TEMPO.CO, Jakarta - Yaron Panov semula merasa tak menyangka, penyakit Sarkoma yang dideritanya bakal minggat. Dokter yang merawatnya di Israel, dua tahun lalu memvonis umurnya tak sampai enam bulan. Semua berubah saat istrinya yang dokter, Rochelle Schwartz, memboyong Panov ke pusat penyembuhan kanker tersohor di Amerika Serikat, Champions Oncology, agar menjalani terapi Tumorgraft.
Setelah menjalani tahapan pengobatan Tumorgraft selama beberapa bulan, kondisi kesehatan Panov membaik. Tenggat waktu usia yang pernah dikatakan dokter lamanya pun tak berlaku. "Tubuh suami saya memang sedikit melemah, dan rambutnya perlahan rontok. Tapi bagaimana pun, Tumorgraft berjalan baik menyembuhkan kankernya," kata Schwartz sebagaimana dikutip dari laman situs cjnews.com, pekan lalu.
Tumorgraft adalah prosedur penyembuhan kanker gagasan bos Champions Oncology, David Sidransky. Menurut dokter yang disebut majalah TIME sebagai salah satu peneliti paling berpengaruh berkat penelitiannya di bidang deteksi dini kanker itu, kunci metode Tumorgraft ada pada pendekatan penyembuhannya yang personal.
"Dengan Tumorgraft kita akan tahu pengobatan apa yang paling tepat untuk si pasien," ujar Sidransky saat ditemui Tempo usai acara peluncuran Tumorgraft di Parkway Cancer Center, Singapura, medio Februari lalu.
Pengobatan secara personal memperbesar peluang pasien untuk sembuh, karena memungkinkan dokter memberi penanganan sesuai spesifikasi kanker dan gen penderita. Sebab, kata Direktur Medis dan Konsultan Senior Onkologi Medis PCC, Ang Peng Tiam, ketika ditemui usai acara yang sama, efek sebuah metode penyembuhan berbeda, meski pasien mengidap jenis kanker yang sama. "Perjuangan melawan kanker memang tak mudah, tapi ada harapan melalui metode ini."
Proses bertahap yang disebut Champions Tumorgraft rata-rata memerlukan waktu enam bulan. Tahap pertama adalah mengambil jaringan tumor hidup pada si pasien melalui operasi atau biopsi. Tumor itu kemudian ditanamkan dalam tubuh beberapa tikus percobaan yang memiliki defisiensi imun sebagai sampel hidup. Tiap tikus kemudian diberi pengobatan berbeda. Tujuannya, untuk mengukur respon dari jaringan tumor hidup terhadap setiap rejimen obat.
Menurut Sidransky, tahap implantasi biasanya memakan waktu dua bulan atau lebih lama. Selama menunggu pertumbuhan tumor pada "avatar"-nya, para pasien terus menerima terapi kanker dari para onkologis. "Efektivitas dari setiap pengobatan yang diujikan ke tikus selalu dilaporkan ke onkologis, sehingga bisa digunakan sebagai referensi pengobatan pasien," ujarnya. Namun, karena memakan waktu lama, metode ini tidak disarankan bagi pasien kanker yang sudah masuk stadium 4.
ISMA SAVITRI
Baca juga:
Sel Punca Mempercepat Pengembangan Sel KankerRekayasa Sel T Dapat Sembuhkan Pasien Kanker
Perkembangan Terapi Sel Punca di Indonesia
Peneliti: Kol Tangkal Radiasi dari Terapi Kanker
Jalan Kaki Turunkan Risiko Kanker Payudara
Berita terkait
Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem
12 jam lalu
Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.
Baca SelengkapnyaRutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?
5 hari lalu
Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot
Baca SelengkapnyaJokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis
11 hari lalu
Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.
Baca SelengkapnyaMengapa Bayi Harus Diimunisasi?
13 hari lalu
Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.
Baca Selengkapnya6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi
13 hari lalu
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Baca SelengkapnyaKonimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda
21 hari lalu
PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaAliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik
22 hari lalu
Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.
Baca SelengkapnyaSejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
22 hari lalu
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.
Baca Selengkapnya5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes
23 hari lalu
Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.
Baca SelengkapnyaPenelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi
23 hari lalu
Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang
Baca Selengkapnya