Begini Hikayat Batik, Kasih dan Naskah Kuno

Reporter

Kamis, 13 Oktober 2016 23:01 WIB

TEMPO/Aris Andrianto

TEMPO.CO, Yogyakarta -Pengajar Jurusan Sastra Nusantara Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Manu J Widyaseputra mengatakan batik punya folosofi kasih dalam naskah kuno.

Menurut Manu, dalam Kakawin Ramayana, tembang berbahasa Jawa Kuno yang dibuat di zaman Mataram Hindu, ada penggambaran tentang kata batik. Batik berasal dari kata Tika yang punya arti lukisan atau gambar sakral.

Ada pula Citrabuwana, konsep yang berisi tentang batik Jawa. Citra berarti menggambar, melukis. Sedangkan, Bhuwana punya arti universal. Gambaran itu sejajar dengan mikro kosmos, makro kosmos dan batik.

“Mikro kosmos bicara tentang tubuh manusia. Makro kosmos bicara alam semesta,” kata Manu kepada Tempo seusai menjadi pembicara kunci pada simposium rangkaian Jogja International Batik Biennale di Hotel Royal Ambarrukmo, 13 Oktober 2016. Acara yang berlangsung di sejumlah tempat di Yogyakarta itu berlangsung pada 12-16 Oktober.

Menurut dia, pada Sang Hyang Ekasuksma terdapat hubungan antara bhakti atau cinta kasih melalui gambaran fauna. Misalnya naga, uling lajar, manuk (burung), laler (lalat), kupu-kupu. Binatang-binatang itu punya peran penting di bumi dan berhubungan dengan cinta kasih.

Dalam teks naskah kuno itu juga terdapat gambaran beragam pohon, bunga, langit, sungai, hutan, danau. Sekarang pada batik orang bisa melihat banyak hal tidak hanya lingkunan, melainkan dunia. Semua yang ada di dunia atau alam semesta ini ada dalam naskah-naskah kuno itu.

“Filosofi yang paling penting dalam manuskrip itu bicara tentang bakti atau kasih,” kata Manu.

Naskah kuno yang berisi gambaran motif batik klasik tersimpan di Leiden, Belanda. Manuskrip berbahasa Jawa kuno abad 9-16 itu banyak bicara tentang filosofi yang ada pada batik. Manuskrip yang berisi teks Jawa Kuno itu tidak langsung menyebut batik, melainkan motif-motifnya misalnya flora dan fauna. Data dan sumber di Leiden, kata Manu sangat lengkap. Sayangnya, hanya sedikit orang yang memahami Bahasa Jawa kuno.

Itulah sebabnya naskah kuno sebagai sumber penting dan lengkap itu tidak terbaca. Naskah-naskah kuno abad 9-16 itu tidak terdapat di Keraton Yogyakarta dan Solo. “Melihat batik itu seperti arkeologi. Dengan pertolongan teks batik bisa dibunyikan. Ada dalam teks naskah kuno,” kata Manu.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

7 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

11 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

22 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

26 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

46 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

52 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

53 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

58 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.

Baca Selengkapnya

Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

22 Februari 2024

Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya