Demi iktikaf Para Pencari Malam Lailatul Qadar, Masjid 'Berhias'
Reporter
Tempo.co
Editor
Mitra Tarigan
Rabu, 6 Juni 2018 05:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Malam lailatul qadar atau yang sering disebut sebagai malam seribu bulan menjadi malam yang paling dinanti oleh umat Islam pada sepuluh hari terakhir Ramadan. Namun, tidak semua umat muslim bisa merasakan malam kebaikan seribu bulan itu. Hanya mereka yang terpilih yang bisa merasakan pengalaman spiritual yang tidak biasa tersebut.
Malam lailatul qadar merupakan sebuah pengalaman spiritual yang dirasakan secara pribadi oleh seseorang. Tidak semua orang yang berdiam diri di masjid bisa merasakan kemuliaan lailatul qadar. Baca: Mulianya Malam Lailatul Qadar, Ustad Solmed: Pengalaman Spiritual
Salah satu upaya untuk mendapatkan malam seribu malam itu adalah dengan berdiam diri alias iktikaf di masjid khususnya pada 10 hari terakhir pada Ramadan. Demi memberikan kenyamanan bagi para pencari malam lailatul qadar, beberapa mulai berhias. Salah satunya adalah masjid Daarut Tauhiid Jakarta yang beralamat di Jalan Cipaku, Kebayoran Baru.
Manajemen masjid Daarut Tauhid melakukan penyemprotan nyamuk untuk mempersiapkan iktikaf jemaahnya. Mereka berharap para pencari malam lailatul qadar ini bisa terhindar dari sengatan nyamuk saat menjalankan ibadah di masjid itu. "Fogging Masjid Daarut Tauhiid Jakarta sebagai persiapan kenyamanan jemaah untuk I'tikaf nanti. Yuk, ada yang sudah berencana I'tikaf 10 malam terakhir di masjid Daarut Tauhiid Jakarta?" tulis tim manajemen Daarut Tauhid di salah satu unggahan Instagramnya.
Walau rata-rata iktikaf dimulai pada 10 hari terakhir Ramadan, atau tepatnya pada 5 Juni 2018 pada bulan Ramadan tahun ini, namun pria dan wanita pun sudah mulai terlihat khusyuk beribadah di Masjid An-Nahl di kompleks The Icon, Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, pada 19 Mei lalu. Ternyata masjid ini membuka program iktikaf selama 30 hari pada bulan suci Ramadan. Banyak warga datang untuk mengikuti kegiatan yang diadakan panitia masjid itu. Baca: Habiskan Lailatul Qadar di Mekkah
Salah seorang anggota jemaah yang berada di masjid itu adalah Hasan Kurniawan, 35 tahun. Ia datang bersama istri dan anaknya. Hasan berencana mengikuti kegiatan iktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan mendatang dan ingin melihat terlebih dulu kondisi masjid itu. "Mau survei untuk 10 hari terakhir (Ramadan), biar ibadahnya khusyuk," kata Hasan.
Hasan mengetahui adanya kegiatan iktikaf di Masjid An-Nahl dari pesan berantai yang didapat dari gawainya. Ternyata seluruh kegiatan di masjid itu tidak memungut biaya. Ia merasa senang atas fasilitas yang diberikan, termasuk pencucian baju gratis. "Biasanya kalau iktikaf, jemaah pulang ke rumah masing-masing. Di sini menginap dan gratis." Baca: Puasa: Intip Pola Makan Buka dan Sahur yang Benar dari Ahli Gizi
Pengurus Masjid An-Nahl membatasi jumlah anggota jemaah yang ingin melakukan iktikaf sebanyak 400 orang per malam. "Peserta mendaftar secara online dan banyak yang mendaftar untuk 10 malam terakhir (Ramadan)," kata Koordinator Imam Masjid An-Nahl, Andi Subandi. Selain lewat cara online, anggota jemaah bisa mendaftar di tempat.
Beberapa hari lalu, menurut Andi, jumlah pendaftar untuk iktikaf pada 10 malam terakhir Ramadan sudah mencapai sekitar 350 orang dari berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan ada yang dari Malaysia.
MUHAMMAD KURNIANTO | DIKO OKTARA | KORAN TEMPO | MT