Entrupy, Deteksi Keaslian Tas Mewah dalam Hitungan Menit

Reporter

Editor

Susandijani

Rabu, 6 September 2017 09:50 WIB

Tas rancangan desainer Belanda Viktor Horsting dan Rolf Snoeren untuk koleksi Spring/Summer 2014 rumah mode Viktor & Rolf dalam ajang Paris fashion week, Senin (28/9). REUTERS/Gonzalo Fuentes

TEMPO.CO, Jakarta -Dahulu, membedakan barang mewah seperti tas Luis Vuitton asli dari tiruannya memerlukan ketelitian dan pengalaman khusus.

Namun, Entrupy, sebuah perusahaan rintisan (startup) di New York, memperkenalkan teknologi revolusioner yang dapat membantu membedakan tas asli atau tiruan dengan mudah.

Teknologi Entrupy ini berupa mikroskop genggam yang dapat disambungkan dengan smartphone untuk memeriksa barang-barang mewah dalam hitungan menit. Sejak meluncurkan layanan ini setahun yang lalu, perusahaan tersebut mengatakan bahwa ketepatan mikroskop mencapai lebih dari 98 persen untuk 11 merek barang mewah, termasuk Louis Vuitton, Chanel dan Gucci.

Sejak lama, perusahaan barang mewah menginvestasikan modal yang tidak sedikit agar produk mereka tidak dapat dipalsukan dengan mudah. Penggunaan label hologram hingga printing mikro telah mereka gunakan. Baca:Jangan Asal Motret, Belajar dari Kasus Foto Toples Kate Middleton

Berdasarkan lembaga riset Visiongain dari London, sebuah perusaah produsen pakaian bahkan dapat menghabiskan sekitar US$6,15 miliar untuk mengembangkan teknologi anti pemalsuan.

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan e-commerce, ditambah dengan semakin populernya penjualan barang-barang mewah bekas, membuat perang melawan pemalsuan semakin sulit.


"Bahkan 10 tahun yang lalu, seorang wanita yang akan membeli tas bekas pasti tahu betul bahwa Chanel, Gucci dan Prada tidak akan dijual di toko pinggir jalan," kata Susan Scafidi, direktur Fashion Law Institute di Fordham University, seperti dikutip Bloomberg.

"Namun, dengan begitu menjamurnya perdagangan daring, baik yang resmi maupun tidak resmi, sangat sulit bagi konsumen untuk membedakannya," lanjutnya.

Isu tersebut disorot tahun lalu oleh Koalisi Anti Pemalsuan Internasional (International AntiCounterfeiting Coalition), saat menangguhkan keanggotaan peritel online terbesar China, Alibaba Group Holding Ltd., menyusul kritik bahwa Alibab dan pasar e-commercedan lainnya tidak mampu membendung arus penjualan barang palsu.

Pendiri Alibaba, Jack Ma, tidak membantah ketika dia mengatakan barang tiruan buatan Cina saat ini bahkan dapat memiliki kualitas yang lebih baik daripada barang aslinya. Baca:Poligami: Niatnya Harus Dibicarakan juga dengan Anak, Berani?

Toko online bekas seperti RealReal dan Vestiaire Collective menggunakan para ahli dengan pengalaman bertahun-tahun untuk mengetahui keaslian barang yang mereka beli dan jual.

Entrupy mengatakan kameranya dapat memperbesar objek 260 kali lipat, sehingga detil-detil barang tiruan yang tak terlihat oleh mata manusia dapat dilihat dengan jelas, seperti tanda cap yang salah, celah kecil pada serat kulit, dan cat yang tidak rapi.

Perangkat yang terlihat seperti senter besar dengan koneksi nirkabel ini dapat disewa dengan biaya awal sebesar US$299 dan biaya bulanan mulai dari US$99. Sejauh ini, sekitar 160 bisnis termasuk pegadaian, pedagang grosir, dan pengecer online telah mendaftar.

"Saat ini, ini semuanya dilakukan oleh manusia. Untuk bisnis yang sedang berkembang, itu bukan solusi yang tepat," kata pendiri Entrupy Vidyuth Srinivasan melalui telepon kepada Bloomberg.


Vidyuth dan dua peneliti New York University, Ashlesh Sharma dan Lakshminarayanan Subramanian, memulai Entrupy pada tahun 2012.

Dengan bantuan dari Yann LeCun, direktur penelitian kecerdasan buatan Facebook Inc. dan Angel investor di Entrupy, Srinivasan dan rekan-rekannya memulai startup inin dengan firasat bahwa komputer dapat dilatih untuk melihat gambar barang mewah dan merekam penanda keaslian barang tersebut ke dalam database.

Hingga saat ini, database Entrupy mencapai puluhan juta foto dari sekitar 30.000 tas dan dompet yang berbeda. Software alat ini juga dapat mempelajari setiap foto baru yang diunggah klien.

