Awas, IQ Anak 'Jongkok' Gara-gara Anemia  

Reporter

Editor

Senin, 25 April 2011 12:20 WIB

Foto: hehealthyhaven.wordpress.com
TEMPO Interaktif, Jakarta - Anda memiliki anak dengan permukaan lidah halus tanpa papil (bintik-bintik) atau kuku jari tangannya pecah-pecah dan berbentuk seperti sendok? Waspadalah, kondisi seperti itu merupakan gejala anemia defisiensi besi. Apalagi jika wajahnya tampak pucat, kondisi tubuhnya lemah dan mudah lelah, komplit sudah gejala anemia kekurangan zat besi yang menyerang tubuhnya.

Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dijumpai, kata Profesor Djajadiman Gatot, dokter spesialis anak, dalam seminar bertajuk "Action for Iron Deficiency Anemia" di Jakarta dua pekan lalu. Ketua Satuan Tugas Anemia Defisiensi Besi, Ikatan Dokter Anak Indonesia ini meminta agar masalah anemia tak dianggap enteng. Bila kondisi seperti itu dialami seorang anak sampai lebih dari dua tahun, maka akan membuat kecerdasannya berkurang atau malah ber-IQ jongkok. Jangan berharap IQ mereka lebih dari 100, paling tinggi 90-an, kata Djajadiman, Pagi diajari, sore lupa!

Menilik efek buruk anemia defisiensi besi yang begitu banyak, maka pemberian zat besi kepada yang membutuhkan harus secepatnya. Jika terlambat dan komplikasi sudah muncul, Djajadiman mengingatkan, bukan mustahil kekurangan zat besi tersebut akan lama sembuh atau malah tak bisa lagi diobati.

Angka kejadian anemia defisiensi besi pada anak di tanah air terbilang tinggi. Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 menunjukkan angka kejadian pada anak bawah lima tahun (balita) mencapai 47 persen. Sementara, Asian Development Bank memperkirakan ada 22 juta anak di Indonesia yang terkena anemia, yang menyebabkan hilangnya angka IQ sebesar 5-15 poin. Prestasi mereka di sekolah pun buruk.

Kekurangan zat besi pada anak bisa disebabkan oleh sejumlah faktor. Antara lain, asupan makanannya memang kurang mengandung zat besi, pertumbuhan saat bayi dan remaja berlangsung cepat, atau lantaran di ususnya bersarang cacing tambang.

Menurut Soedjatmiko, Ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, makanan yang banyak mengandung besi terutama berasal dari protein hewani, seperti daging, ikan, dan hati. Cuma, dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak yang semestinya membutuhkan zat besi tinggi dari daging merah atau hati justru dikalahkan oleh orang tuanya. Biasanya, saat makan, bapaknya yang mendapat jatah daging atau hati lebih besar, sedangkan anak-anaknya mendapat keratan yang lebih kecil, katanya.

Untuk menambal kekurangan zat besi pada anak-anak, Direktorat Bina Gizi Kementerian Kesehatan, membuat terobosan dengan meluncurkan program Taburia pada Januari lalu. Ini adalah makanan berbentuk serbuk yang sudah diperkaya dengan zat gizi. Taburia mengandung 12 vitamin dan empat mineral penting, yakni yodium, seng, selenium, dan zat besi, kata Ivonne Kusumaningtyas dari Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan.

Selain praktis, serbuk penuh gizi ini tidak mengubah rasa, aroma, dan bentuk makanan utama yang dikonsumsi balita, seperti nasi atau bubur. Namun, Taburia tak boleh dicampur dengan sup, teh, atau susu karena akan menggumpal. Pencampuran dengan makanan panas juga harus dihindari karena merusak lemak yang melapisi zat besi.

Setelah diujicobakan di Jakarta Utara dan dinilai sukses meningkatkan kadar zat besi bagi balita setempat, kini penggunaan Taburia diperluas ke enam provinsi yang menjadi lokasi proyek NICE (Nutrition Improvement through Community Empowerment) atau Perbaikan Gizi Melalui Pemberdayaan Masyarakat). Masing-masing adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan.

Jika balita yang mengonsumsi Taburia mengalami susah buang air besar dan tinja berwarna hitam karena kandungan zat besi, orang tua tak perlu khawatir. Efek samping itu, kata Ivonne, bisa diatasi dengan minum air putih lebih banyak.

MAJALAH TEMPO

Berita terkait

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

2 jam lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

4 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

11 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

13 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

13 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

20 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

21 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

22 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

22 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

23 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya