Pemeriksaan Kanker Paru dengan EFGR, Cek Kelebihannya

Reporter

Antara

Senin, 4 Maret 2024 19:14 WIB

Ilustrasi kanker paru-paru. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan RS Paru Rotinsulu, dr. Dijah Rochmad, mengatakan pemeriksaan epidermal growth factor receptor (EGFR) bertujuan untuk memeriksa mutasi genetik untuk memberikan pengobatan yang lebih baik dan mudah bagi pasien kanker paru.

"Pengobatan itu juga pada umumnya ada tiga macam. Satu, kemoterapi, kedua, operasi. Ketiga, penyinaran atau sering disebut radioterapi," ujarnya dalam dialog “Peran Pemeriksaan Mutasi EGFR pada Kanker Paru” yang disiarkan Kementerian Kesehatan, Senin, 4 Maret 2024.

Menurut Dijah, terdapat beberapa jenis kanker, salah satunya adenokarsinoma. Ia mengatakan pemeriksaan mutasi EGFR merupakan jenis yang dilakukan untuk kanker tersebut untuk menentukan pengobatan yang tepat. Apabila hasil pemeriksaan mutasi EGFR dinyatakan positif, jika pasien tersebut dalam kondisi umum bagus seperti dapat berjalan atau beraktivitas, maka pengobatan yang dapat dilakukan adalah secara oral dengan minum obat atau tablet setiap hari.

Dijah menyebut dengan demikian pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa gangguan serta minim keluhan efek samping obat. Hal tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup pasien meski mengidap kanker.

Perawatan konvensional
Apabila hasil pemeriksaan mutasi genetik negatif maka jenis perawatan yang digunakan bersifat konvensional, yakni perawatan di rumah sakit menggunakan infus serta cairan obat. Dia menilai efek sampingnya lebih berat dibanding pengobatan secara oral karena pasien kehilangan waktu untuk produktif.

Advertising
Advertising

"Prinsipnya pengobatan kanker adalah pengobatan pengendalian perkembangan sel kanker supaya tidak terlalu cepat progresnya sehingga kualitas hidup bisa lebih baik dan angka harapan hidup bisa lebih panjang," jelasnya.

Ia menyebut sejumlah tahapan sebelum pengobatan kanker. Yang pertama adalah skrining untuk menentukan apakah seseorang mengidap kanker paru atau terkena penyakit lain. Dia menyebut sejumlah gejala yang tidak spesifik hanya kanker paru saja, seperti batuk berkelanjutan, batuk berdarah, sesak napas, nyeri, atau mengi. Karena itu, skrining penting dilakukan.

Apabila sudah diobati dokter namun tidak kunjung sembuh kemudian dicurigai sebagai kanker maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti biopsi. Dia menyebut sejumlah faktor risiko kanker paru, seperti merokok, baik pasif maupun aktif, dengan model konvensional ataupun elektrik seperti vape. Selain itu, polusi yang terus menerus diisap juga meningkatkan risiko.

Pilihan Editor: Pulmonolog Ingatkan Merokok Penyebab 85 Persen Kasus Kanker Paru

Berita terkait

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

6 jam lalu

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.

Baca Selengkapnya

3 Jenis Pengobatan untuk Pasien Parkinson

2 hari lalu

3 Jenis Pengobatan untuk Pasien Parkinson

Ada tiga jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk pasien Parkinson, melalui obat-obatan, terapi fisik, dan metode operasi.

Baca Selengkapnya

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

3 hari lalu

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

Raja Charles III dikabarkan mengalami kehilangan indera perasa sebagai efek samping dari pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

5 hari lalu

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

Raja Charles III sempat berbagi pengalaman dengan veteran Angkatan Darat yang menderita kanker

Baca Selengkapnya

Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

6 hari lalu

Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

Pakar mengatakan kondisi remisi pada penyakit lupus belum tentu sama dengan berhenti berobat. Berikut penjelasan dokter penyakit dalam.

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

7 hari lalu

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

8 hari lalu

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

Musisi Bob Marley meninggal dunia karena penyakit melanoma. Apa itu? Bagaimana cara mencegahnya?

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

15 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

16 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

16 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya