Saatnya Memakai Plastik Ramah Lingkungan
Editor
Evieta Fadjar Pusporini
Selasa, 4 Februari 2014 20:51 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan sampah plastik telah menjadi momok yang menakutkan. Karena sampah jenis ini memerlukan ratusan bahkan ribuan tahun untuk terurai kembali ke bumi.
Saat ini berdasarkan data statistik persampahan domestik Indonesia, jenis sampah plastik menduduki peringkat kedua sebesar 5.4 juta ton per tahun atau 14 persen dari total produksi sampah.
Sementara berdasarkan data dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta, tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta saja mencapai lebih dari 6.000 ton per hari dan sekitar 13 persen dari jumlah itu berupa sampah plastik.
Dari seluruh sampah yang ada, 57 persen ditemukan di pantai berupa sampah plastik. Sebanyak 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera bahkan kedalaman sampah plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai hampir 100 meter.
Saat ini rata-rata orang Indonesia menghasilkan sampah 0,5 kg dan 13 persen di antaranya adalah plastik. Sampah plastik menduduki peringkat ketiga dengan jumlah 3.6 juta ton per tahun atau 9 persen dari jumlah total produksi sampah.
“Dari waktu ke waktu, penggunaannya meningkat secara signifikan jauh melampaui penggunaan bungkus berbahan kertas. Efisiensi dan kepraktisan plastik dibanding kertas menjadi salah satu alasannya. Karena butuh waktu ratusan bahkan ribuan tahun agar bisa terurai, maka plastik dianggap sebagai bahan yang sangat merusak lingkungan,"kata Ketua Umum Indonesia Solid Waste Association (InSWA) Sri Bebassari.
Kata Sri, kampanye 3R – Reduce, Reuse, dan Recycle - memang sebuah langkah positif serta berdampak nyata baik bagi pengurangan sampah plastik. <!--more-->
Namun secara substansial, hasil yang didapat tidak sebanding dengan pertumbuhan penggunaan plastik yang terus meningkat dari hari ke hari. “Yang harus dilakukan saat ini bukan memusuhi plastik, tapi menemukan formula yang tepat untuk mempercepat proses penguraian plastik agar bisa kembali ke alam.
Diperlukan kepedulian berbagai pihak untuk tidak saja memiliki kesadaran tapi juga berkomitmen secara nyata untuk menyelamatkan bumi dari tumpukan sampah yang berbahaya bagi kehidupan.
Oleh karena itu, salah satu ide bijak untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan plastik yang ramah lingkungan,” paparnya.
Melalui InSWA, organisasi yang memiliki perhatian tinggi terhadap persoalan sampah di Indonesia, Sri memberikan sertifikasi Green Label bagi produk plastik yang telah lolos uji ramah di lingkungan setelah melalui tahap observasi dan uji lab BPPT. "Green Label adalah sertifikasi hijau yang diberikan pada produk ramah lingkungan yang dinilai aman dan tidak membahayakan kesehatan manusia," ujarnya.
Di antara produk yang berhasil mendapatkan sertifikat Green Label Indonesia adalah Oxium dan Ecoplas, produk plastik ramah lingkungan produksi PT Tirta Marta. Oxium dan Ecoplas berhasil memenuhi semua kriteria kelayakan untuk mendapat sertifikasi Green Label Indonesia dari InSWA. (Baca :Plastik Ramah Lingkungan Indonesia Laku di Eropa )
Kantong plastik yang menggunakan bahan Oxium telah terbukti dapat terurai sekitar 2 tahun, sementara untuk kantong plastik Ecoplas yang merupakan plastik biodegradable bahkan bisa terurai hanya dalam waktu 6 bulan jika syarat degradasi alamiahnya terpenuhi.
Mayoritas perusahaan ritel besar di Indonesia juga telah menggunakan plastik ramah lingkungan ini, Indomaret, Alfamart, Hero, Giant, Superindo, Kemchick, Lawson, Gramedia, Tip Top, Zara Indonesia, dan beberapa retail dan factory outlet ternama lainnya
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Penulis Harry Potter Sesali Asmara Hermione-Ron
Operasi Plastik Payudara Makin Marak di Inggris
Ini 7 Tip Membersihkan Rumah Pascabanjir
Jakarta Dilanda Banjir, Jeanny Ang Selalu Mulas