TEMPO.CO, Jakarta - Kanker dan shift malam menjadi topik dalam sebuah penelitian, yang menganalisis 61 studi, yang meliputi empat juta orang di Amerika Utara, Asia, dan Australia.
Studi yang dipublikasikan dalam Cancer Epidemiology, Biomarkers, & Prevention, jurnal dari American Association for Cancer Research, menyebutkan shift malam merupakan fenomena sosial, yang baru-baru ini muncul dan menjadi populer dan bisa berdampak merugikan kesehatan. Demikian disebutkan peneliti senior makalah asal Sichuan University, Xuelei Ma.
"Ini membenarkan bahwa pegawai yang bekerja malam dalam waktu lama harus mendapatkan manfaat pemeriksaan tumor serta kebijakan perlindungan juga harus dipertimbangkan," katanya.
Ada beberapa faktor yang mungkin membuat para pekerja malam lebih berisiko mengalami kanker tertentu. Namun studi terkini pada binatang dan manusia menunjukkan hal itu mungkin disebabkan gangguan tingkat hormon.
Tingkat melatonin, misalnya, yang umumnya naik pada malam hari sebagai respons pada gelap, tertahan saat orang tetap terjaga di bawah cahaya artifisial. Itu bisa berkontribusi pada pertumbuhan tumor karena melatonin merupakan antioksidan yang menghambat sel kanker dan menekan pertumbuhan pembuluh darah baru, yang berhubungan dengan tumor.
Mengacaukan siklus tidur dan bangun normal juga dapat mempengaruhi gen yang bertanggung jawab memperbaiki DNA, yang bisa memicu pertumbuhan sel secara tidak normal, yang dapat menjadi kanker.
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
4 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.