Bom Surabaya, Tilik Gaya Pengguna Twitter Saat Terjadi Bencana

Reporter

Tempo.co

Editor

Susandijani

Selasa, 15 Mei 2018 05:25 WIB

Ilustrasi Twitter. REUTERS/Dado Ruvic

TEMPO.CO, Jakarta – Peristiwa bom di Surabaya yang terjadi pada 13 dan 14 Mei 2018, tengah menjadi berita hangat di tanah air. Berbagai media dan pengguna media sosial seperti twitter sangat aktif membawakan berita terbaru dari kejadian tersebut.

Apakah berita yang dicuit bisa dipertanggungjawabkan? Diberitakan oleh EurekAlert, selama bencana, pengguna Twitter aktif cenderung menyebarkan kebohongan.

Studi meneliti para pengguna twitter saat terjadi pengeboman Boston Marathon, Hurricane Sandy. Hasilnya? Ditemukan sebagian besar pengguna gagal untuk memperbaiki kesalahan informasi.

Baca juga:
8 Jurus Bicara dengan Anak Soal Terorisme dan Kekerasan
Puasa 2018: Simak 6 Tips Puasa di Cuaca Ekstrem
Terorisme Tingkatkan Rasa Takut pada Anak, Orang Tua Ikut Andil?

Universitas Buffalo meneliti lebih dari 20.000 cuitan selama Badai Sandy dan pengeboman Boston Marathon. Studi yang dipublikasikan pada 11 Mei 2018 di jurnal Natural Hazards, meneliti empat rumor palsu. Masing-masing dua dari maraton dan topan, termasuk kebohongan yang terkenal tentang banjir New York Stock Exchange.

Peneliti memeriksa tiga jenis perilaku. Pengguna Twitter dapat menyebarkan berita palsu, mencari konfirmasi, atau meragukannya. Ini hasilnya:

1. Sekitar 86 hingga 91 persen pengguna menyebarkan berita palsu, baik dengan me-retweet atau "menyukai" posting asli.

2. Sekitar 5 hingga 9 persen berusaha untuk mengkonfirmasi berita palsu, biasanya dengan me-retweet dan menanyakan apakah informasinya benar.

3. Sekitar 1 hingga 9 persen menyatakan keraguan, seringkali dengan mengatakan bahwa tweet asli tidak akurat.

"Sepengetahuan kami, ini adalah studi pertama yang menyelidiki bagaimana pengguna Twitter sering menyebarkan kebohongan selama bencana terjadi. Sayangnya, hasilnya mengakibatkan situasi yang kurang baik," kata penulis utama studi ini, Jun Zhuang, PhD.

Bahkan setelah berita palsu itu dibantah di Twitter dan media berita tradisional, studi ini menemukan bahwa:

1. Kurang dari 10 persen pengguna yang menyebarkan berita palsu menghapus retweet yang salah.

2. Kurang dari 20 persen dari pengguna yang sama mengklarifikasi tweet palsu dengan tweet baru.

"Temuan ini penting karena mereka menunjukkan betapa mudahnya orang tertipu di saat paling rentan. Peran platform media sosial juga bermain dalam penipuan ini," kata Zhuang, yang melakukan penelitian serupa mengenai Badai Harvey dan Badai Irma.

Pada catatan yang lebih positif, penelitian ini menemukan bahwa sementara pengguna Twitter cenderung menyebarkan berita palsu selama bencana. Twitter dan platform media lainnya bergerak cepat untuk memperbaiki kesalahan informasi tersebut.

Selain itu, Zhuang mengatakan penting untuk dicatat bahwa penelitian ini tidak mempertimbangkan pengguna twitter yang mungkin telah melihat cuitan asli dengan berita palsu dan memutuskan untuk mengabaikannya.

EUREKALERT | BUFFALO | ANGGIANDINI PARAMITA MANDARU

Berita terkait

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

15 jam lalu

Semarakkan Hari Buruh Internasional dengan 30 Link Twibbon Ini

Twibbon dapat digunakan untuk turut menyemarakkan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2024. Silakan unggah dan tayang.

Baca Selengkapnya

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

19 jam lalu

Seperti di Amerika, TikTok Bisa Dibatasi di Indonesia Jika Melanggar Kebijakan Ini

Kominfo mengaku telah mengatur regulasi terkait pelanggaran data pribadi oleh penyelenggara elektronik seperti TikTok.

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

3 hari lalu

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.

Baca Selengkapnya

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

4 hari lalu

Anandira Puspita akan Jalani Sidang Perdana Praperadilan di PN Denpasar pada 6 Mei 2024

Anandira Puspita, akan menjalani sidang praperadilan perdana di Pengadilan Negeri atau PN Denpasar, Senin, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

4 hari lalu

Cara Cek Kelulusan Hingga Jadwal Seleksi Tes online Rekrutmen Bersama BUMN

Ini yang harus diperhatikan dan dipantau saat ikut rekrutmen bersama BUMN.

Baca Selengkapnya

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

5 hari lalu

Kapan Waktunya Anak Diberi Akses Internet Sendiri? Simak Penjelasan Psikolog

Psikolog memberi saran pada orang tua kapan sebaiknya boleh memberi akses internet sendiri pada anak.

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

7 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

8 hari lalu

Berefek ke Kesejahteraan Tubuh, Bagaimana Taktik Mengurangi Penggunaan Media Sosial?

Orang sering menggunakan media sosial untuk memposting momen terbaiknya, membuat feed terlihat seperti highlight reel dari pengalaman keren.

Baca Selengkapnya

Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad

8 hari lalu

Link 15 Twibbon Untuk Merayakan Hari Bumi, Perhatikan Cara Download dan Upluad

Hari Bumi atau Earth Day pada 22 April dapat dirayakan dengan berbagai aktivitas termasuk meramaikan di media sosial lewat unggahan twibbon.

Baca Selengkapnya

Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

8 hari lalu

Jeda 3-7 Hari dari Media Sosial Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental? Begini Penjelasannya

Sebuah studi penelitian 2022 terhadap anak perempuan 10-19 tahun menunjukkan bahwa istirahat di media sosial selama 3 hari secara signifikan berfaedah

Baca Selengkapnya