Selain Pembalut Berklorin, Produk Ini Perlu Diwaspadai  

Reporter

Rabu, 8 Juli 2015 17:16 WIB

sxc.hu

TEMPO.CO, Jakarta - Pembalut wanita bukan satu-satunya produk yang perlu dicurigai mengandung dioksin. Zat berbahaya yang merupakan hasil sampingan pemutihan menggunakan klorin itu juga bisa ditemukan ditemukan pada popok bayi sekali pakai dan tampon.

Dokter Handrawan Nadesul menjelaskan, seperti pembalut, tampon dan popok bayi sekali pakai menggunakan bubur kertas (pulp) yang telah melewati proses pemutihan. Karena itu, tampon sebaiknya tidak dijadikan alternatif pengganti pembalut.

"Kalau mau, pakai kain saja, seperti kain handuk, supaya aman. Ini juga dilakukan para wanita zaman dulu," kata Handrawan ketika dihubungi Tempo, Rabu, 8 Juli 2015. Selain itu, dia menyarankan pemilihan popok kain ketimbang popok bayi sekali pakai.

Handrawan menjelaskan, penggunaan produk yang mengandung dioksin tidak menimbulkan efek negatif jika memang digunakan satu atau dua kali. Kenyataanya, pemakaian pembalut sudah menjadi kebutuhan perempuan selama datang bulan, sehingga frekuensi pemakaiannya terbilang sering.

"Rata-rata wanita menstruasi itu, kan, lima hari. Katakanlah dalam satu hari ia mengganti pembalutnya dua kali, jadi dalam satu bulan ia memakai sepuluh pembalut. Coba hitung berapa pembalut yang ia pakai per tahun?" ucap dokter yang juga dikenal senang menulis puisi ini.

DINI TEJA

Berita terkait

2,7 Kilogram Narkoba di Pembalut dan Bra Gagal Diselundupkan

12 April 2018

2,7 Kilogram Narkoba di Pembalut dan Bra Gagal Diselundupkan

Sebelumnya, 662 gram narkoba jenis sabu-sabu kedapatan dibawa ibu dan putrinya, warga Indonesia, di pembalut yang mereka gunakan.

Baca Selengkapnya

Takut Pembalut Berklorin, Zaskia Gotik Pakai Sarung Dirobek?  

11 Juli 2015

Takut Pembalut Berklorin, Zaskia Gotik Pakai Sarung Dirobek?  

Penyanyi dangdut Zaskia Gotik resah dengan berita tentang kandungan zat klorin di produk pembalut wanita.

Baca Selengkapnya

Heboh Klorin Pembalut: Kini Pejabat & Produsen Sudutkan YLKI  

10 Juli 2015

Heboh Klorin Pembalut: Kini Pejabat & Produsen Sudutkan YLKI  

Klarifikasi ini dianggap perlu untuk meredakan keresahan yang timbul di masyarakat akibat pernyataan tersebut.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Standarisasi Kadar Klorin dalam Pembalut  

9 Juli 2015

Belum Ada Standarisasi Kadar Klorin dalam Pembalut  

Pada tahun 2000 Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu 16-6363-2000 untuk pembalut wanita.

Baca Selengkapnya

YLKI Yakin Temukan Gas Klorin di Pembalut Wanita  

9 Juli 2015

YLKI Yakin Temukan Gas Klorin di Pembalut Wanita  

YLKI membantah anggapan Kemenkes bahwa mereka salah mengenali residu klorin dalam pembalut wanita. Mereka yakin yang ditemukan adalah gas klorin.

Baca Selengkapnya

Pembalut Berklorin, YLKI: Pemerintah Berpihak ke Industri

9 Juli 2015

Pembalut Berklorin, YLKI: Pemerintah Berpihak ke Industri

YLKI tetap yakin temuannya benar.

Baca Selengkapnya

Pembalut Berklorin, YLKI Tuding Kemenkes Tabrak Aturan  

9 Juli 2015

Pembalut Berklorin, YLKI Tuding Kemenkes Tabrak Aturan  

Dia justru curiga pernyataan Kementerian terlalu melindungi kepentingan industri pembalut dan abai terhadap kesehatan publik.

Baca Selengkapnya

Berapa Pembalut yang Dipakai Wanita Indonesia per Bulan?

9 Juli 2015

Berapa Pembalut yang Dipakai Wanita Indonesia per Bulan?

Jumlah wanita di Indonesia sekitar 118 juta, 67 juta di antaranya wanita subur yang masih menggunakan pembalut.

Baca Selengkapnya

Soal Pembalut Berklorin, YLKI Minta Standardisasi Kandungan

9 Juli 2015

Soal Pembalut Berklorin, YLKI Minta Standardisasi Kandungan

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia mendesak agar Badan Standardisasi Nasional merevisi Standar Nasional Indonesia untuk produk pembalut wanita.

Baca Selengkapnya

Laurier dan Charm Pastikan Pembalutnya Tak Pakai Klorin  

9 Juli 2015

Laurier dan Charm Pastikan Pembalutnya Tak Pakai Klorin  

"Belum ada penelitian yang menyebutkan paparan zat kimia tertentu dari pemakaian pembalut dapat memicu kanker serviks."

Baca Selengkapnya