TEMPO.CO, Jakarta -Gempa Cianjur, Jawa Barat pada Senin, 21 November 2022 siang berdampak amat luas, termasuk ke puluhan ribu korban bencana. Akibat gempa, sedikitnya 318 orang meninggal dunia dan korban hilang yang belum ditemukan sebanyak 24 orang.
Gempa ini berdampak bagi 15 kecamatan di Cianjur. Ribuan rumah warga hancur dan sekitar 61 ribu lebih warga harus mengungsi.
Hingga Sabtu, 26 Agustus 2022, pengungsi korban gempa bumi Cianjur masih enggan kembali ke kediaman. Selain karena rumah mereka rusak parah, gempa susulan pun masih terjadi. Pada umumnya mereka mengalami trauma bencana alam, sehingga memilih bertahan di tempat pengungsian.
Mengenal Trauma Pasca-Bencana atau PTSD
Menurut American Psychological Association, PTSD merupakan trauma sebagai respons emosional terhadap peristiwa mengerikan seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam.
Baca : Penjarahan Saat Bencana, Ini Hukuman Bagi Pelaku
Trauma akibat bencana alam biasanya disebabkan oleh hilangnya rumah, hancurnya lingkungan tempat tinggal, raibnya harta benda, bahkan kematian keluarga dan teman. Jenis pengalaman ini sangat berbahaya karena cenderung mempengaruhi banyak orang sekaligus.
Reaksi trauma yang paling cepat dan khas terhadap bencana adalah syok, yang pada awalnya bermanifestasi sebagai mati rasa atau penyangkalan. Rasa terkejut ini kemudian dapat berubah menjadi keadaan emosi berlebihan yang sering kali mencakup tingkat kecemasan, rasa bersalah, atau depresi yang tinggi. Kondisi ini bahkan dapat mempengaruhi semangat hidup dan kehilangan harapan bagi korban karena kehilangan harta benda atau orang yang dicintai akibat bencana.
Gejala Umum Penderita Gangguan Trauma Pasca-Bencana
Berikut beberapa gejala umum seseorang mengalami trauma Post Traumatic Stress Disorder, menurut American Psychological Association.
1. Perasaan menjadi intens dan terkadang tidak dapat diprediksi, lekas marah, suasana hati yang berubah-ubah, kecemasan, dan depresi.
2. Pasien mengalami ingatan berulang dan jelas tentang peristiwa yang menyebabkan reaksi fisik seperti detak jantung yang cepat atau berkeringat.
3. Kebingungan atau kesulitan mengambil keputusan.
4. Susah tidur atau makan.
5. Ketakutan bahwa peristiwa emosional akan teterulang.
6. Perubahan keterampilan hubungan interpersonal, seperti peningkatan konflik atau kepribadian yang lebih menarik diri dan menghindar.
7. Gejala fisik seperti sakit kepala, mual, dan nyeri dada.
Mengutip laman scientificamerican.com, rasa trauma korban akibat bencana alam mungkin akan semakin parah saat mereka sendirian. Karenanya, upaya pengungsian menjadi alternatif untuk penyembuhan.
Saat berkumpul dengan sesama penyintas, mereka dapat saling berbagi keresahan, merekonstruksi kejadian sehingga tidak menjadi beban pikiran, serta mereka dapat saling menguatkan satu sama lain. Upaya penyuluhan oleh pihak terkait juga perlu dilakukan untuk membantu korban bencana alam healing akibat trauma.
Tak hanya pada orang dewasa, trauma bencana alam juga riskan terhadap anak-anak, menurut laman psychologytoday.com. Bencana alam dapat menyebabkan 1 dari 3 anak mengalami Post Traumatic Stress Disorder akibat bencana, menurut penelitian terhadap 800 anak-anak setelah Badai Katerina pada 2005 dan gempa bumi dan tsunami Chili pada 2010.
Remaja umumnya lebih tahan terhadap trauma bencana alam, dibandingkan anak-anak. Penelitian pada 400 remaja yang terdampak Badai Katerina menunjukkan bahwa 71 persen di antaranya tidak mengalami Post Traumatic Stress Disorder.
Orang dewasa secara kognitif mampu memahami peristiwa traumatis bencana alam dalam konteks sebab-akibat geografis. Tetapi tidak demikian bagi anak-anak yang belum dapat memahami hal ini. Anak-anak sering melihat peristiwa traumatis sebagai hukuman atas perilaku buruk.
Oleh karenanya, penting untuk memberi paham kepada anak-anak terkait bencana alam. Upaya lainnya adalah melibatkan anak penderita Post Traumatic Stress Disorder dengan anak-anak lainnya dalam pengungsian. Cara tersebut diklaim dapat membantu menyembuhkan trauma yang mengendap dalam diri para korban bencana.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga : Perilaku Looting Behaviour, Penjarahan Saat Bencana yang Perlu Diwaspadai
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.