TEMPO.CO, Jakarta - Kehamilan adalah proses yang menantang bagi para wanita, termasuk perubahan bentuk tubuh yang cepat. Akan tetapi, banyak ibu hamil yang mendapatkan stigma terkait berat badan atau juga body shaming.
Selain memicu tekanan mental, kritik-kritik tersebut juga berdampak negatif pada kesehatan fisik ibu hamil karena menyebabkan gangguan makan dan malas menjaga kesehatan. Sayangnya, wanita hamil itu kebanyakan mendapatkan stigma dari orang-orang terdekat, yang sudah pasti berbahaya.
Sebuah ulasan baru-baru ini menemukan stigma berat badan dari pasangan menunjukkan kualitas hubungan yang buruk, ketidakpuasan pada bentuk tubuh, dan gangguan makan. Dalam sebuah riset pada 501 wanita hamil didapatkan hasil sekitar sepertiganya (157) mendapat stigma dari orang terdekat (teman, keluarga, pasangan). Berikut stigma yang paling banyak, dilansir dari Psychology Today.
Membandingkan dengan kecantikan ideal
Perempuan dibandingkan dengan kehamilan ideal dan bentuk tubuh setelah melahirkan. Sebagian wanita merasa terlalu gemuk.
Kritik terkait gaya hidup
Para wanita itu dikritik terkait gaya hidup, termasuk penambahan berat badan (26 persen), perilaku makan (19 persen), dan juga kebiasaan olahraga.
Baca juga:
Kritik terkait kesehatan
Para wanita itu dikritik terkait kesehatan (15 persen) dan ada juga yang mengkritik kesehatan bayi dalam kandungan (5 persen).
Komentar penyebab rasa tak nyaman
Sebagian wanita juga mengaku menerima berbagai komentar yang membuat mereka merasa tak nyaman. Contohnya ada yang dicap badannya terlalu besar dan ada pula yang justru disebut terlalu kurus untuk wanita hamil sehingga khawatir akan kesehatan janin atau bayinya bakal kurang gizi.
Pilihan Editor: Perlunya Kreativitas Keluarga Mengolah Pangan Lokal agar Tak Tergantung pada Mi