Begini Cara Terapi Kanker dengan Avatar  

Reporter

Editor

Heru Triyono

Senin, 10 Maret 2014 06:56 WIB

Maria Marta Casere melukis alis di workshop. Sikap optimis dan penampilan menarik meningkatkan peluang kelangsungan hidup penderita kanker (AP Photo / Natacha Pisarenko)

TEMPO.CO, Jakarta - Yaron Panov semula merasa tak menyangka, penyakit Sarkoma yang dideritanya bakal minggat. Dokter yang merawatnya di Israel, dua tahun lalu memvonis umurnya tak sampai enam bulan. Semua berubah saat istrinya yang dokter, Rochelle Schwartz, memboyong Panov ke pusat penyembuhan kanker tersohor di Amerika Serikat, Champions Oncology, agar menjalani terapi Tumorgraft.

Setelah menjalani tahapan pengobatan Tumorgraft selama beberapa bulan, kondisi kesehatan Panov membaik. Tenggat waktu usia yang pernah dikatakan dokter lamanya pun tak berlaku. "Tubuh suami saya memang sedikit melemah, dan rambutnya perlahan rontok. Tapi bagaimana pun, Tumorgraft berjalan baik menyembuhkan kankernya," kata Schwartz sebagaimana dikutip dari laman situs cjnews.com, pekan lalu.

Tumorgraft adalah prosedur penyembuhan kanker gagasan bos Champions Oncology, David Sidransky. Menurut dokter yang disebut majalah TIME sebagai salah satu peneliti paling berpengaruh berkat penelitiannya di bidang deteksi dini kanker itu, kunci metode Tumorgraft ada pada pendekatan penyembuhannya yang personal.

"Dengan Tumorgraft kita akan tahu pengobatan apa yang paling tepat untuk si pasien," ujar Sidransky saat ditemui Tempo usai acara peluncuran Tumorgraft di Parkway Cancer Center, Singapura, medio Februari lalu.

Pengobatan secara personal memperbesar peluang pasien untuk sembuh, karena memungkinkan dokter memberi penanganan sesuai spesifikasi kanker dan gen penderita. Sebab, kata Direktur Medis dan Konsultan Senior Onkologi Medis PCC, Ang Peng Tiam, ketika ditemui usai acara yang sama, efek sebuah metode penyembuhan berbeda, meski pasien mengidap jenis kanker yang sama. "Perjuangan melawan kanker memang tak mudah, tapi ada harapan melalui metode ini."

Proses bertahap yang disebut Champions Tumorgraft rata-rata memerlukan waktu enam bulan. Tahap pertama adalah mengambil jaringan tumor hidup pada si pasien melalui operasi atau biopsi. Tumor itu kemudian ditanamkan dalam tubuh beberapa tikus percobaan yang memiliki defisiensi imun sebagai sampel hidup. Tiap tikus kemudian diberi pengobatan berbeda. Tujuannya, untuk mengukur respon dari jaringan tumor hidup terhadap setiap rejimen obat.

Menurut Sidransky, tahap implantasi biasanya memakan waktu dua bulan atau lebih lama. Selama menunggu pertumbuhan tumor pada "avatar"-nya, para pasien terus menerima terapi kanker dari para onkologis. "Efektivitas dari setiap pengobatan yang diujikan ke tikus selalu dilaporkan ke onkologis, sehingga bisa digunakan sebagai referensi pengobatan pasien," ujarnya. Namun, karena memakan waktu lama, metode ini tidak disarankan bagi pasien kanker yang sudah masuk stadium 4.

ISMA SAVITRI

Baca juga:
Sel Punca Mempercepat Pengembangan Sel KankerRekayasa Sel T Dapat Sembuhkan Pasien Kanker
Perkembangan Terapi Sel Punca di Indonesia
Peneliti: Kol Tangkal Radiasi dari Terapi Kanker
Jalan Kaki Turunkan Risiko Kanker Payudara

Berita terkait

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

12 jam lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

5 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

11 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

13 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

13 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

21 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

22 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

22 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

23 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

23 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya