Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Penyebab dan Gejala Impetigo, Penyakit Kulit Menular

Reporter

Editor

Nurhadi

image-gnews
Ilustrasi dermatitis atopik pada dewasa. Shutterstock
Ilustrasi dermatitis atopik pada dewasa. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Impetigo merupakan penyakit infeksi kulit menular yang banyak menyerang bayi dan anak-anak. Infeksi kulit ini menyebabkan penderitanya merasakan gatal hingga muncul kemerahan pada kulit.

Infeksi ini ditandai munculnya bercak merah dan lepuhan pada area kulit, terutama pada bagian wajah, tangan, dan kaki. Selama sekitar satu minggu, luka pecah dan membentuk kerak. 

Penyebab Impetigo

Penyebab utama impetigo adalah infeksi bakteri. Dilansir dari Cleveland Clinic, bakteri impetigo yang paling umum adalah Staphylococcus Aureus dan Streptococcus Grup A

Bakteri biasanya masuk ke kulit anak melalui luka, goresan, ruam, atau gigitan serangga. Setelah mereka memasuki tubuh anak Anda, bakteri tersebut terus tumbuh di kulitnya. Hal ini dapat menyebabkan peradangan dan infeksi pada lapisan atas kulit anak Anda.

Anak juga bisa terkena impetigo dengan menggaruk sesuatu yang gatal di kulitnya, seperti cacar air atau eksim. Saat digaruk, kulit akan rusak, sehingga bakteri mudah masuk.

Tidak hanya ana-anak, orang dewasa juga bisa terkena impetigo melalui kondisi kesehatan seperti infeksi tato. Berikut beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena impetigo.

1. Menderita diabetes. 

2. Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita HIV/AIDS.

3. Melakukan olahraga yang menyebabkan kontak antarkulit dengan orang lain, seperti gulat atau sepak bola.

4. Bertempat tinggal di lingkungan yang padat penduduk.

Gejala Impetigo

Melansir Mayo Clinic, gejala utama impetigo adalah luka kemerahan, seringkali di sekitar hidung dan mulut. Luka cepat pecah dan mengeluarkan cairan selama beberapa hari dan kemudian membentuk kerak. Luka dapat menyebar ke area tubuh lain melalui sentuhan, pakaian, dan handuk. 

Biasanya, gejala impetigo tidak langsung muncul setelah penderita terinfeksi. Gejala baru akan terlihat 4-10 hari setelah penderita pertama kali terpapar bakteri. Keluhan yang muncul pun bervariasi, tergantung pada jenis impetigo yang dialami.

Dikutip dari Yankes.kemkes.go.id, berikut ini adalah gejala impetigo berdasarkan jenisnya.

1. Impetigo Krustosa

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Impetigo krustosa merupakan jenis impetigo yang paling sering dialami oleh anak-anak dan lebih mudah menular. Adapun gejala impetigo krustos, termasuk:

- Bercak kemerahan yang terasa gatal di sekitar mulut dan hidung, tetapi tidak menimbulkan nyeri.

- Luka pada bercak akibat digaruk.

- Iritasi pada kulit di sekitar luka.

- Koreng berwarna kuning kecokelatan di sekitar luka.

- Bekas kemerahan di kulit akibat koreng yang dapat hilang dalam jangka waktu beberapa hari atau minggu.

2. Impetigo Bulosa

Impetigo bulosa merupakan jenis impetigo yang lebih serius. Gejalanya meliputi:

- Lepuhan berisi cairan bening di bagian tubuh antara leher dan pinggang, serta lengan dan tungkai.

- Nyeri di area lepuhan dan gatal pada kulit di sekitarnya.

- Lepuhan pecah, menyebar, dan menimbulkan koreng berwarna kekuningan, tetapi akan menghilang setelah beberapa hari.

Terkadang, impetigo bulosa juga disertai dengan demam dan kemunculan benjolan di sekitar leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.

Pilihan Editor: 5 Penyakit Kulit yang Menular

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Saran Dokter untuk Jaga Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

7 jam lalu

Ilustrasi wanita membersihkan wajah. Freepik.com/Gpointstudio
Saran Dokter untuk Jaga Kesehatan Kulit saat Cuaca Panas

Berikut saran spesialis kulit untuk menjaga kesehatan kulit di tengah cuaca panas seperti belakangan ini.


Saran Pakar dalam Memilih Skincare yang Aman

10 jam lalu

Ilustrasi wanita merawat kulit. Freepik.com/Senivpetro
Saran Pakar dalam Memilih Skincare yang Aman

Pakar membagi tips cara memilih obat perawatan kulit atau skincare yang mengandung bahan yang aman digunakan bagi kulit.


Jangan Sembarang Pakai Skincare Etiket Biru, BPOM Sebut Alasannya

14 jam lalu

Ilustrasi produk perawatan kulit. Freepik.com
Jangan Sembarang Pakai Skincare Etiket Biru, BPOM Sebut Alasannya

Masyarakat diminta untuk tertib dalam menggunakan skincare sesuai peruntukannya, terutama yang beretiket biru, cek sebabnya.


Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Abdul Azis Syah Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Rabu, 11 Maret 2020. Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD di Indonesia telah menelan 100 korban meninggal dari total 16.099 kasus dalam periode Januari sampai dengan awal Maret 2020. ANTARA/Syifa Yulinnas
Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

4 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

5 hari lalu

Ilustrasi vaksinasi Covid-19. TEMPO/Subekti
Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.


Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

5 hari lalu

Pasien penyakit Minamata bawaan Yuji Kaneko di Oruge-Noa, menyantap makanan di sebuah kelompok perawatan untuk orang-orang cacat di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 13 September 2017. Kaneko lahir di Minamata pada tahun 1955 dan semua dari anggota keluarganya penderita penyakit Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?


Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

6 hari lalu

Petugas kesehatan meneteskan vaksin polio pada mulut anak balita saat pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio di Kota Madiun, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Imunisasi itu merupakan putaran kedua yang menyasar  kepada sekitar 18 ribu anak hingga usia delapan tahun di wilayah tersebut untuk memberikan kekebalan pada anak sekaligus upaya menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan kasus lumpuh layu di Pamekasan, Sampang Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah beberapa waktu lalu, dilaksanakan pada 19-25 Februari. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.


5 Cara Menggunakan Parfum yang Benar

6 hari lalu

Ilustrasi wanita menyemprotkan parfum di pergelangan tangan. Freepik.com/Freepic.diller
5 Cara Menggunakan Parfum yang Benar

Menggunakan parfum dengan benar dapat membuat aroma bertahan lebih lama dan lebih merata.


7 Kesalahan saat Menggunakan Parfum

7 hari lalu

Ilustrasi wanita menyemprotkan parfum di pergelangan tangan. Foto: Freepik.com/Lifestylememory
7 Kesalahan saat Menggunakan Parfum

Berikut kesalahan-kesalahan saat menggunakan parfum yang dapat mengurangi efektivitas dan bahkan menciptakan kesan negatif.