TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kematian pertama akibat virus Oz terjadi pada wanita berusia 70 tahun di Jepang. Virus tersebut berinang pada kutu.
Wanita tersebut tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri. Ia hanya mengunjungi sebuah institusi medis pada musim panas lalu dengan gejala demam, kelelahan, dan nyeri sendi.
Wanita ini diduga menderita pneumonia dan diresepkan antibiotik, tetapi gejalanya memburuk, sehingga dia harus dirawat di Rumah Sakit Tsukuba Medical Center.
Saat dibawa ke rumah sakit ditemukan kutu yang keras menghisap darah di pangkal paha kanannya. Wanita tersebut meninggal karena miokarditis, radang jantung, sekitar sebulan kemudian.
Lantas apa sebenarnya virus Oz itu?
Menurut National Institute of Infectious Diseases (NIID), virus Oz pertama kali terdeteksi pada 2018. Virus ini berasal dari genus Thogotovirus yang biasa berinang pada kutu dan menyebabkan infeksi mematikan pada tikus.
Menurut penelitian berjudul Zoonotic Infection with Oz Virus, a Novel Thogotovirus, virus Oz secara alami dapat menginfeksi manusia maupun mamalia.
Virus Oz masuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus ini sering menyerang spesies kutu keras maupun lunak. Berdasarkan analisis filogenetik, virus Oz memiliki kekerabatan dengan virus Dhori, Batken, dan Bourbon.
Virus Dhori diketahui dapat menyebabkan ensefalitis, penyakit demam, dan kematian pada manusia. Sedangkan virus Bourbon menyebabkan penyakit demam dan kematian pada manusia.
Virus Oz sejauh ini belum ditemukan di luar Jepang. Meskipun demikian tidak ada salahnya untuk mencegah infeksi virus Oz. Untuk sementara ini pencegahan yang bisa dilakukan adalah menggunakan pakaian panjang
Pilihan Editor: Meski Belum Ada Kasus di Indonesia, Kemenkes Imbau Waspadai Virus Oz