TEMPO.CO, Jakarta--Perempuan berjilbab kini semakin bisa bergaya dengan aneka daleman jilbab (ciput) dan model kerudung dan selendang. Tapi dampaknya adalah, aneka gaya berkerudung menjadi luar biasa berkembangnya hingga terkadang menyalahi syari. "Ada pendapat syari dan fashion itu tidak bisa bersatu, tapi tetap syari itu harus nomor satu," kata Ina Binandari desainer dari Elzatta Hijab dalam peluncuran buku di Kinokuniya, Jakarta, Rabu, 31 Juli 2013.
Syari, menurut Ina, tak hanya dari jilbab tapi keseluruhan penampilan. Sehingga dari atas ke bawah, perempuan berjilbab tidak menonjolkan tubuhnya. "Saya lihat mereka pakai kerudung, tapi celana ngepas, kalau mau sebaiknya pakai atasannya yang panjang juga," ujar dia.
Ina menjelaskan, bahwa jangan takut bahwa untuk memakai berjilbab secara syari itu kuno. "Sebab yang namanya fashion, itu bisa beribu-ribu cara," ujar dia. Jadi jangan biarkan berjilbab tapi leher kemana-mana atau badannya lekat dengan pakaiannya.
Menurut Ina, kalau mau berjilbab itu jangan nanggung. "Harus full, jangan dikit-dikit bagian tubuhnnya keliatan, itu salah kaprah," kata dia. Intinya adalah kepandaian memadu padan dan menyampurkan motif. Motif tabrak seperti garis-garis dan bunga-bunga bisa bersatu. Syaratnya, adalah keserasian warna. "Dan yang penting adalah percaya diri," ujar dia.
DIANING SARI
Terhangat:
Mudik Lebaran | Ahok vs Lulung | Anggita Sari
Baca juga:
Tidur Mendengkur Lebih Berbahaya Dibanding Rokok
Layanan Rumah Sakit Terkenal Belum Tentu Terbaik
Ade Rai Dan Buku Ketujuhnya
Panjang Umur dengan Sayur