TEMPO Interaktif, Apakah Anda anggota jemaah haji atau orang yang bepergian ke kawasan sabuk Sahara Afrika, seperti Senegal, Mauritania, Mali, Sudan, Chad, serta Ethiopia, dan daerah sekitarnya? Hati-hati bila leher terasa kaku alias mengalami ketidakmampuan melenturkan leher maju secara pasif karena otot leher meningkat dan mengalami kekakuan.
Memang gangguan itu tampaknya sepele, tapi, menurut penelitian, 70 persen kasus bakteri meningitis pada orang dewasa menyerang kuduk. Menurut ahli penyakit dalam bagian alergi imunologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Iris Rengganis, gejala awal penyakit yang berasal dari daerah Sub-Sahara ini sering kali tidak spesifik dan mirip flu. Bahkan seorang tenaga kesehatan profesional sering kesulitan mendiagnosis gejala ini secara dini.
Baca juga:
"Gejala klasiknya, leher atau kuduk kaku, ruam petechial, tidak muncul sampai penyakit dalam keadaan lanjut. Langsung cek suap tenggorok," ujar Iris. Gejala lainnya yakni demam, muntah, sakit kepala berat, silau atau sensitif terhadap cahaya, sangat mengantuk, bingung, sakit tenggorokan, dan kesadaran menurun. Ruam juga sering muncul, meski tidak selalu ditemukan pada semua kasus.
Jika ada tanda-tanda awal dan diabaikan, gejala bisa memburuk. Seseorang bisa merasa sakit di bagian persendian atau otot dan anggota gerak. Tangan dan kaki dingin, menggigil, pernapasan cepat atau kesulitan bernapas. Selain itu, akan muncul ruam bintik data atau bintik-bintik merah atau ungu dan berkembang menjadi bercak merah atau lesi ungu. "Karena, setelah muncul tanda awal, seseorang harus langsung dicek kesehatannya. Jika sudah telanjur kena, dia harus diisolasi hingga pengobatannya tuntas. Keluarganya pun harus ikut dicek," kata Iris.
Penyakit ini menular bisa melalui udara saat penderita batuk, bersin, atau melakukan kontak langsung, misalnya berciuman. "Seperti kalau ada orang flu," ujarnya. Penyakit ini menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang. Dalam waktu 24-38 jam bisa menimbulkan kematian. Apalagi tanpa pengobatan, tingkat kematian ini bisa mencapai 70-90 persen. Meningitis ini rentan menyerang anak-anak dan orang lanjut usia. Di Amerika Serikat, penyakit ini juga menjadi penyebab kematian anak-anak.
Risiko meningitis ini menjadi lebih besar pada perokok. Bakteri ini juga bercokol di tenggorokan atau jalan napas. Sedangkan rokok mengganggu pernapasan. "Rokok akan memperlemah tenggorokan dan bakteri senang di tenggorokan yang lemah," ujar dokter Iris.
Meningitis, yang disebabkan oleh virus meningokokus yang berasal dari sabuk Sahara Afrika, dapat ditularkan melalui batuk, bersin, ciuman, berbagi makanan dalam satu sendok, pemakaian sikat gigi bersama, dan merokok bergantian dalam satu batang. Tingkat pencegahannya adalah, pertama, jangan lakukan itu semua.
Pencegahan berikutnya adalah menjalani vaksinasi. "Vaksin ini terbukti efektif mencegah penyakit meningokokus," kata dokter Iris. Vaksinasi harus dilakukan setidaknya dua minggu atau 10 hari sebelum pergi. Alasannya, dalam waktu itu, tubuh akan membentuk antibodi untuk ketahanan terhadap penyakit ini. "Kalau vaksin disuntikkan dua hari sebelum keberangkatan, ya berisiko juga, karena antibodi belum terbentuk," ujarnya.
Selain vaksin Meningitis, dokter Iris menganjurkan untuk menjalani vaksinasi influenza. Vaksin ini juga akan mempertinggi daya tahan tubuh terhadap flu. Apalagi suhu di daerah Arab, Sub-Sahara, sangat kering.
Bagi orang yang alergi vaksinasi dan tak bisa ikut vaksinasi, sebagai gantinya dia harus mempunyai daya tahan tubuh yang kuat. "Gizi cukup, minum vitamin dan imunostimulator," kata dokter Iris. Selain itu, harus memakai masker untuk menghindari kontak udara dengan penderita serta banyak minum. Tentu saja melawat ingin sehat walafiat, bukan membawa-bawa penyakit dari negeri orang.
DIAN YULIASTUTI