Protein Tinggi Tekan Rasa Lapar

Reporter

Editor

Rabu, 8 Februari 2012 15:21 WIB

4rd1.wordpress.com

TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas atau kelebihan berat badan merupakan masalah besar warga dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Ada banyak faktor yang dapat menambah berat badan dan komposisi lemak tubuh sehingga menyebabkan obesitas. “Faktor yang mempengaruhi, antara lain genetik, metabolik, psikososial, perilaku, kultur, dan lingkungan,” ujar Fiastuti Witjaksono, dokter spesialis gizi klinik Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Senin dua pekan lalu.

Mengutip data Riset Kesehatan Dasar 2008, penduduk Indonesia yang mengalami obesitas di atas usia 15 tahun lebih banyak dari kalangan perempuan. “Hampir 10 persen lebih tinggi dibandingkan pria,” ujar Fiastuti dalam promosi doktoral di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, siang itu.

Menurut Fiastuti, perempuan dewasa obesitas yang menjalani diet, kemudian berhasil menurunkan berat badannya, sebagian besar akan mengalami kenaikan berat badan kembali. Salah satu penyebabnya, mereka kembali menerapkan pola makan lama karena tak kuat menahan lapar. Padahal salah satu penyebab keberhasilan diet adalah menjaga keseimbangan energi yang masuk.

Dalam disertasinya, Fiastuti mengemukakan bahwa asupan protein tingkat tinggi pada diet yang dilakukan perempuan dengan obesitas dapat menurunkan rasa lapar. Hal itu terjadi karena protein memiliki efek termik (jumlah energi yang digunakan tubuh untuk mencerna makanan) lebih besar dibanding karbohidrat dan lemak. Akibatnya, protein tak dapat disimpan dalam tubuh sehingga perlu dicerna secara lebih cepat.

Rasa lapar dan kenyang juga bergantung pada hormon yang dihasilkan saluran pencernaan. Salah satunya adalah gut hormone yang bersifat oreksigenik (menimbulkan rasa lapar) dan anoreksigenik (yang menekan rasa lapar). Kesimpulan sementara yang didapat Fiastuti dalam penelitian doktoralnya adalah konsumsi protein tingkat tinggi pada perempuan yang sedang melakukan diet dapat menurunkan gut hormone oreksigenik dan meningkatkan gut hormone anoreksigenik. “Sehingga terdapat penekanan rasa lapar dan peningkatan rasa kenyang," katanya.

Menurut Fiastuti, komposisi protein yang efektif menekan rasa lapar pada perempuan yang mengalami kegemukan adalah 40,6 persen dari jumlah total 60 gram asupan energi yang dibutuhkan perempuan. Pemenuhan 25 persen protein bisa didapat dari makanan dasar. Namun, untuk diet tinggi protein, pemenuhan komposisi 40,6 persen agak sulit dilakukan kecuali dengan nutrisi tambahan, salah satunya kasein (protein susu). "Bahkan, bila kita memakan putih telur yang paling banyak mengandung protein pun, pemenuhan 40 persen komposisi protein tidak bisa tercapai," ujarnya.

Fiastuti mengakui masih ada pro-kontra mengenai efek makanan protein tinggi terhadap fungsi ginjal. Ada yang menyebutkan, pada perempuan dengan gangguan fungsi ginjal ringan, konsumsi protein tinggi dapat menurunkan fungsi ginjal, terutama konsumsi protein tinggi hewani non-susu. Sedangkan konsumsi protein susu dan protein nabati tidak mempengaruhi kerja ginjal sama sekali.

“Namun pendapat itu masih belum jelas dan belum bisa dibuktikan," kata Fiastuti. "Sebab, pada populasi orang dengan penyakit ginjal, konsumsi protein sesuai dengan rekomendasi diet yang diizinkan malah memperlambat progresivitas penyakitnya."

Selain tak sedap dipandang, obesitas layak diperangi karena berpotensi memicu munculnya sejumlah penyakit. Salah satunya adalah diabetes. Ancaman penyakit ini makin besar pada mereka yang mengalami obesitas, yang salah satu penandanya adalah bertumpuknya lemak di perut (lemak viskeral).

Hasil penelitian yang melibatkan lebih dari 700 orang dewasa dan diungkapkan dalam jurnal Annals of Neurology, Mei 2010, menyatakan, semakin berat volume lemak viskeral, risiko untuk terkena diabetes tipe 2 akan semakin besar. Karena itu, dalam kesempatan berbeda, kepada Tempo, Dante Saksono Harbuwono, dokter spesialis endokrinologi FKUI-RSCM, mengingatkan, "Orang dengan perut buncit harus ekstra-waspada karena lebih rentan terkena diabetes." Walhasil, diet untuk mengatasi obesitas, termasuk diet tinggi protein, layak dipraktekkan.

CHETA NILAWATY | DWI WIYANA

Berita terkait

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

1 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

2 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

3 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

3 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

4 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

4 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

7 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

11 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

12 hari lalu

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.

Baca Selengkapnya

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

19 hari lalu

Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya