Seorang model berpose saat difoto oleh seorang pengunjung dalam acara Indonesia Internasional Motor Show 2012 di JIExpo-Kemayoran, Jakarta, 22-9, 2012. Tempo/Fardi Bestari
TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi fotografer para sosialita di Jakarta tentu menyenangkan. Bagaimana tidak, mereka bisa merasakan fasilitas yang dipakai peserta arisan yang tentunya berasal dari kalangan atas.
Tapi tidak mudah juga untuk menjadi fotografer khusus sosialita. Biasanya, awalnya mereka bekerja di sebuah majalah khusus gaya hidup. Lalu hasil foto tersebut dikirim ke ketua geng sosialita sekaligus bandar arisan. Kalau cocok, si fotografer akan dipanggil untuk memotret kegiatan mereka.
Soal honor, pria berambut gondrong itu menuturkan dengan jelas. Menurut dia, sekali arisan atau acara, dia dibayar Rp 1-2 juta. Sedangkan kalau diajak ke luar kota atau luar negeri, honornya menjadi Rp 3 juta. “Ini hanya untuk jasa foto, untuk cetaknya ada bayaran lagi,” katanya.
Menurut dia, menjadi fotografer sosialita tidak terlalu sulit. "Turuti saja kemauan mereka untuk difoto," ujarnya. “Wajar kalau mereka suka difoto, namanya perempuan."
Pada suatu acara arisan yang dihadiri Tempo, terlihat ada enam fotografer yang setia memotret segala aktivitas para sosialita anggota arisan. Tapi, menurut fotografer itu, ada beberapa sosialita yang membawa fotografer pribadi. Sedangkan dirinya disewa oleh bandar atau pentolan dari grup arisan sosialita tersebut.