Indostartrek, Penebar Filosofi Damai Star Trek
Editor
Retno Endah Dianing Sari
Rabu, 15 Mei 2013 10:42 WIB
Kostum adalah salah satu ciri komunitas ini. Memakai kostum dalam setiap acara kopi darat, memang bukan kewajiban, tapi semacam kerelaan pengorbanaan sebagai trekkies sejati. Untuk urusan ini, Indostartrek punya aturan tidak tertulis sendiri. Menjahit pada penjahit khusus yang sudah "dilatih" dan membeli emblem dari pengrajin yang juga anggota komunitas. "Kami tidak sarankan sih untuk harus ke penjahit itu atau beli emblem di tempat itu, tapi dua itu adalah yang terbaik," kata Bowo. Sebab seragam awak ini menggenakan bahan yang semirip mungkin dengan aslinya, rekomendasinya adalah bahan untuk jas. Sehingga harganya untuk satu setel pun mencapai Rp 500 ribu.
Harga tersebut untuk sesama komunitas, bisa dibayar dengan cicilan. Tapi, komunitas ini tentunya menyarankan untuk membeli kostum asli. Alasan tersebut lebih karena untuk menghormati hak cipta Star Trek. Diakui Bowo, untuk membeli emblem asli berbentuk segitiga ala roket dengan bintang di tengahnya cukup mahal. "Harganya sih tidak mahal banget di ebay, tapi dengan ongkos kirim pajak impor, jadinya mahal," ujar dia. Sehingga solusinya adalah membuat sendiri dengan kondisi yang semirip mungkin. Jadi semacam kesepakatan tidak resmi.
"Kami juga akan menghentikan pembicaraan soal bajakan di media sosial," ujar Bowo. Sebab itu juga mengandung pelanggaran hak cipta. Semua itu disampaikan kepada 500an anggota yang tergabung dalam miling list, twitter maupun facebook page Indostartrek. Media sosial adalah cara untuk bergabung dengan indostartrek. "Tak ada iuran, hanya ikatan emosional yang menghidupkan komunitas ini," kata dia. Jadi setiap ada acara, biaya ditanggung ramai-ramai atas nama ikatan awak Star Trek.
Dari 500an anggota tersebut, ada 200 yang aktif dalam setiap kegiatan. Rentang usianya dari 13 tahun sampai 70 tahun. "Tapi yang terbanyak ya usia 20-30 an, era dimana mengenal Star Trek yang diputar di televisi Indonesia," kata Bowo.
Selain Bowo, dalam pertemuan kemarin hadir pula Puruhito Sidikerto, Angga, dan Daniel. Mereka mengungkapkan alasannya kenapa jatuh cinta dengan film aneka ras makhluk hidup ini. "Saya suka Star Trek itu karena filosofinya," ujar Bowo. Filosofi tentang kepemimpinan dan perdamaian antar ras. Kapal USS Enterprise pun selalu membawa misi untuk menyelesaikan konflik. Kapal Induk ini selalu mengirim awaknya untuk menyelesaikan konflik di sebuah planet dalam setiap episodenya. "Rata-rata filosofi Star Trek itu juga disebarkan dalam akun media sosial tiap anggota," Ia menambahkan.
Filosofi tersebut pula, Bowo melanjutkan, terkadang yang digunakan dalam percakapan antar anggota. Seperti ketika membahas kasus politik yang lagi ramai di Indonesia, maka para anggota akan mengaitkan dengan kisah-kisah di Star Trek yang kini ada dalam 12 film dan enam serial.
Pito, Puruhito......
<!--more-->
Pito, Puruhito biasa disapa,penyuka gadget ini mengaku teknologi lah yang menarik dia mencintai Star Trek. "Seperti dulu ada adegan orang berkomunikasi lewat alat yang dibuka, yang sekarang seperti handphone," kata karyawan swasta ini. Padahal itu terjadi di era 1970an. "Banyak hal-hal yang di dunia Star Trek yang sekarang jadi kenyataan," ujar pria 38 tahun.
Sementara Daniel,23, menuturkan bahwa dulu sempat tergiur dengan Star Wars sebelum Star Trek. Tapi kisah perjalanan lintas galaksi dan teknologi yang digunakan awak USS Enterprise membuat dia menetapkan pilihan ke Star Trek saja. "Komunitas ini tak ada arah ke komersil sih, kami ini sesama penggemar yang saling kumpul dan saling bantu tambah koleksi, " kata Angga.
Harapan komunitas ini, Bowo melanjutkan adalah mendapat pengakuan dari Paramount Picture, pemegang lisensi Star Trek, sebagai wakil resmi untuk Indonesia. Tapi itu agak sulit karena terganjal masalah biaya. Padahal kalau dapat izin, Indonesia berhak menjadi tempat pameran Star Trek yang akan mendatangkan anjungan-anjuangan asli dari Kapal USS Enterprise. Aktivitas ini sudah dilakukan oleh komunitas serupa dari Malaysia dan Singapura.
DIANING SARI