TEMPO.CO, London - Para ilmuwan menemukan ternyata gen bukan keinginan yang kuat yang membuat sebagian orang tidak bisa berhenti merokok. Para ahli mengidentifikasi berbagai varian gen yang bisa meningkatkan kecenderungan seseorang untuk menjadi perokok berat sepanjang hidupnya.
Mereka yang terkena dampak ini, menurut situs Daily Mail, lebih banyak terpengaruh di usia remaja dan segera menjadi perokok yang menghisap lebih dari 20 batang rokok per hari. Sebagai orang dewasa, mereka menemukan bahwa lebih sulit untuk berhenti dari kebiasaan tersebut dibandingkan mereka yang mempunyai gen yang berbeda.
Para ilmuwan mempelajari hampir seribu orang Selandia Baru sejak lahir hingga berusia 38 tahun untuk mengidentifikasi mereka yang mempunyai risiko secara genetis menjadi perokok. Partisipan dengan profil genetis berisiko tinggi ternyata lebih cenderung merokok setiap hari saat remaja.
Para usia 38 tahun, mereka menjadi perokok berat hingga bertahun-tahun dan lebih parah mengalami ketergantungan pada nikotin, dan lebih cenderung untuk gagal jika ingin berhenti merokok.
"Risiko genetis dipercepat dengan perkembangan perilaku merokok," kata ketua peneliti Dr. Daniel Belsky dari Duke University di Durham, Amerika. "Remaja yang berisiko tinggi mengalami masa transisi yang lebih cepat dari mencoba rokok menjadi perokok berat."
Perubahan genetis tidak mempengaruhi seseorang untuk mencoba rokok pada kali pertama. Namun orang yang mencoba untuk merokok dan mempunyai risiko tinggi akan meningkatkan peluang untuk menjadi perokok dan ketergantungan pada nikotin.
Hasil riset yang dilaporkan dalam jurnal JAMA Psychiatry ini berdasarkan pada skor risiko genetis yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yang mengukur seluruh kode genetis untuk melihat hubungannya dengan kebiasan merokok.
Perubahan pada DNA dan gen-gen sekitarnya yang mempengaruhi respon tubuh dan otak terhadap nikotin lebih umum terjadi pada perokok berat. Namun, bagaimana varian gen ini mempengaruhi secara spesifik belum diketahui secara pasti.
Pakar kesehatan sosial yang tidak terlibat dalam riset ini, Profesor Denise Kandel dari Columbia University di New York, mengatakan remaja memang dalam periode berisiko tinggi untuk kecanduan nikotin.
Hasil riset ini menunjukkan mengapa remaja menjadi target penting untuk pencegahan merokok. "Bagaimana risiko genetis berpengaruh pada fungsi otak, yang pada akhirnya bereaksi pada nikotin," ujar Kandel.
Hasil temuan ini diyakini mempunyai efek bagi kesehatan publik. "Kebijakan kesehatan publik perlu membuat aturan yang lebih tegas agar remaja tidak menjadi perokok reguler, dan harus terus fokus pada upaya pencegahan merokok," kata Dr. Belsky.
DAILY MAIL | ARBA'IYAH SATRIANI
Berita terpopuler lainnya:
Ketua Umum Terpilih, Ibas Mundur sebagai Sekjen
Kasus Lapas Cebongan, Polda Perlu Gaet Agen Asing?
Jokowi Kalah Sama Penjual Dompet
Car Free Night Bandung Diuji Coba Besok
Berita terkait
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan
40 hari lalu
Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Baca SelengkapnyaKemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja
18 Mei 2022
Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.
Baca SelengkapnyaTips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker
8 Maret 2022
Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.
Baca SelengkapnyaKenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi
30 Desember 2021
Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.
Baca SelengkapnyaSikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan
20 Desember 2021
Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan
Baca SelengkapnyaAsam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung
18 November 2021
Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.
Baca SelengkapnyaMengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali
13 November 2021
Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.
Baca SelengkapnyaManfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik
11 November 2021
Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.
Baca SelengkapnyaSering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya
30 Oktober 2021
Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?
Baca Selengkapnya5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala
24 Oktober 2021
Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.
Baca Selengkapnya