TEMPO.CO, Jakarta - Aspal di Jalan Camar V Sektor 3 Bintaro, Jakarta Selatan, masih basah dari sisa hujan Senin malam tadi, 16 Desember 2013. Dari mulut gang hingga rumah bernomor AF 10, puluhan karangan bunga tanda belasungkawa berjejer di kanan-kiri jalan. Semua ditujukan untuk keluarga Mita Diran, copywriter Young & Rubicam, yang meninggal setelah 30 jam bekerja tanpa henti.
Di rumah bercat abu-abu itu, suasana sunyi. Tidak lagi tampak tamu pelayat. Hanya ada suara beberapa orang dari dalam rumah. Sementara di lantai ruang tamu, masih tergelar karpet hijau bercorak.
Kedatangan Tempo pada Selasa pagi sekitar pukul 09.00 disambut Yani Sjahrial, ayah tiri Mita. Namun, langkah Tempo harus berhenti di depan pintu rumah. Yani tak memberi izin masuk. "Dari kemarin wartawan sudah berdatangan," kata Yani. "Keluarga kami belum beristirahat. Ibunda Mita juga masih syok."
Sambil tetap berdiri di muka pintu, Tempo meminta Yani bercerita soal kepergian anak ketiganya itu. Menurut dia, kematian Mita bukanlah kesalahan Young & Rubicam. "Mita memang bersemangat kerja dan tidak pernah mengeluh," kata Yani.
Kepada Mita, Yani hanya bisa memberi dukungan. Sementara ibunya, Maya Sjahrial, rajin mengingatkan Mita agar menjaga kesehatan serta makan teratur. "Kami tidak menyalahkan perusahaan tempat Mita bekerja. Memang begini jalan dari Tuhan," kata Yani.
Mita Diran telah bekerja di Young & Rubicam selama dua tahun. Sebelumnya, perempuan kelahiran 16 April 1986 itu bekerja pada perusahaan periklanan internasional di Kuala Lumpur, Malaysia. "Dia memang ingin menjadi copywriter."
