Mau Memodifikasi Kain Daerah? Kenali Dulu Etikanya

Reporter

Bisnis.com

Editor

Susandijani

Selasa, 3 April 2018 13:09 WIB

Seorang perajin mengamati hasil akhir proses produksi batik di Pekalongan, Jawa Tengah, 31 Oktober 2017. Batik telah menjadi bagian dari budaya khas Nusantara bahkan telah ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi UNESCO pada 2 oktober 2009 lalu. ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Keragaman budaya pada selembar kain tradisional seakan tidak pernah habis sebagai dasar inspirasi untuk membuat suatu karya kreatif, salah satunya adalah fashion. Tak heran, kain-kain daerah kini semakin gencar supaya diaplikasikan dalam perancangan busana.

Namun, dalam perancangan sebuah busana berbahan dasar kain daerah memang perlu ada perhatian dan pemahaman yang benar dari para perancang busana. Pasalnya memodifikasi atau memakai kain daerah ada aturannya.

Baca juga:
Waspada Cacing, Begini Memastikan Makanan Kaleng Aman
Kakak Zaskia Sungkar Meninggal Akibat Autoimun, Simak Gejalanya
Cacing Anisakis Sp, Hanya 2 Cm Tapi Perut Bisa Nyeri Hebat

Desainer Merdi Sihombing menjelaskan dibalik kain daerah terdapat cerita yang sudah lama ada. Sehingga kain tersebut memiliki kekhasan yang tidak diperbolehkan untuk diobrak-abrik lagi . "Biarkan ada ceritanya di situ," kata Merdi ditemui di Jakarta Convention Center.

Misalnya saja, katanya, pemotongan kain adat daerah tidak diperbolehkan. Apabila seorang desainer menginginkan untuk menggunakan kain adat dalam sebuah busana, namun tidak ingin menggunakannya secara keseluruhan maka desainer dapat melakukan rekayasa ulang kain.

Rekayasa yang dimaksud tersebut adalah dengan membuat kain baru dengan motif yang terinspirasi dari kain adat tersebut.

Senada, desainer Musa Widyatmodjo mengatakan, untuk kain adat yang sudah jelas peruntukannya sejak zaman nenek moyang memang tak boleh diacak-acak. Kain adat yang dimaksud tersebut adalah kain yang digunakan untuk upacara yang sakral seperti pernikahan, kematian, atau acara adat lainnya. Hal tersebut dilakukan supaya tidak mengurangi nilai budaya itu sendiri.

Advertising
Advertising

"Kalau kain yang dipakai untuk upacara adat, ya sudahlah jangan sok kreatif. Nenek moyang memang sudah menentukan peruntukannya, sudah sesuai dengan pakemnya," ujar Musa.

Dia mengatakan banyak orang mengakui sebagai masyarakat yang berbudaya. Namun, apabila mengobrak-abrik atau memotong kain warisan budaya, " berbudaya yang seperti apa?," katanya.

Selain itu, Musa melanjutkan, kain adat juga memiliki motif-motif yang khas dan disakralkan. Salah satu contoh, katanya, kain slobog juga sudah banyak dijadikan busana. Kain slobog merupakan kain yang digunak sebagi penutup jenazah. Oleh karena itu, menurutnya kurang tepat apabila digunakan untuk momentum yang kurang tepat.

"Kalau dijadikan baju untuk pesta, itu sesuatu yang tidak ada pada tempatnya ," ujarnya.

Kendati demikian, menurutnya tak selalu kain daerah tidak boleh dipotong ataupun dimodifikasi pada busana tertentu. Musa mengatakan, hal tersebut dapat disiasati atau dilihat dari sisi kelangkaan. Apabila kain tersebut langka, kain itu dianjurkan untuk tidak dipotong. Namun, apabila kain tersebut masih bisa diproduksi, maka masih dapat didaur ulang guna menghasilkan busana yang bernilai tinggi.

"Intinya, kain tradisonal kita dapat bicara kelangkaan, kalau langka jangan dipotong. Kalau masih bisa dibuat silahkan [dipotong], karena kalau beli lalu dikoleksi ekonominya tidak akan bergerak.

Musa mengatakan aturan tersebut memang sempat membuat banyak desainer merasa takut untuk mengaplikasikan kain daerah pada rancangannya, sehingga banyak masyarakat yang memakai kain tradisional.

Namun, saat ini sudah para desainer sudah mulai mencoba untuk menggunakan kain tradisional daerah untuk diaplikasikan dalam busana rancangannya dengan siluet global. Selain bertujuan untuk melestarikan budaya juga untuk menggaet konsumen yang lebih muda.

Berita terkait

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

22 jam lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

5 Rekomendasi Tempat Sewa Kebaya di Jakarta yang Bagus

1 hari lalu

5 Rekomendasi Tempat Sewa Kebaya di Jakarta yang Bagus

Untuk acara pernikahan atau wisuda, Anda dapat menyewa kebaya agar lebih hemat. Berikut ini rekomendasi tempat sewa kebaya di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

5 hari lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

7 hari lalu

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

14 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee

Baca Selengkapnya

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

22 hari lalu

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.

Baca Selengkapnya

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

27 hari lalu

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion

Baca Selengkapnya

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

31 hari lalu

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

42 hari lalu

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.

Baca Selengkapnya

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

59 hari lalu

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.

Baca Selengkapnya