TEMPO.CO, Bandung - Berbahayanya bahan kimia yang digunakan dalam proses pembatikan membuat pewarna alam makin dilirik. "Kami memilih pewarna alam karena lebih mudah didapat dan tidak membuat limbah," ujar Peneliti Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta Dwi Suheryanto kepada Tempo, Senin, 29 April 2014.
Meskipun berbahan alam, Dwi menuturkan, warna batik tidak mudah pudar. Menurut Dwi, bertahannya warna batik bergantung pada cara pengikatan dan pencelupan saat pembuatannya. "Saya punya kain batik yang sudah berumur 100 tahun dan warnanya masih bagus," katanya saat ditemui di workshop batik alam, di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Proses pembuatan pewarna alami batik ini ternyata cukup mudah. Hampir semua bahan dasar batik alami diambil dari bagian tumbuhan, seperti daun, kulit, batang, biji, buah dan bunga. Khusus untuk buah, pengrajin hanya perlu menumbuk dan mengambil sari-sari buah sebagai pewarna.
Sedangkan untuk bagian tumbuhan lainnya harus direbus terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kilogram bahan dicampur 10 liter air. Bahan tersebut direbus selama satu setengah jam hingga menghasilkan 5 liter ekstrak pewarna.
Warna yang dihasilkan pun beragam, tergatung dari proses fiksasi atau pengikatan warna. Untuk warna pekat, dianjurkan menggunakan tanjung atau tenosulfat. Adapun kapur menghasilkan warna lebih muda, sedangkan tawas mebuat warna lebih terang. Semakin sering batik dicelup maka akan semakin awet warnanya.
"Kalau pakai bahan kimia biasanya tiga kali celup sudah bagus warnanya, tapi kalau pakai bahan alam perlu dicelup sampai lima belas kali atau lebih," ujar dosen seni rupa UPI Badi Sobandi. Banyaknya pencelupan pun tergantung dari warna yang diinginkan, kata Badi, apakah ingin lebih muda atau pekat.
Dwi menyarankan menggunakan kain berbahan selulosa dan protein, seperti sutra, wool, rayon, dan katun, dalam pembuatan batik alam. "Kain itu bisa membuat warna batik awet," tuturnya.
Ia pun berharap batik alam ini dapat membuka peluang usaha industri kreatif di Indonesia, sebab selain ramah lingkungan, batik alam memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan batik dengan pewarna kimia. Harga batik alam bisa mencapai 3 kali lipat dari batik biasa.
FATHIMAH SALMA ZAHIRAH
Topik terhangat:
Hadi Poernomo | Pelecehan Siswa JIS | Kisruh PPP | Jokowi | Prabowo
Berita terpopuler lainnya:
Istri Dipaksa Hadir, Akil: Dayak Saya Suruh Serbu!
Puluhan Orang Tua Siswa JIS Mengaku Terganggu KPAI
Andi Mallarangeng: Kementerian Keuangan Kebobolan 3-0
Berita terkait
Bamsoet Dukung Fashion Show Kain Tradisional Indonesia di San Polo Italia
5 hari lalu
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, mendukung rencana pagelaran fashion show oleh Dian Natalia Assamady bertajuk "Keindahan Karya Kain. Tenun dan Batik Ku Indonesia".
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Pakai Kain Batik pada Hari Terakhir di Washington, Hadiri 3 Pertemuan Bilateral
6 hari lalu
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenakan kain batik pada hari terakhirnya di Washington DC, Amerika Serikat, 21 April kemarin.
Baca SelengkapnyaJangan Lupakan 7 Destinasi Wisata Semarang, Kota Lama sampai Mangrove Edu Park
9 hari lalu
Kota Lama Semarang hingga Taman Lele, Semarang tak pernah kehabisan destinasi wisata.
Baca SelengkapnyaPNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint kepada Nasabah
34 hari lalu
PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengadakan pelatihan untuk membantu pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) para nasabah.
Baca SelengkapnyaKampung Karangkajen Yogyakarta Dipromosikan Sebagai Kampung Religius, Ini Daya Tariknya
36 hari lalu
Kampung Karangkajen Kecamatan Mergangsan Kota Yogyakarta dikenalkan sebagai Kampung Religius jelang Ramadhan atau awal Maret 2024 ini.
Baca SelengkapnyaBegini Saran Didiet Maulana Merawat Batik agar Awet dan Tetap Otentik
53 hari lalu
Desainer dan Direktur Kreatif IKAT Indonesia Didiet Maulana membeberkan cara menjaga kain batik agar tetap awet.
Baca SelengkapnyaKBRI Canberra Gelar Promosi Batik di Australia, Potensi Transaksi Capai Rp 200 Juta
28 Februari 2024
Kedutaan Besar RI di Canberra menggelar promosi batik di Balai Kartini, Australia. Agenda tersebut dilaksanakan melalui Atase Perdagangan Canberra bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI).
Baca SelengkapnyaPiaggio Indonesia Umumkan Setop Produksi Vespa Batik
17 Februari 2024
Lini terakhir dari Vespa Batik ini akan berhenti diproduksi pada Oktober 2024 setelah mencapai total produksi sebanyak 1.920 unit.
Baca SelengkapnyaNMAA Kembali Tampil di Pameran Osaka Auto Messe, Pajang Lancer Evo Batik
11 Februari 2024
NMAA kembali tampil dalam pameran modifikasi Osaka Auto Messe (OAM), Jepang, pada 10-12 Februari 2024 dengan memajang Lancer Evo Batik.
Baca SelengkapnyaCerita Pengusaha Batik Yogyakarta Bertahan dari Pandemi Berkat Penjualan Online
6 Februari 2024
Pengusaha batik Yogyakarta selamat dari pandemi berkat penjualan online. Omsetnya juga naik.
Baca Selengkapnya