TEMPO.CO, Jakarta - Polusi udara ternyata tak hanya mengakibatkan penyakit pernapasan. Debu, asap kendaraan bermotor, dan serpihan kotoran yang beterbangan di udara juga bisa mempercepat penuaan pada otak.
"Ini memberi tahu kita bahwa kerusakan akibat polusi udara terjadi melalui sistem peredaran darah," kata dokter Jiu-Chiuan Chen, profesor kedokteran preventif di Keck School of Medicine, University of Southern California, seperti dilansir New York Times pekan lalu.
Hasil penelitian para ahli saraf di Amerika Serikat, yang baru-baru ini dirilis, menyatakan kerusakan otak bisa terjadi karena polusi menembus aliran darah ke otak. Mereka meneliti 1.403 perempuan yang sehat dan tidak menderita demensia atau penurunan fungsi otak selama 1996-1998. Kemudian peneliti mengukur volume otak mereka lagi dengan scan MRI pada 2005 dan 2006, ketika mereka berusia 71-89 tahun.
Peneliti juga mencatat perkembangan polusi udara di wilayah tempat tinggal pasien itu sejak 1999 hingga 2006. Mereka mengamati polutan pada paparan PM 2,5, partikel kecil yang mudah menembus paru-paru. Beberapa faktor gaya hidup pasien juga turut dihitung, seperti kebiasaan merokok, aktivitas fisik, tekanan darah, indeks massa tubuh, pendidikan, dan pendapatan pasien.
Hasilnya, setiap kenaikan 3,49 mikrogram per sentimeter kubik kumulatif terhadap polutan dikaitkan dengan 6,23 kubik penurunan sentimeter, setara dengan 1-2 tahun penuaan otak. "Partikel di udara merupakan racun yang mempercepat penuaan otak," ujar Chiuan Chen.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa polusi udara dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pada sistem pembuluh darah.
NEW YORK TIMES | PUTRI