TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Ditjen Dukcapil Kemendagri) merilis informasi nama bayi laki-laki terpopuler sepanjang 2023. Empat dari lima nama tersebut, mengandung unsur nama “Muhammad”. Dalam unggahan di Instagram Ditjen Dukcapil Kemendagri @dukcapilkemendagri, Teguh Setyabudi, menyebutkan lima nama bayi laki-laki paling populer yang lahir pada 2023.
Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil, mengurutkan lima nama bayi laki-laki paling populer sepanjang 2023. Dari kelima nama, empat diantaranya memuat unsur nama “Muhammad”. Adapun lima nama itu adalah: Muhammad Al Fatih, Muhammad Attaqi Rafandra, Muhammad, Arsya Alfarizqi, Kenzie Alvaro Devanka, dan Muhammad Arkanza.
Menjadi nama bayi laki-laki populer, Muhammad Al Fatih adalah nama seorang sultan Turki Usmani (Ottoman) yang paling populer. Ia menguasai Konstantinopel pada 1953. Konstantinopel merupakan kota strategis yang dibangun oleh Kaisar Romawi Timur pada 330 M. Potensi kuat kota ini menjadi incaran banyak bangsa.
Muhammad Al Fatih atau Sultan Mehmet II, putra dari Sultan Murad II, berhasil menaklukkan Konstantinopel dalam usia muda. Penaklukkan ini dinilai berperan besar dalam terbukanya Timur Tengah kepada dunia modern dan membawa kembali kejayaan Turki Ottoman.
Dengan kekuatan angkatan lautnya, Muhammad Al Fatih “mendobrak” kota laut dengan tembok tinggi sebagai tamengnya. Konstantinopel juga dikelilingi parit sedalam 7 meter. Dengan 150.000 personel, Muhammad Al Fatih membawa meriam penghancur dan alat canggih lainnya bersama 400 unit kapal perang.
Muhammad Al Fatih lahir pada 30 Maret 1432 M di Edirne, Ibukota Kesultanan Turki Usmani (Ottoman) kala itu. Sebagai pangeran, Sultan Mehmet II harus mengikuti tradisi Turki yang membekali para penerus takhta dengan pengalaman dan kesiapan. Di usia 11 tahun, Sultan Mehmet II dikirim ayahnya ke Amasya untuk menjadi gubernur.
Tak berselang lama, setahun kemudian pada tahun 1444 M, ayah Sultan Mehmet II, Sultan Murad II, menyerahkan tahtanya. Peristiwa ini terjadi setelah kesultanannya mendapati kesepakatan damai dengan Anatolia.
Akan tetapi, Kesultanan Ottoman diserang tak lama setelah Sultan Murad II turun takhta. Kondisi ini membuat Sultan Mehmet II meminta ayahnya untuk kembali naik takhta. Setelah menolak, Sultan Murad II akhirnya menerima untuk kembali bertakhta hingga akhir hayatnya pada 1451. Dengan begitu, Sultan Mehmet II atau Muhammad Al Fatih kembali memimpin Kesultanan Ottoman pada usia 19 tahun.
Muhammad Al Fatih pun membangun angkatan laut untuk menaklukkan Konstantinopel dan mulai melakukan penyerangan pada April 1953. Pada akhirnya, Konstantinopel berhasil ditaklukkan Muhammad Al Fatih dan prajuritnya pada 29 Mei 1953 setelah melalui 53 hari pertempuran.
Keberhasilan ini sekaligus meruntuhkan Kekaisaran Romawi Timur. Ibukota Turki Usmani pun dipindahkan ke Konstantinopel. Setelah peristiwa ini, dari buku “The Nature of the Early Ottoman State” karya Heath Ward Lowry, pewaris dan keponakan dari Kaisar Constantine XI (Pemimpin Kekaisaran Romawi Timur), menjadi pelayan Muhammad Al Fatih.
Tak hanya itu, mereka pun memeluk agama Islam pada akhirnya. Kepandaian dalam memimpin, ahli kemiliteran, matematika, dan penguasaan enam bahasa dicapai Muhammad Al Fatih pada usia 21 tahun.
Oleh karena itu, sosoknya seringkali menjadi inspirasi dan panutan bagi para keluarga muslim. Bersamaan dengan itu, para orang tua juga memberikan nama serupa untuk anaknya dengan mengharapkan keberanian dan sifat kepemimpinan seperti Muhammad Al Fatih.
Pilihan Editor: Lesti Kejora dan Rizky Billar Ganti Nama Anak dari Leslar jadi Levian