"Teknologi kami bekerja dengan baik dalam segala objek kecuali berlian dan porselin, karena keduanya bersifat bias dan kami menggunakan analisis optik. Kami sudah mengujinya pada suku cadang mobil, telepon, headphone, jaket, sepatu, bahkan minyak mentah," kata Srinivasan. Baca:Kontroversi Aplikasi Poligami, Wadah Para Suami Cari Jodoh Lagi?

Srinivasan mengatakan bahwa Entrupy tidak memiliki hubungan dengan merek mana pun yang mereka cek keasliannya. Sementara itu, LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton Se dan produsen barang mewah lainnya memilih untuk tidak mengakui bahwa ada pasar bekas untuk produk-produk mereka.

Hingga Juli 2017, Entrupy telah mengumpulkan US$2,6 juta dari investor yang dipimpin oleh modal gabungan Digital Garage Inc. yang berbasis di Tokyo dan Daiwa Securities Group Inc.

Dana tersebut akan digunakan untuk merancang kamera yang lebih cepat dan lebih portabel serta menambahkan lebih banyak merek ke dalam database Entrupy.

BISNIS.COM

Berita terkait

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: YouTube Perkuat Fitur Layanan Belanja, HyperOS Terpasang di Redmi Note 13, Fakta Gunung Ruang

6 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: YouTube Perkuat Fitur Layanan Belanja, HyperOS Terpasang di Redmi Note 13, Fakta Gunung Ruang

Topik tentang YouTube mengembangkan fitur belanja baru yang bersaing dengan TikTok Shop menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Pemicu Orang Kebelet BAB saat Sedang Belanja

14 hari lalu

Pemicu Orang Kebelet BAB saat Sedang Belanja

Jangan malu dan sungkan bila tiba-tiba kebelet BAB ketika sedang belanja. Pakar menjelaskan fenomena tersebut.

Baca Selengkapnya

Belanja Pemerintah Sentuh Rp 470 T, Didorong Pemilu

40 hari lalu

Belanja Pemerintah Sentuh Rp 470 T, Didorong Pemilu

Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyampaikanbelanja pemerintah telah terealisasiRp 470,3 triliun hingga pertengahan Maret ini.

Baca Selengkapnya

Sahur Jadi Waktu Check-Out Favorit Konsumen Lazada

45 hari lalu

Sahur Jadi Waktu Check-Out Favorit Konsumen Lazada

Senior Vice President Campaigns, Traffic, and Onsite Marketing Lazada Indonesia Amelia Tediarjo, mengatakan aktivitas transaksi banyak saat sahur.

Baca Selengkapnya

Pusat Grosir Solo Siapkan Konsep Baru Jadi Kawasan One Stop Shopping, Pedagang Bakal Difasilitasi Aplikasi CRM

53 hari lalu

Pusat Grosir Solo Siapkan Konsep Baru Jadi Kawasan One Stop Shopping, Pedagang Bakal Difasilitasi Aplikasi CRM

Manajemen Pusat Grosir Solo (PGS) sedang mempersiapkan konsep baru wisata belanja di Kota Solo yang akan diterapkan mulai tahun 2026.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Menuai Kritik, Apa Kata Para Ekonom?

55 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Menuai Kritik, Apa Kata Para Ekonom?

Program makan siang gratis dinilai para ekonom akan menggerus dana pendidikan dan membebani APBN.

Baca Selengkapnya

Destinasi Favorit Anya Geraldine di Singapura dari Wisata Kuliner hingga Belanja

59 hari lalu

Destinasi Favorit Anya Geraldine di Singapura dari Wisata Kuliner hingga Belanja

Anya Geraldine menceritakan pengalaman mengeksplorasi Singapura

Baca Selengkapnya

Realisasi Belanja Bansos Capai Rp 12,45 T per Januari 2024, Naik 220 Persen

28 Februari 2024

Realisasi Belanja Bansos Capai Rp 12,45 T per Januari 2024, Naik 220 Persen

Kementerian Keuangan mencatat realisasi belanja bansos mencapai Rp 12,45 triliun per 31 Januari 2024 atau naik 220,87 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

10 Tips Menawar Saat Berbelanja di Pasar Bagi Turis Asing

15 Februari 2024

10 Tips Menawar Saat Berbelanja di Pasar Bagi Turis Asing

Belanja di pasar menjadi tujuan menarik bagi para turis asing. Berikut terdapat tips menawar saat berbelanja di pasar bagi turis asing.

Baca Selengkapnya

Bertaburan Brand, Sudut Utara Kota Yogyakarta Ini Tumbuh Jadi Pusat Fashion Modern

4 Februari 2024

Bertaburan Brand, Sudut Utara Kota Yogyakarta Ini Tumbuh Jadi Pusat Fashion Modern

Jika Malioboro punya Pasar Beringharjo untuk belanja batik, kawasan utara Kota Yogyakarta ini punya Jalan C. Simanjuntak ini untuk fashion modern.

Baca Selengkapnya