Dulu, Wartawan Sampai Titip Naskah ke Pilot untuk Kirim Berita

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 12 Februari 2018 08:20 WIB

Ilustrasi menulis. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam peringatan Hari Pers Nasional pada 9 Februari lalu Presiden Joko Widodo mengatakan profesi wartawan sangat diperlukan di era melimpahnya informasi saat ini. "Tugasnya untuk menyampaikan kebenaran, sebagai penegak fakta-fakta, dan pilar penegak aspirasi masyarakat," ujarnya pada peringatan itu di Padang, Sumatera Barat.

Kondisi kemudahan gawai yang dirasakan para wartawan saat ini sangat jauh berbeda dengan wartawan dulu. Wartawan Senior, Sabam Leo Batura mengakui bahwa kemajuan teknologi mempermudah para wartawan untuk menjalankan profesinya. Kini, permasalahan yang ada adalah bagaimana mereka menggunakan internet secara bijak agar bisa menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya. Baca: Ketika Presiden Emoh Pakai Rompi Anti Peluru, Tugas Paspampres...

Leo adalah wartawan yang aktif memperjuangkan kemerdekaan pers Indonesia. Wakil Ketua Dewan Pers tahun 2006–2010 ini ikut dalam perancangan Undang-undang Pers No.40 tahun 1990, yaitu undang-undang yang isinya melindungi kemerdekaan pers. “Itu adalah pengalaman saya yang paling menonjol,” ujarnya saat dihubungi Tempo pada Ahad, 11 Februari 2018.

Leo Sabam Batubara anggota Dewan Pers saat menjadi saksi sidang lanjutan kasus pemuatan foto Munarman tengah mencekik seseorang pada Koran Tempo tertanggal 3 Juni 2008 di pengadilan Jakarta Selatan, Kamis (11/6). TEMPO/Adri Irianto

Leo membagikan kisahnya sebagai seorang wartawan yang bekerja tanpa internet. “Contohnya, dulu kalau ada pertandingan olahraga di Malang, wartawan dikirim ke Malang. Lalu, naskah (hasil liputan) dikirim ke Surabaya, dititipkan ke pilot, lalu pilot antarkan ke lapangan terbang (tujuan),” katanya. Baca: 10 Hal Sepele Ini Bisa Buat Rencana Pernikahan Batal

Ada alasan tertentu mengapa Leo tidak menggunakan kurir untuk mengirim naskahnya. Sebab, redaksi surat kabarnya butuh kepastian agar naskah beritanya tiba di Jakarta dengan aman dan tepat waktu. “Copy boy surat kabar saya sudah siap menunggu berita di bandara,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Menurut Leo, keberadaan internet, termasuk surel, memudahkan wartawan untuk segera mengirimkan berita ke tim redaksi sehingga berita bisa langsung diproses untuk kemudian diunggah atau naik cetak. “Wartawan sekarang bisa langsung kirim berita untuk langsung ke percetakan. Kontribusi internet luar biasa. Internet jadi primadona sekarang.” Baca: Bila Lelah, Kartika Putri Senang Dihibur Kucing

Akan tetapi, keberadaan teknologi nampaknya tidak dapat mengubah kebiasaan Leo saat menulis buah pikirnya. Ia menceritakan kebiasaannya menulis berita dengan pensil masih terjadi hingga sekarang. “Tiap kali di pesawat, (saat) rekan lain tidur, saya menulis. Sabtu, 10 Februari kemarin dari Padang, di dalam pesawat, saya menulis artikel ‘Papua: sebuah peringatan dini yang gagal’,” katanya.

