Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

6 Fakta Sindrom Empty Sella, Penyakit yang Diidap Ruben Onsu

image-gnews
Ruben Onsu. (Instagram/ruben_onsu)
Ruben Onsu. (Instagram/ruben_onsu)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Presenter Ruben Onsu dibawa ke rumah sakit karena kondisi kesehatan yang menurun. Sempat diduga karena kelelahan, Ruben terindikasi melemah karena Sindrom Empty Sella atau Empty Sella Syndrome (ESS). Sindrom itu mungkin kurang dikenal oleh banyak orang. Meski tidak selalu menimbulkan gejala serius, memahami ESS penting untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi ini. Dikutip dari Verywell Health, berikut adalah enam hal penting yang perlu Anda ketahui tentang Sindrom Empty Sella.

1. Pengertian Sindrom Empty Sella

Sindrom Empty Sella adalah kondisi di mana sella turcica, sebuah struktur tulang di dasar otak yang biasanya berisi kelenjar pituitari, terlihat kosong atau hampir kosong saat diperiksa menggunakan teknik pencitraan seperti MRI atau CT scan. Kondisi ini dapat terjadi karena kelenjar pituitari mengecil atau terdorong ke dinding sella turcica.

2. Jenis-jenis Sindrom Empty Sella

ESS terbagi menjadi dua kategori yaitu primer dan sekunder. ESS primer biasanya terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas dan sering ditemukan secara kebetulan saat pencitraan otak untuk alasan lain. ESS sekunder terjadi akibat kondisi lain seperti tumor pituitari, terapi radiasi, atau pembedahan yang mempengaruhi kelenjar pituitari.

3. Gejala yang Mungkin Timbul

Banyak individu dengan ESS tidak mengalami gejala sama sekali. Namun, beberapa mungkin mengalami sakit kepala, penglihatan kabur, atau gangguan hormon yang disebabkan oleh fungsi pituitari yang tidak normal. Gejala lainnya bisa termasuk kelelahan, penurunan libido, dan gangguan menstruasi pada wanita.

4. Diagnosa Sindrom Empty Sella

ESS sering didiagnosis melalui pencitraan otak seperti MRI atau CT scan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi sella turcica dan melihat apakah kelenjar pituitari berada dalam ukuran dan posisi normal. Dokter juga mungkin memeriksa kadar hormon dalam darah untuk memastikan fungsi pituitari.

5. Pengobatan

Pengobatan untuk ESS tergantung pada gejala yang dialami. Jika ESS tidak menimbulkan gejala, biasanya tidak diperlukan pengobatan khusus. Namun, jika ada gangguan hormon, terapi hormon mungkin diperlukan. Dalam kasus sakit kepala atau gangguan penglihatan, perawatan simptomatik mungkin diberikan.

6. Prognosis dan Komplikasi

Banyak orang dengan ESS dapat menjalani kehidupan normal tanpa komplikasi serius. Namun, penting untuk melakukan pemantauan rutin terhadap fungsi pituitari, terutama jika ada gejala atau kondisi medis lain yang menyertai. Pada kasus yang jarang, ESS dapat menyebabkan komplikasi seperti kebocoran cairan serebrospinal.

Sindrom Empty Sella mungkin jarang didengar, tetapi memahami kondisi ini dapat membantu mengenali gejala dan mencari perawatan medis yang tepat. Jika Anda atau orang yang Anda kenal memiliki gejala yang mencurigakan, konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut.

Pilihan Editor: Ruben Onsu Dilarikan ke RS, Sarwendah dan Jordi Onsu Panik Baru Tahu dari Medsos

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Dokter Jantung Sebut PFO sebagai Penyebab Stroke di Usia Muda, Apa Itu?

1 hari lalu

Ilustrasi stroke. mediaself
Dokter Jantung Sebut PFO sebagai Penyebab Stroke di Usia Muda, Apa Itu?

