Kanker Kulit, Sembuhkan dengan Imunoterapi atau Kemoterapi?

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Selasa, 31 Oktober 2017 19:11 WIB

Bagi orang yang menderita kanker, kehilangan rambut mereka untuk kemoterapi adalah kesulitan demoralisasi yang hanya menambah perjuangan emosional dan fisik yang datang bersama penyakit mereka. boredpanda.com

TEMPO.CO, Jakarta - Tinggal di daerah yang memiliki sinar matahari tinggi, seperti Indonesia, sangat rawan terkena kanker kulit, salah satunya kanker kulit jenis melanoma. Melanoma adalah sel kanker yang menyerang sel melanosit, yaitu sel pemberi warna kulit coklat atau kehitaman.

Melanoma termasuk jenis kanker kulit paling ganas karena sangat mudah menyebar. Semakin dalam lokasi melanoma, maka dia akan lebih mudah menyebar. Dokter kulit dari RS Kanker Dharmais Aida Sofiati Dachlan Hoemardani mengatakan melanoma dapat terjadi di bagian kulit manapun tetapi pada pria kebanyakan di badan dan pada wanita di tungkai bawah. Pada kulit berwarna, kebanyakan dimulai di telapak kaki. “Di telapak kaki, penyebabnya lebih karena ada trauma, dan bukan karena sinar UV,” kata Aida dalam diskusi “Terapi terbaru Melanoma” di Jakarta, 30 Oktober 2017. Baca: 7 Gejala Awal Kanker Kulit Ini Sering Terabaikan

Medical Director MSD Indonesia Suria Nataatmaja memperkenalkan terapi terbaru di Indonesia dalam menyembuhkan penyakit kanker kulit, dengan imunoterapi anti PD-L1. ”Imunoterapi anti PD-L1 dapat digunakan untuk mengobati melanoma selain radioterapi dan kemoterapi,” katanya. Menurut Suria, tahun lalu, terapi imunoterapi anti PD-1 ini sudah mendapatkan ijin Badan Pengawas Obat dan Makanan untuk terapi kanker paru, dan sejak Oktober 2017 lalu mendapatkan tambahan indikasi untuk terapi melanoma.

Efek kemoterapi.

Cara kerja imunoterapi anti PD-1 adalah mengatifkan sel imun tubuh, limfosit. Limfosit ini bisa dianggap sebagai prajurit yang melindungi tubuh dengan menyerang benda asing yang mengancam kesehatan, seperti sel kanker. Pada penderita melanoma, sel kanker menghasilkan protein PD-L1 yang membuat ia tidak dikenali sel limfosit, sehingga limfosit membiarkannya berkembang biak dan menggerogoti sel tubuh. Obat anti PD-1 akan mencegah ikatan PD-1 dengan PD-L1 pada limfosit dan sel kanker sehingga ia dapat mengenali sel tumor sebagai benda asing yang harus dihancurkan.

Terapi imun anti PD-1 diberikan dalam bentuk suntikan setiap 3 minggu, selama 6 bulan. Tim ini, kata Suria, belum bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sehingga untuk mendapatkan pengobatan ini seseorang perlu merogoh kocek cukup dalam. “Sekali suntik, harganya berkisar Rp 35- Rp 50 juta,” katanya. Baca: Halloween, Kisah Awalnya dari Ritual Doa Si Miskin untuk Si Kaya

Suria mengatakan imunoterapi memiliki efek samping lebih kecil dibandingkan kemoterapi. Ia menganalogikan pembunuhan lalat yang dianggap sel kanker dalam kulit. Dengan kemoterapi, penyembuhannya dengan menghancurkan lalat yang sedang melekat di kulit dengan bom. “Artinya, tidak hanya lalat yang mati namun juga jaringan sel kulit yang berada di sekitar lalat,” kata Suria.

Dengan imunoterapi, yang dilakukan adalah memperbanyak limfosit yang merupakan imun tubuh sendiri,. Imun itu yang nantinya akan bekerja membunuh sel kanker yang merekat pada jaringan kulit. “Penyuntikan itu dilakukan melalui infus yang memakan waktu 30 menit. Lalu pasien bisa pulang,” kata Suria. Baca: Rachel Amanda Pernah Terkena Kanker Tiroid, Apa Gejalanya?

Dari sisi efek pun, kata Suria, imunoterapi lebih ringan dibandingkan kemoterapi dalam mengobati kanker kulit. Imunoterapi kemungkinan hanya akan mengakibatkan kulit kemerah-merahan, dan diare. Kemoterapi sebaliknya, terapi ini akan menguras lebih banyak energi. “Akibat kemoterapi bisa muntah-muntah, rambut rontok sehingga menimbulkan kebotakan, dan juga sel darah merah akan turun,” kata Suria.

Berita terkait

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

11 jam lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

2 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

6 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

7 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

7 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

10 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

12 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

13 hari lalu

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

15 hari lalu

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

OJ Simpson meninggal setelah melawan kanker prostat. Lantas, apa jenis kanker tersebut dan siapa yang berpotensi mengalaminya?

Baca Selengkapnya

OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

15 hari lalu

OJ Simpson Meninggal Setelah Lawan Kanker Prostat, Ini Kasus Kontroversialnya Diduga Menjadi Pembunuh

OJ Simpson meninggal pada usia 76 tahun. Ia sempat menjadi sorotan publik dikaitkan dengan kematian mantan istrinya, Nicole Brown Simpson.

Baca Selengkapnya