Hal tersebut bukan berarti Leo tidak memanfaatkan teknologi yang ada. Ia kadang juga menggunakan gawai seperti laptop. Akan tetapi, ia merasa ada yang janggal saat tidak menulis dengan pensil sehingga dapat mempengaruhi hasil tulisannya. “Saya mulai ( mengetik dengan laptop), tapi inspirasi saya untuk menulis lebih terganggu. Berlainan kalau saya menulis dengan pensil. Sepertinya di otak saya, berbagai gagasan mengalir jika saya memegang pensil,” ujar Leo. Baca: Mengapa Orang Tua Berkompetisi Dalam Asuh Anak?

Kecintaannya pada pensil sudah diketahui oleh banyak orang. Tidak sedikit stafnya yang sering bergurau saat tempat pensil Leo tertinggal di kantor. “Waah, 'laptopnya' Leo Batubara tertinggal. Pasti dia tidak bisa bekerja,” tirunya. Lalu, 9,5 tahun silam, ia juga pernah menerima hadiah berupa 2 lusin pensil dari sekretaris Dewan Pers, Lumongga. Ia mengaku, hadiah tersebut merupakan sesuatu yang persis dia butuhkan agar terus bergairah menulis.

Beberapa bulan lagi, Leo akan meluncurkan buku berjudul “Paradoks Indonesia” setebal kurang lebih 600 halaman. Ia menulis naskah buku itu menggunakan pensil. “Semuanya saya tulis dengan pensil,” kata wartawan yang sudah bergelut di bidang pers sejak tahun 1971 tersebut.

MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA

Berita terkait

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

1 hari lalu

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

Selama tujuh tahun terakhir, AMSI telah melahirkan sejumlah inovasi untuk membangun ekosistem media digital yang sehat dan berkualitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

5 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

10 hari lalu

Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

Karakter Gen Z berevolusi menjadi pribadi yang lebih sadar untuk memaknai kehidupan tidak mementingkan kebahagiaan sendiri.

Baca Selengkapnya

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

12 hari lalu

4 Tips Tingkatkan Performa Setelah Libur Lebaran

Simak tips meningkatkan semangat bekerja setelah libur lebaran agar kamu lebih fresh.

Baca Selengkapnya

5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

16 hari lalu

5 Tips Cari Kerja di Perusahaan Keren Lewat LinkedIn

Kebanyakan perusahaan memerlukan kombinasi hardskill dan softskill yang baik untuk berkarier di dunia kerja. Ini tips cari kerja lewat LinkedIn.

Baca Selengkapnya

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

16 hari lalu

15 Perusahaan Terbaik untuk Kembangkan Karier Versi LinkedIn, Banyak di Sektor Keuangan

Jaringan profesional LinkedIn merilis daftar Top Companies 2024 edisi ketiga untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Tak Masukkan Perusahaan Pers dalam Komite Publisher Rights, Ini Alasannya

59 hari lalu

Dewan Pers Tak Masukkan Perusahaan Pers dalam Komite Publisher Rights, Ini Alasannya

Komite Publisher Rights bertugas menyelesaikan sengketa antara perusahaan pers dan perusahaan platform digital.

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Bentuk Tim Seleksi Komite Publisher Rights

59 hari lalu

Dewan Pers Bentuk Tim Seleksi Komite Publisher Rights

Ninik mengatakan, Komite Publisher Rights penting untuk menjaga dan meningkatkan kualitas jurnalistik.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Penerapan Perpres Publisher Rights Harus dengan Prinsip Keadilan

23 Februari 2024

Ekonom Sebut Penerapan Perpres Publisher Rights Harus dengan Prinsip Keadilan

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan Perpres Publisher Rights mesti diterapkan dengan prinsip keadilan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Atur Kerja Sama Lisensi hingga Bagi Hasil Platform Digital dengan Perusahaan Pers

23 Februari 2024

Jokowi Teken Perpres Publisher Rights, Atur Kerja Sama Lisensi hingga Bagi Hasil Platform Digital dengan Perusahaan Pers

Pemerintah bakal mengatur hubungan kerja sama platform digital dengan perusahaan pers setelah Presiden Jokowi meneken Perpres Publisher Rights.

Baca Selengkapnya