Menurut Aman, diabetes kerap dianggap sebagai penyakit orang dewasa. Padahal diabetes juga dapat terjadi pada anak-anak dan remaja, khususnya DM tipe 1. Fakta lain menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus DM tipe 2 pada anak dengan faktor risiko obesitas serta riwayat DM tipe 2 di keluarga.
Baca: Bukan Keturunan, Ini Faktor Utama Penyebab Diabetes pada Anak
Berbeda dengan DM tipe 1, kata Aman, DM tipe 2 sangat berkaitan erat dengan gaya hidup tidak sehat, seperti berat badan berlebih, obesitas, kurang aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat atau tidak seimbang, serta merokok. "Maka dari itu diperlukan makan makanan yang sehat, kurangi minuman manis dan bersoda, aktif berolahraga setidaknya 30 menit dalam satu hari, serta batasi waktu penggunaan gadget," ucap Aman.
Untuk diabetes tipe 1, terdapat 1.213 kasus sejak September 2009 hingga September 2018 di kota-kota besar, seperti di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan. Adapun pengumpulan data jumlah kasus DM tipe 2 pada anak belum dilakukan secara luas. Jumlah pasien dengan DM tipe 2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tercatat sebanyak lima pasien pada 2014-2018.
Front Page Cantik. Penangkal Diabetes. shutterstock.com
"DM tipe 1 tak dapat dicegah, dan siapa pun dapat mengalaminya," kata Aman. Di Indonesia, Aman melanjutkan, DM tipe 1 pertama kali didiagnosis paling banyak dialami anak kelompok usia 10-14 tahun dengan 403 kasus, kelompok usia 5-9 tahun 275 kasus, kelompok usia kurang dari 5 tahun 146 kasus, dan paling sedikit adalah usia di atas 15 tahun dengan 25 kasus.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, Cut Putri Arianie, mengatakan diabetes merupakan penyakit tidak menular yang tak dapat disembuhkan. Namun dengan kontrol metabolik yang baik, anak dapat tumbuh dan berkembang layaknya anak sehat lain.
Baca: Penderita Diabetes Juga Alami Hipoglikemia, Apa Itu?
Kontrol metabolik yang dimaksud, kata Arianie, adalah mengupayakan kadar gula darah dalam batas normal atau mendekati nilai normal tanpa menyebabkan anak malah menjadi kekurangan glukosa dalam darah. "Untuk pengelolaannya antara lain dapat dilakukan dengan cara pemberian tata laksana yang sesuai, baik insulin maupun obat-obatan, pengaturan makan, olahraga, edukasi, serta pemantauan gula darah secara mandiri," ujarnya.