TEMPO.CO, Jakarta - Kegiatan ibadah haji 2024 berlangsung dalam cuaca panas. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (INASH) meminta jemaah haji dengan riwayat hipertensi rutin minum air putih dan obat selama di Tanah Suci.
“Jangan hanya minum kalau haus saja, pokoknya secara reguler minum sedikit-sedikit. Kalau minum seperti itu tidak akan sering kencing. Tapi kalau langsung dihantam banyak air, tubuh akan cepat buang air,” kata Ketua INASH, dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, di Jakarta, Jumat, 17 Mei 2024.
Baca juga:
Eka menuturkan rajin minum air putih dapat menjaga tubuh tetap terhidrasi selama di Tanah Suci. Jemaah haji dianjurkan untuk tetap membawa cadangan air minum meski mudah mendapatkan akses air. Air cadangan tersebut dapat diminum ketika sedang menunggu antrean di kamar kecil maupun mengurangi rasa dahaga di sela kegiatan ibadah haji.
“Penyebab kemarin banyak yang meninggal itu karena dehidrasi. Saya selalu bilang, pokoknya siapkan cadangan air minum karena saat antre toilet, haus, dia harus segera minum,” ujar Eka.
Selalu minum obat
Selain mengalami dehidrasi, rajin minum air putih juga menghindarkan jemaah haji dari risiko heat stroke atau serangan panas, pikun, hingga hilang kesadaran. Mengenai obat, Eka menekankan pengobatan hipertensi harus dijalani seumur hidup dan tidak boleh diabaikan meski pasien merasa kondisinya semakin membaik. Menurutnya, obat yang diminum bakal menghindarkan organ-organ dalam tubuh dari kerusakan yang disebabkan hipertensi seperti kerusakan fungsi ginjal.
Hal lain yang disarankan agar jemaah haji tidak kambuh yakni menghindari makanan asin. Kalau ingin menyantap hidangan dengan cita rasa asin, dia mengingatkan konsumsi garam tidak boleh lebih dari lima gram per hari atau setara satu sendok teh per hari.
Eka juga menjelaskan cuaca panas memang tidak terbukti dapat membuat orang terkena hipertensi sebab otak sebagai kontrol tubuh memiliki suatu pengaturan yang dapat bereaksi terhadap suhu di luar tubuh. Ia mengatakan dampak cuaca panas juga hanya bersifat sementara sehingga begitu tubuh terkena suhu yang lebih dingin, gejala akan berkurang secara perlahan.
“Tekanan darah kita itu dipengaruhi neurohormonal. Jadi, ada panas simpatis, kalau ada suhu panas itu akan naik. Pengaturan tekanan darah itu sebenarnya ada di otak, neurohormonal mempengaruhi volume darah dan jantung. Jadi, di otak itu ada reseptor panas dan dingin yang bisa mempengaruhi simpatis,” paparnya.
Pilihan Editor: Telur Memang Sedap dan Sehat tapi Pahami Juga Nutrisinya