Puber Datang, Tak Perlu Bimbang!

Reporter

Editor

Kamis, 14 April 2011 09:43 WIB

Foto ilustrasi. Dok: StockXpert

TEMPO Interaktif, Aiko pulang ke rumah dengan suara tangisan histeris. Rica, sang mama, mendapati putrinya yang berusia 11 tahun dan duduk di kelas V sekolah dasar itu pulang dengan tangisan histeris.

"Setelah Aiko menuturkan peristiwa yang dialaminya, ternyata dia mengalami pubertas. Tadi, di sekolah, dia diledek semua teman ketika mendapati rok putih sekolahnya belepotan darah di mana-mana," kata Rica.

Lain lagi dengan pengalaman Nur, yang sempat kaget ketika Rian, 12 tahun, putra sulungnya yang duduk di kelas VII sekolah menengah pertama, beberapa malam lalu sempat memeluk, mencium, dan mencumbunya layaknya bersama pasangan.
"Rian tidur sekamar dengan saya karena rumah kami kecil. Setelah saya mencari tahu, ternyata Rian mengalami mimpi basah dan pubertas. Kini sebuah gudang kecil saya bersihkan untuk dipakai sebagai kamarnya," tutur Nur, yang khawatir Rian akan mencumbu adiknya, Rani, 10 tahun.

Menurut seksolog Boyke Dian, banyak orang tua, sekolah, serta lingkungan yang bimbang dan panik ketika mendapati buah hati atau putra-putri mereka mengalami pubertas. "Padahal pubertas adalah proses alamiah dan wajar. Jadi tak perlu bimbang atau panik. Yang penting, orang tua, sekolah, dan lingkungan memahami soal ini dengan baik," ujarnya.

Tanda-tanda pubertas muncul secara bertahap. Tapi banyak orang tua tidak menyadari, bahkan tak tahu, bahwa buah hati mereka telah mengalami perubahan itu. "Pengalaman Aiko dan Rian adalah bukti si anak panik serta bimbang saat tubuh dan psikisnya berubah. Sebaiknya orang tua menyikapi, mendampingi, dan memberi pemahaman soal ini," kata Boyke.

Pubertas adalah masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Seiring menginjak usia pubertas, anak akan mengalami perubahan fisik dan psikologis. Pubertas ini juga menjadi proses perkembangan anak perempuan atau laki-laki berkaitan dengan kematangan seksual.

"Banyak yang menilai pubertas hanya proses normal yang sebaiknya tidak perlu dikhawatirkan," ujar dokter Aditya Suryansyah, SpA, dari RSAB Harapan Kita, saat ditemui dalam bedah buku dan peluncuran buku berjudul Panik Saat Puber? Say No!!! beberapa waktu lalu di Pacific Place, Jakarta.

Dia menerangkan, masa awal pubertas bervariasi pada setiap individu. Pada anak perempuan, dimulai pada kisaran usia 8-14 tahun. Sedangkan pada anak laki-laki lebih lambat, yakni 9-14 tahun.

Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti nutrisi, lingkungan, etnis, keadaan sosial, psikologis, dan aktivitas. Dia menambahkan, makin banyaknya asupan makanan junk food yang mengandung hormon juga akan mempercepat proses pubertas.

Secara umum, saat pubertas pada anak datang, akan muncul perubahan fisik, seperti tinggi dan berat badan meningkat dengan cepat. Demikian pula perubahan hormonal, dengan munculnya tanda sekunder seksual akibat peningkatan hormon testosteron dan hormon estrogen.

Menstruasi adalah akhir proses pubertas pada anak perempuan dan demikian pula dengan mimpi basah pada anak laki-laki. Biasanya akan muncul dua tahun setelah awal masa pubertas.

Buku ini menjelaskan, masa pubertas merupakan proses yang sering kali tidak berjalan mulus dan timbul masalah. Tidak jarang muncul masalah dengan kelainan, seperti mikropenis, sindrom turner, down syndrome, AIS, dan pubertas dini. Kemudian ada pula gangguan hormon pubertas, seperti pubertas prekoks, perawakan pendek, dan pubertas terlambat.

Aditya mengatakan, sayangnya pubertas tidak menjadi perhatian orang tua. Jarang mereka (orang tua) mengerti kapan waktu awal tanda pubertas muncul dan hanya menilai sisi negatif anak yang mengalami perubahan perilaku karena mengalami pubertas.

Misalnya, karena pengaruh kelompok, anak jadi ikut-ikutan merokok, memakai narkoba, dan nakal. Sering muncul gangguan psikologis yang sering tak dimengerti orang tua.

Dia mencontohkan, anak yang sakit diberi saja obat oleh orang tuanya. "Ketika saya tanya, dia menangis, mengaku sedang jatuh cinta. Eh, bisa sembuh tanpa obat. Psikosomatik seperti ini yang juga sering luput," ujarnya.

Perubahan psikologis itu akan membuat anak cemas, bimbang, panik, takut, minder, dan mengalami gangguan psikologis lainnya. Louise Maspaitella, psikolog klinis keluarga RSAB Harapan Kita, mengatakan, pada saat pubertas ini, orang tua memegang kendali utama yang harus mengetahui tanda-tanda pubertas itu dan menjelaskan kepada mereka.
"Kalau orang tua tidak mengkomunikasikannya, anak akan lari keluar kepada teman terdekat atau kelompok yang belum tentu positif untuk mendapatkan pendidikan hal ini," kata Louise.

Dia mengingatkan, orang tua sebaiknya bisa lebih demokratis, komunikatif, dan menjadi sahabat anak. Contohnya, ketika memberi tahu saat muncul tanda pubertas dan menstruasi, anak perempuan disarankan bicara dengan ibunya. Dan, ketika anak laki-laki mengalami mimpi basah, ayah diharapkan mendampinginya. Dalam masa pubertas ini, jika anak tak mendapat informasi yang jelas, dia akan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.

DIAN YULIASTUTI | HADRIANI P

Berita terkait

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

2 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

3 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

3 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

4 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

4 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

4 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

8 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

11 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

12 hari lalu

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.

Baca Selengkapnya

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

19 hari lalu

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya