Ulasan Pakar Brand Tentang Pasangan Ahok-Djarot
Editor
Hadriani Pudjiarti
Rabu, 15 Februari 2017 13:12 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pilkada 2017 pemungutan suaranya berlangsung serentak di 101 daerah di Indonesia pada hari ini, Rabu, 15 Februari 2017. Dan paslon Pilkada DKI Jakarta nomor urut 1, 2 dan 3 memiliki catatan penting dari sisi brand. Demikian diungkapkan pakar Brand dan Ethnographer, Amalia E. Maulana, Ph.D pada Rabu, 15 Februari 2017.
Baca juga: Beda Pendapat di Pilkada Tak Perlu Marah! Ini Kata Psikolog
Berikut ulasan pendiri ETNOMARK Consulting ini tentang Pasangan calon Pilkada DKI Jakarta Nomor 2, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (Djarot) sebagai berikut:
Ahok-Djarot menjadi idola anak muda dan orang-orang yang berjiwa muda karena beberapa hal. Pertama, Gaya Ahok-Djarot (terutama Ahok) yang ceplas ceplos dan tanpa beban. Kedua, mereka dikenal sebagai sosok-sosok yang pragmatis, mengutamakan aksi dan bukan retorika. Ketiga, karena perkataannya jenaka, lucu, menghibur. Ini fit dengan keseharian kelompok anak muda, jiwa muda tersebut.
Amalia juga menuturkan bagaimana komika dalam Stand-up Comedy sangat disukai anak muda. Karena selain ceplas-ceplos dan gayanya yang spontan, para komika seolah tidak berjarak dengan audiencenya. Penonton acara ini seolah merasa terwakili oleh komika. "Bila ini direfleksikan kepada Ahok, maka mereka merasa Ahok adalah 'one of them'."
Berita lain:Bergaya Batik di Hari Valentine, Siapa Takut!
Kemudian Amalia juga menjelaskan walaupun terkesan santai, tetapi kelompok anak muda ini juga sebenarnya turut menilai banyak aspek yang tercatat sebagai kinerja Ahok sebagai gubernur. Yang sangat nyata dan di depan mata adalah berkurangnya banjir Jakarta. Jika tahun-tahun silam berita banjir mewarnai berita di masa-masa hujan terus menerus seperti sekarang ini, maka minggu sebelum pilkada tanpa banjir ini bisa jadi adalah hasil kerja nyata yang 'speak for themselves' dan menjadi promosi yang tidak bertuan tetapi jelas mengarah kepada kekuatan paslon nomer 2.
Namun kata Amalia, disamping kekuatan, ada juga kelemahan. "Kelemahan Ahok dan ini yang menjadikan turunnya penilaian masyarakat secara umum adalah efek dari sikap ceplas ceplosnya dan ini dilakukan berkali-kali, bukan satu kali saja. Perkataan dan tindakan yang dinilai 'keceplosan' atau 'kebablasan' membuat kening pendukung dan bukan pendukung berkerenyit," ungkapnya panjang lebar.
Dan menurut Amalia, seseorang yang ceplas-ceplos biasanya dalam memutuskan suatu kebijakan juga terkesan cenderung cepat atau tergesa-gesa. Sifat ini cukup riskan dimiliki oleh seseorang yang memimpin. "Ceplas ceplos ternyata cukup berdampak. Beberapa kali meminta maaf atas perkataannya dan sikapnya membuatnya tampak seperti anak kecil yang tidak kapok-kapok," kata dia.
HADRIANI P.
Berita lain: Mal Online Ini Serukan No Golput dan Belanja Pake Jempol!