Telur Aman untuk Penderita Diabetes? Tilik Penelitiannya
Reporter
Afrilia Suryanis
Editor
Susandijani
Selasa, 15 Mei 2018 06:25 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian terbaru menyatakan bahwa mengkonsumsi telur tidak meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada penderita diabetes.
Hindari telur! Itulah nasihat yang sering terdengar bagi diabetesi atau penderita diabetes. Masalahnya, fatal. Akibat mengkonsumsi telur, mereka bisa terkena penyakit kardiovaskular atau jantung.
Namun seperti yang ditulis di KORAN TEMPO, penelitian yang dilakukan University of Sydney, Australia, mengungkapkan harapan baru. Hasil penelitian yang telah diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition, pekan ini, itu menyatakan bahwa telur aman bagi penderita diabetes.
Baca juga: Puasa 2018, Efeknya pada Produktivitas Pekerja
Menurut penelitian itu, mengkonsumsi 12 telur per pekan selama setahun tidak meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada orang dengan diabetes pra-diabetes dan diabetes tipe 2.
Penelitian yang dipimpin Dr Nick Fuller ini dilakukan untuk membantu orang-orang meluruskan saran diet yang bertentangan seputar konsumsi telur. Penelitian ini juga memperluas penelitian sebelumnya yang menemukan hasil serupa selama tiga bulan.
Dalam percobaan awal, peserta diminta untuk mempertahankan berat badan mereka saat memulai diet telur tinggi (12 telur per pekan) atau telur rendah (kurang dari dua telur per pekan). Hal ini dilakukan tanpa perbedaan penanda risiko kardiovaskular yang diidentifikasi pada akhir tiga bulan.
Para peserta yang sama kemudian memulai diet penurunan berat badan selama tiga bulan tambahan, sambil melanjutkan konsumsi telur mereka yang tinggi atau rendah. Mereka melakukan selama enam bulan hingga 12 bulan. Peserta ditindaklanjuti oleh analis dan melanjutkan asupan telur mereka yang tinggi atau rendah.
Baca: Puasa 2018: Simak 6 Tips Puasa di Cuaca Ekstrem
Hasilnya, Fuller menjelaskan, pada semua tahap, kedua kelompok tidak menunjukkan perubahan yang merugikan pada penanda risiko kardiovaskular. Selain itu, terlepas dari tingkat konsumsi telurnya, mereka mencapai penurunan berat badan setara.
"Meskipun ada perbedaan pendapat tentang tingkat konsumsi telur yang aman untuk orang-orang dengan diabetes pra-diabetes dan diabetes tipe 2, penelitian kami menunjukkan bahwa orang tidak perlu menahan diri dari makan telur jika ini merupakan bagian dari diet yang sehat," kata Dr Fuller.
Menurut Fuller, diet sehat seperti yang ditentukan dalam studi ini menekankan penggantian lemak. Baik yang jenuh, seperti mentega, dengan lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda, seperti alpukat dan minyak zaitun.
Penelitian pun diperpanjang untuk melacak berbagai faktor risiko kardiovaskular, termasuk kolesterol, gula darah, dan tekanan darah. Hasilnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara telur tinggi dan kelompok telur rendah.
"Sedangkan telur itu sendiri tinggi dalam diet kolesterol-dan orang-orang dengan diabetes tipe 2 cenderung memiliki tingkat kolesterol 'buruk' low density lipoprotein (LDL) yang lebih rendah," ujar Fuller.
Karena itu, Fuller melanjutkan, penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa konsumsi telur memiliki sedikit efek pada kadar kolesterol dalam darah orang yang mengkonsumsinya. "Temuan penelitian itu penting karena potensi manfaat kesehatan telur untuk orang-orang dengan diabetes pra-diabetes dan tipe 2 serta populasi umum."
Baca: Terorisme Tingkatkan Rasa Takut pada Anak, Orang Tua Ikut Andil?
Fuller menjelaskan, telur adalah sumber protein dan mikronutrien yang dapat mendukung berbagai faktor kesehatan dan makanan. Juga termasuk membantu mengatur asupan lemak dan karbohidrat, kesehatan mata dan jantung, pembuluh darah yang sehat, serta kehamilan yang sehat.
"Diet telur yang berbeda juga tampaknya tidak berdampak pada berat badan," kata Fuller. "Malah terus menurunkan berat badan setelah fase penurunan berat badan tiga bulan dimaksudkan telah berakhir."
SCIENCE DAILY | EUREKALERT | TECHEXPLORIST