Tonny membuat tangga ini meliuk-liuk, arahnya tak lurus. “Seperti kain melayang-layang, supaya ada aksen dalam rumah,” kata arsitek lulusan Universitas Tarumanegara, Jakarta, berusia 42 tahun ini. Kita bisa melangkah ke lantai dua langsung menuju dapur dan ruang keluarga yang besar. Kaca-kaca tak hanya menempel pada dinding muka, tapi juga langit-langit. Suasananya memang jadi terasa nyaman, tidak panas karena kaca terlapis dengan pelindung cahaya matahari.
Membuat kaca di langit-langit ini bukan persoalan gampang bagi Siong. Apalagi kaca ini berada di atap beton dengan sudut kemiringan hampir 60 derajat. Ia mengecor atap ini setiap 1 meter supaya campuran semennya tidak tumpah. Kalau coran sudah setengah kering, baru ia lanjutkan lagi hingga ke bagian yang paling rendah.
Di lantai dua ini terdapat pula ruang belajar anak, dua ruang tidur, dan dua kamar mandi. Lanjut ke lantai tiga, terdapat ruangan khusus area servis dalam sebuah kotak besar. Di dalamnya, ada kamar pembantu dan ruang cuci-jemur pakaian. Tak jauh dari area itu ada dua kamar tidur lagi, kamar mandi, dan sebuah taman di atap.
Desain rumah ini, menurut Tonny, merupakan proses dari sebuah ide dan kebutuhan klien. Renovasi rumah bukan hal aneh dan pasti akan terjadi seiring dengan bertambahnya kebutuhan. Tapi, yang kerap terjadi, rumah bisa terlihat aneh dan terlihat tambal-sulam. “Bisa bagus atau bisa jadi alien,” kata dia.
Ia tak menganut form follows function. “Itu hanya memberi satu jawaban,” kata dia. “Kalau arsitektur kontemporer atau modern sekarang cenderung memberi lebih banyak jawaban.” Klien dan arsitek bersama-sama menjadi penentu desain.
SORTA TOBING