf. Jika pada umur 8-9 tahun masih tak bisa, dimungkinkan disleksia," kata dia.

Tanda lain adalah kebingungan soal konsep ruang dan waktu serta kesulitan mencerna perintah yang disampaikan secara verbal, cepat, dan berurutan. Namun, yang patut dipahami adalah disleksia bukan karena si penyandang bodoh. Beberapa penyandang disleksia justru orang yang brilian. Menurut dr Purboyo Solek, SpA(K), yang patut ketahui adalah intelligence quotient (IQ) si pengidap.

Normal, di bawah rata-rata, atau justru superior. Albert Einstein dan Presiden Amerika Serikat ke-43 George Walker Bush contoh penyandang disleksia. Disleksia juga tak disebabkan oleh latar belakang sosial-ekonomi yang buruk, gangguan penglihatan atau pendengaran, atau tak ada motivasi belajar.

"Jangan labeli mereka sebagai anak bodoh," kata dia. Pasalnya, jika diberi label sebagai anak bodoh, mereka tak bisa tampil sesuai dengan IQ-nya dan sia-sia. Jika diketahui IQ-nya, akan diketahui apakah seseorang memang mengidap disleksia atau mengalami kesulitan belajar.

Selain itu, perlu diperhatikan kelainan yang biasanya menyertai disleksia, yakni attention-deficit hyperactivity disorder, autisme, demam bengong (epilepsi tipe lena), keterbelakangan mental, dan kecerdasan di atas rata-rata. "Jika ada kelainan lain, perlu diberi terapi multidisiplin," kata Purboyo.

Penyandang disleksia juga punya sisi positif. Biasanya mereka memiliki kemampuan di bidang lain yang baik, bahkan melebihi rata-rata. "Otak pengidap disleksia membaca dengan cara yang tak sama dengan mereka yang tak mengidap disleksia," kata Kristiantini. Biasanya mereka memiliki keunggulan di bidang visual-spasial, kesadaran sosial, penyelesaian masalah, geometri, atau komputer.

Disleksia bisa dipelajari dan ditangani. Misalnya, Agis. Pada 1997, orang tuanya memindahkan dia dari SD biasa ke SD Khusus Pantara. "Saya merasa lebih nyaman dengan guru dan lingkungan di SD itu," katanya.

Di SD khusus itu, jumlah siswanya hanya delapan orang dengan dua guru. Sedangkan di SD biasa, jumlah siswanya 40 orang dengan satu guru. "Saya akhirnya bisa lulus SD," tuturnya. Sekolahnya berlanjut ke SMP di Cimahi. Dari 44 siswa, dia mendapat ranking ke-44. "Syukur masih dapat ranking, daripada tak dapat ranking."

Kalau kesulitan mengurutkan A-Z, Agis menjuarai lomba mengetik 10 jari kala SMA. Gadis itu kini duduk di semester VII di bidang pemrograman peranti lunak di sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Yang tak bisa dimungkiri, Albert Einstein adalah orang jenius dengan teori relativitasnya, walau mengidap disleksia.

Nur Rochmi

Berita terkait

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

2 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

3 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

3 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

4 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

4 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

4 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

8 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

11 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

12 hari lalu

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.

Baca Selengkapnya

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

19 hari lalu

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya