TEMPO Interaktif, Jakarta - Tahukah Anda, junk food berlemak menghancurkan sel-sel otak yang mengontrol berat badan. Menurut ilmuwan, kondisi itu mengarah ke lingkaran setan obesitas.
Temuan tersebut mungkin menjelaskan mengapa sangat sulit bagi orang gemuk untuk menurunkan berat badan.
Para peneliti memberi makan tikus apa yang mereka sebut "diet lemak tinggi khas Amerika" dan menemukan mereka menggandakan asupan kalori tiga hari kemudian.
Sebuah studi lebih lanjut menunjukkan, mereka memiliki peradangan di hipotalamus, bagian otak berisi neuron yang mengendalikan berat badan. Peradangan itu berhenti beberapa hari kemudian, tapi kemudian kambuh setelah empat minggu.
Menurut peneliti utama Dr. Yosua Thaler dari Diabetes and Obesity Centre of Excellence di Universitas Washington di Seattle, Amerika Serikat, para ilmuwan juga mendeteksi respons penyembuhan terhadap cedera otak yang disebut gliosis.
"Gliosis biasanya terlihat dalam kondisi cedera saraf, seperti stroke dan multiple sclerosis," ujarnya. "Kami berspekulasi bahwa gliosis awal yang kami lihat mungkin menjadi respons protektif yang gagal dari waktu ke waktu."
"Kami juga mendeteksi kerusakan, dan akhirnya kehilangan neuron yang mengontrol berat."
"Peluang cedera otak sebagai akibat dari konsumsi berlebihan dari diet khas Amerika menawarkan penjelasan baru mengapa hilangnya berat badan yang berkelanjutan sangat sulit bagi sebagian besar individu obesitas," ujar Thaler.
"Belum jelas apakah cedera saraf ini dianggap bersifat permanen. Tapi, ini menyumbang pada peningkatan berat badan. Jika obat-obatan baru dapat dirancang membatasi cedera neuron selama makan berlebihan, mereka mungkin efektif dalam memerangi epidemi obesitas," tutur Thaler.
Hasil penelitian ini disajikan pada pertemuan tahunan "The Endocrine Society" ke-93 di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat.
DAILY MAIL | ERWIN Z
Berita terkait
Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem
1 hari lalu
Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.
Baca SelengkapnyaRutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?
5 hari lalu
Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot
Baca SelengkapnyaJokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis
12 hari lalu
Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.
Baca SelengkapnyaMengapa Bayi Harus Diimunisasi?
14 hari lalu
Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.
Baca Selengkapnya6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi
14 hari lalu
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Baca SelengkapnyaKonimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda
21 hari lalu
PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaAliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik
22 hari lalu
Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaSejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
22 hari lalu
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.
Baca Selengkapnya5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes
23 hari lalu
Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.
Baca SelengkapnyaPenelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi
23 hari lalu
Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang
Baca Selengkapnya