Salah satu penyebab stroke kriptogenik atau yang tidak diketahui penyebabnya pada anak muda adalah PFO. Berikut penjelasannya.


Yang Perlu Dipahami soal Parkinson, Penyakit yang Diderita Mantan Bintang Sepakbola Amerika

2 hari lalu

Mantan pemain american football, Brett Favre. REUTERS
Yang Perlu Dipahami soal Parkinson, Penyakit yang Diderita Mantan Bintang Sepakbola Amerika

Brett Favre mengaku menderita Parkinson, penyakit degeneratif dan kondisi berkembang ketika bagian-bagian otak rusak dan mati.


Selain Nutrisi, Olahraga Fisik juga Bantu Kesehatan Otak

5 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Selain Nutrisi, Olahraga Fisik juga Bantu Kesehatan Otak

Olahraga fisik yang teratur sangat penting untuk kesehatan otak


Bisa Menyerang Siapa Saja, Kenali Faktor Pemicu Terbanyak Demensia

5 hari lalu

Ilustrasi demensia. Shutterstock
Bisa Menyerang Siapa Saja, Kenali Faktor Pemicu Terbanyak Demensia

Ada beberapa faktor pemicu demensia, mulai dari kesibukan sampai gaya hidup tak sehat. Jenis apa yang paling banyak ditemukan?


Selain Jinak dan Ganas, Ini 2 Jenis Tumor Otak dan Penyebabnya

6 hari lalu

Anthony Kulkamp Dias menjalani operasi pengangkatan tumor otak sambil bermain gitar. Dailymail.co.uk
Selain Jinak dan Ganas, Ini 2 Jenis Tumor Otak dan Penyebabnya

Selain tumor jinak dan ganas, tumor otak juga terdiri dari dua jenis, yakni primer dan sekunder. Cek bedanya.


Founder Janji Biayai Perawatan Medis Pelanggan yang Terdampak Konsumsi Makanan Sec Bowl Kuningan

9 hari lalu

Sec Bowl. Foto : Instagram/Rius Vernandes,
Founder Janji Biayai Perawatan Medis Pelanggan yang Terdampak Konsumsi Makanan Sec Bowl Kuningan

Founder Sec Bowl Rius Vernandes mengumumkan menutup gerai Sec Bowl Kuningan secara permanen pada 18 September 2024.


Perbedaan CT Scan dengan Kateterisasi Jantung

15 hari lalu

Ilustrasi CT Scan/Bethsaida Hospital
Perbedaan CT Scan dengan Kateterisasi Jantung

Skrining dan diagnosis penyakit jantung koroner dapat dipastikan melalui dua cara, yaitu CT Scan Cardiac dan Kateterisasi Jantung. Apa beda keduanya?


Beda CT Scan dan Kateterisasi untuk Ketahui Masalah Jantung

19 hari lalu

Ilustrasi serangan jantung (pixabay.com)
Beda CT Scan dan Kateterisasi untuk Ketahui Masalah Jantung

CT scan dan katerisasi jantung bisa dilakukan untuk mendeteksi masalah jantung lebih awal sehingga pengobatan bisa dilakukan lebih cepat. Apa bedanya?


Cegah Kerusakan Otak dengan Menghindari Kebiasaan Ini

19 hari lalu

Ilustrasi otak. Pixabay
Cegah Kerusakan Otak dengan Menghindari Kebiasaan Ini

Paparan berulang terhadap waktu layar, pola makan tidak sehat, kurang tidur mengganggu perkembangan kognitif, terkadang menyebabkan kerusakan otak.


Ide Awal Tim Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Tulang Hewan untuk Filtrasi Air Limbah dan Irigasi Sawah

20 hari lalu

Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. (ugm.ac.id)
Ide Awal Tim Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Tulang Hewan untuk Filtrasi Air Limbah dan Irigasi Sawah

Tim mahasiswa UGM menciptakan inovasi dengan memanfaatkan limbah gigi dan tulang hewan sebagai filter air limbah yang diolah menjadi air irigasi sawah