TEMPO.CO, Jakarta -Dostoyevsky, Tolstoi, Pushkin, dan Tchaikovsky. Ada kesamaan di antara keempat nama tersebut, selain tentu saja mereka dari Rusia. Yang pasti bukan profesi. Tiga dari nama tersebut merupakan penulis, sisanya seorang komposer. Kesamaan dari keempatnya adalah karena ada orang Rusia kelima, Alexander Shorokhoff, yang mengabadikan nama keempat seniman itu sebagai nama jam tangan.
Semua berawal dari kecintaan Shorokhoff kepada tanah kelahirannya, Moskow, Rusia. Pria 52 tahun ini memulai karier di bidang jam tangan pada 1992. Keterlibatannya dalam organisasi politik membuat Shorokhoff mendapat kesempatan memasarkan jam buatan pemerintah komunis Uni Soviet, Poljot. Sebelumnya, ia juga sempat dikirim oleh Presiden Michael Gorbatchev untuk belajar kapitalisme di Jerman.
Di tangannya, permintaan akan jam buatan Negeri Beruang Merah itu meningkat. Ia pun memberanikan diri membuat jam tangan dengan merek namanya, Alexander Shorokhoff, setelah Uni Soviet bubar. Berbekal pendidikan teknik dan kecintaannya terhadap seni, ternyata jam buatannya laku di pasar.
Setelah dua dekade berkarya, Shorokhoff meluncurkan seri terbatasnya, Harmony of Stripes. Hanya 200 buah yang ia buat dengan harga lebih dari Rp 30 juta per buah. Jangan bayangkan jam ini modelnya jadul dan suram seperti dinginnya negara di utara itu. Justru ia mendesainnya dengan sangat modern dan kontemporer, terutama dari pemilihan warna. “Pada latar belakangnya, terdapat garis dengan dua motif,” kata pemilik Red Army Watches, Sugiharto Kusumadi.
Motif pertama, yaitu garis gradasi hijau-abu-abu-hitam melambangkan sisi kreatif dan emosional Rusia. Sementara itu, garis di tengahnya, yang terdiri atas dua versi, hitam dan putih, mencitrakan Jerman yang tegas dan terorganisasi. Di dua negara itulah Shorokhoff membuat jam tangannya.
Baca Juga:
Shorokhoff memilih Jerman sebagai tempat pembuatan alat mekanik dan proses manufaktur. Tapi soal mengukir dan inspirasi tetap dari Rusia. Harmony of Stripes memakai sistem dual movement, ada penunjuk jam, menit, detik, dan kalender. Tanpa baterai dan dihiasi 25 batu rubi. Untuk pengikatnya, ia memakai kulit buaya berwarna hitam.
Diameter jam termasuk kecil, sekitar 4,7 sentimeter. “Jadi unisex, bisa dipakai laki-laki dan perempuan,” kata Sugi. Tapi sayang, ketika Red Army Watches menggelar konferensi pers untuk merayakan 20 tahun karyanya, Shorokhoff tidak bisa datang. “Maaf, saya sedang sakit,” katanya menyapa awak media melalui sebuah video yang tayang di Rumah Kartanegara, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ia sakit karena memakan sup ayam dan brokoli di Singapura.“Saya terpaksa harus kembali ke Jerman,”ujar Shorokhoff. Tapi ia sempat mengatakan bahwa karya terbarunya ini merupakan wujud keindahan, kesempurnaan, dan rasa terima kasihnya kepada Rusia, Jerman, dan orang-orang yang telah membantunya.
Gerai jam tangan Red Army Watches, yang berada di Grand Indonesia dan Senayan City, sampai sekarang belum mendapat kesempatan untuk menjual Harmony of Stripes. Sugi mengatakan, produk Alexander Shorokhoff yang tersedia di tokonya terdiri atas dua koleksi, yaitu Heritage dan Avantgarde. Untuk koleksi pertama, harganya belasan-ratusan juta rupiah. Adapun harga Avantgarde belasan-puluhan juta rupiah.
Tipe yang mahal memakai nama tokoh di Rusia. Dostoyevsky bercirikan jam tangan segi empat. Tolstoi berbentuk lingkaran dengan tiga pemutar penunjuk. Pushkin terlihat lebih tua dibanding Dostoyevsky karena angka yang tertera lebih kecil. Terakhir, Tchaikovsky seperti Tolstoi, tapi hanya mempunyai satu pemutar penunjuk jam.SORTA TOBING