Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Manfaat Kolesterol Tinggi pada ASI untuk Bayi Menurut Guru Besar UI

Reporter

image-gnews
Ilustrasi menyusui. MomJunction
Ilustrasi menyusui. MomJunction
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh butuh kolesterol untuk membangun sel-sel sehat. Tapi kadar kolesterol yang tinggi, di atas ambang batas toleran 200 mg/dL, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. 

Namun tidak demikian bagi bayi. Guru besar bidang ilmu gizi kesehatan masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Sandra Fikawati, mengatakan kadar kolesterol tinggi pada air susu ibu (ASI) berfungsi melindungi bayi dari risiko penyakit degeneratif.

"Kalau ibu-ibu tidak memberikan ASI eksklusif enam bulan kepada anak, itu pengaruhnya bukan hanya enam bulan tapi berdampak terus sampai dia dewasa," kata Fikawati di Jakarta, Kamis, 30 Mei 2024.

Karena otomatis, ketika tidak diberi ASI tubuh anak selama enam bulan kehidupan pertama tidak pernah membentuk ketahanan terhadap kolesterol sehingga sampai dewasa tubuhnya terus rentan.

"Jadi bukan sekadar anak itu tumbuh, sudah enam bulan itu terlewat, selesai. Dia nanti sama dengan anak-anak lain, tidak seperti itu. Kemampuannya sudah berbeda dengan anak yang lain," paparnya.

ASI tinggi kolesterol
ASI diketahui mengandung lebih tinggi kolesterol dibanding susu biasa atau bahkan susu formula. Susu formula adalah susu sapi yang dibuat untuk mencukupi gizi manusia atau anak kurang dari 1 tahun. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika memang anak telanjur melewati fase pemberian ASI eksklusif, Fika menganjurkan kepada ibu untuk meningkatkan pengawasan indeks massa tubuh anak agar tidak lebih dari  angka 25 agar anak tidak dikategorikan obesitas.

Ia mengajarkan cara menghitung indeks massa tubuh, yaitu berat badan dalam kilogram dibagi nilai kuadrat dari tinggi badan dalam meter. 

"Misalnya berat badan saya 55 kilogram dibagi 1,54 meter kuadrat (1,54 kali 1,54), berapa hasilnya nanti tidak boleh lebih dari 25. Kalau lebih dari 25 berarti itu obesitas," tandasnya.

Pilihan Editor: Turunkan Kolesterol dengan Perubahan Gaya Hidup Berikut

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ginekolog Ungkap Penyebab PCOS pada Remaja dan Gejalanya

1 hari lalu

Ilustrasi sistem repoduksi wanita, rahim, PCOS (Freepik)
Ginekolog Ungkap Penyebab PCOS pada Remaja dan Gejalanya

Dokter kandungan menjelaskan PCOS atau gangguan siklus haid yang terjadi sejak remaja harus diperbaiki dengan gaya hidup sehat.


Mahasiswa Kedokteran Harvard Ini Makan 720 Butir Telur dalam Sebulan, Apa Kabar Kolesterolnya?

1 hari lalu

Ilustrasi Telur Rebus
Mahasiswa Kedokteran Harvard Ini Makan 720 Butir Telur dalam Sebulan, Apa Kabar Kolesterolnya?

Nick Norwitz melakukan eksperimen dengan makan 720 butir telur dalam sebulan untuk melihat dampak pada kadar kolesterolnya, naik atau turun?


Bolehkah Penderita TBC Menyusui Anak?

1 hari lalu

Ilustrasi menyusui. MomJunction
Bolehkah Penderita TBC Menyusui Anak?

Dokter anak menjelaskan ibu menyusui dengan riwayat TBC masih boleh memberikan ASI kepada bayinya tapi ada syaratnya.


Studi: Akses Pangan di Lingkungan Sekitar Pengaruhi Risiko Obesitas Anak

3 hari lalu

Ilustrasi obesitas. ANTARA
Studi: Akses Pangan di Lingkungan Sekitar Pengaruhi Risiko Obesitas Anak

Studi peneliti dari Harvard Pilgrim Health Care Institute menunjukkan, kondisi lingkungan mempengaruhi obesitas pada anak.


Manfaat ASI Eksklusif di 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak

4 hari lalu

Ilustrasi menyusui. SpineUniverse
Manfaat ASI Eksklusif di 1.000 Hari Pertama Kehidupan Anak

ASI eksklusif memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi selama 1.000 hari pertama kehidupan.


Aturan Kadar Gula dalam Makanan Bisa Beratkan UMKM, Ini yang Akan Dilakukan Pemerintah dan BPOM

6 hari lalu

Penjual warteg saat menyajikan paket nasi Rp. 7500 di sebuah warteg di Jakarta, Jumat 19 Juli 2024.  Program Makan Siang Gratis yang berganti nama jadi Makan Bergizi Gratis jadi sorotan. Pasalnya, harga satuan per porsi Makan Bergizi Gratis dikabarkan turun dari Rp 15 ribu menjadi Rp 7.500. TEMPO/Subekti.
Aturan Kadar Gula dalam Makanan Bisa Beratkan UMKM, Ini yang Akan Dilakukan Pemerintah dan BPOM

Pemerintah dan BPOM siapkan peraturan tentang kadar gula, lemak dan garam dalam makanan yang tidak memberatkan UMKM tapi juga aman untuk masyarakat.


Makanan Cepat Saji Mengancam Kesehatan Generasi Muda di Prancis

7 hari lalu

ilustrasi makanan cepat saji (pixabay.com)
Makanan Cepat Saji Mengancam Kesehatan Generasi Muda di Prancis

Gaya hidup yang kurang aktif yang akan semakin memperparah situasi. Fenomena ini semakin diperburuk dengan maraknya konsumsi makanan cepat saji.


Mengulas Obat Statin, Efek Sampingnya pada Manusia dan Hewan

15 hari lalu

Ilustrasi minum obat. TEMPO/Subekti
Mengulas Obat Statin, Efek Sampingnya pada Manusia dan Hewan

Golongan statin dikenal sebagai lini pertama dalam menurunkan kadar kolesterol. Bisa diberikan kepada manusia maupun hewan. Apa efek sampingnya?


Perlunya Sekolah Beri Edukasi Makanan Sehat Cegah Anak Obesitas

19 hari lalu

Ilustrasi anak obesitas/obesitas dan kesehatan. Shutterstock.com
Perlunya Sekolah Beri Edukasi Makanan Sehat Cegah Anak Obesitas

Ahli gizi mengimbau sekolah turut memberi edukasi makanan sehat untuk mencegah risiko anak obesitas.


Ketahui Soal Sindrom Metabolik: Pengertian, Gejala, dan Penyebab

22 hari lalu

Ilustrasi kolesterol. Shutterstock
Ketahui Soal Sindrom Metabolik: Pengertian, Gejala, dan Penyebab

Sindrom metabolik adalah kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2. Apa sebab dan gejalanya?