Gempa Yogyakarta yang Membawa Berkah dan Kemajuan Bagi Desa Ini

Senin, 8 Oktober 2018 22:37 WIB

Ilustrasi kain batik. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia kembali berduka. Palu, Donggala dan sekitarnya mengalami bencana gempa yang memakan hampir 2 ribu korban jiwa hingga 8 Oktober 2018. masih ada pula 74.444 jiwa pengungsi yang tersebar di 147 titik. Mereka tentunya perlu memikirkan cara untuk bisa pulih dan bangkit dari kondisi mereka saat ini.

Baca: 2 Cara Jepang Turunkan Korban Gempa dan Tsunami

Mantan korban gempa, Dalmini, 46 tahun pun membagikan kisahnya bagaimana ia bisa bangkit dari bencana gempa Yogyakarta. Gempa di Kota Pelajar itu ternyata membawa berkah dan kemajuan bagi Dalmini dan wanita di sekitar daerahnya. Terdengar klise, tapi menurut Dalmini, kehidupan perempuan-perempuan di Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, itu berubah drastis setelah gempa."Dulu kami hanya perajin batik yang terima orderan dari pengepul. Sekarang jadi perajin batik mandiri," kata Ketua Koperasi Wanita Kebon Indah ini.

Baca: Kisah Mengalahkan Trauma Korban Gempa yang Pernah Terkubur 18 Jam

Dia mengisahkan, gempa berkekuatan 5,9 pada skala Richter pada 27 Mei 2006 tersebut meluluh-lantakkan desanya. Sebanyak 50 persen rumah warga roboh. Kepercayaan diri para perempuan pun sirna seiring dengan robohnya istana-istana kecil mereka. Sebagian besar dari mereka adalah perajin batik karena kemampuan membatik ini diwariskan turun-temurun dari seorang ibu ke anak perempuannya, begitu seterusnya.

Setiap perajin menerima 1-2 lembar kain mori yang sudah digambari motif batik dengan pensil dari pengepul ataupun juragan batik dari Bayat, Surakarta, dan Yogyakarta. Tugas perajin hanya membatik dengan malam di dalam canting dengan mengikuti alur pola batik yang sudah ada. Lalu dikembalikan kepada pengepul dan menunggu orderan lagi. Begitu seterusnya. Satu lembar mori selesai dibatik dalam sepekan. Upah yang diterima hanya Rp 8.000-10.000 per lembar.

Saat gempa melanda, rumah-rumah rata dengan tanah. Dalmini terpaksa tidur di tenda pengungsian selama 1,5 tahun. Tak cuma soal trauma, menurut dia, warga Kebon juga banyak yang kehilangan pekerjaan. Yang lebih fatal, perempuan yang biasanya berperan sebagai pencari nafkah tambahan tak bisa lagi membatik. Alat-alat membatik, seperti wajan, kompor, dan gawangan, banyak yang rusak. Orderan membatik pun jadi macet.

Baru pada September 2009, dua lembaga, yaitu International Organization for Migration (IOM) dan Pemulihan Berbasis Komunitas (Rekompak), yang didanai Java Reconstruction Fund (JRF) menggelar program pemulihan ekonomi di sana. Melihat potensi membatik, mereka melakukan pendampingan terhadap para perajin batik. Dari 300 perajin batik sebelum gempa diseleksi menjadi 169 orang untuk didampingi selama 1,5 tahun. Syaratnya, mempunyai kemampuan membatik, berusia di bawah 60 tahun, dan belum mengikuti program pendampingan lainnya.

Advertising
Advertising

Mereka lalu berhimpun di bawah Paguyuban Batik Tulis Kebon Indah. Bantuan modal berupa sepaket alat membatik pun digulirkan."Kami diajari menggambar pola sendiri, membuat pewarna alami sendiri," tuturnya. Batik dengan pewarna alami akhirnya menjadi ciri khas batik tulis Kebon. Bahan-bahannya diambil dari kebun sekitar. Misalnya, warna cokelat tua dari kulit kayu mahoni, warna kuning dari kayu nangka atau kayu tegeran, dan cokelat muda dari daun jati.

Dalmini semula tak percaya diri memamerkan kain batik hasil karyanya dan teman-temannya. Tapi ada satu peristiwa ketika kain-kain batik mereka berhasil meraih perhatian tamu yang datang melihat lokasi mereka. Para tamu tertarik dan spontan membelinya, satu lembarnya dihargai Rp 150-200 ribu. Dalmini dan teman-temannya tercengang."Hasil penjualan itu terus dikembangkan sampai sekarang untuk membeli mori dan bahan. Ibaratnya, mori itu modal awal," ucapnya.

Baca: Mengapa Trauma Healing Korban Gempa Harus Maksimal? Ini Kata Ahli

Dalmini tak pernah surut memberi semangat dan motivasi kepada kelompok pembatiknya. Para pembatik saat ini lebih sejahtera. Penghasilan pembatik sebulan bisa mencapai lebih dari Rp 600 ribu-1,5 juta berdasarkan produktivitasnya. Omzet yang dikumpulkan oleh jenama Batik Tulis Kebon kini mencapai miliaran rupiah. Batik tulis Kebon juga sering diundang mengikuti pameran, seperti di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, bahkan Amerika. Pada 2017, Dalmini mewakili kelompok mengikuti pameran di San Francisco dan 10 Oktober 2018 nanti bersiap ke Chicago.

Berita terkait

TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

2 jam lalu

TPA Piyungan Yogya Ditutup Permanen, Ini Jurus Bantul Cegah Aksi Buang Sampah Sembarangan

Penutupan TPA Piyungan di Bantul ternyata membuka masalah baru, banyak warga membuang sampah sembarangan.

Baca Selengkapnya

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

5 jam lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

13 jam lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya

Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

1 hari lalu

Halal Fair Digelar Akhir Pekan Ini di Yogyakarta, Pengunjung Langsung Membeludak

Halal Fair 2024 menyajikan nuansa berwisata syariah bersama keluarga, digelar tiga hari di Jogja Expo Center Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Pernah Mengalami Kejadian Tidak Mengenakkan? Ini 3 Tanda Trauma yang Belum Sembuh Total

1 hari lalu

Pernah Mengalami Kejadian Tidak Mengenakkan? Ini 3 Tanda Trauma yang Belum Sembuh Total

Gejala trauma dari jejak trauma yang tidak sembuh seutuhnya ataupun belum diproses dengan baik, menunjukkan beberapa tanda.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

1 hari lalu

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

Yogyakarta International Airport sebagai satu-satunya bandara internasional di wilayah ini menjadi peluang besar bagi Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

2 hari lalu

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

2 hari lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Kemendikbud Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Sejumlah Daerah Terdampak Bencana

2 hari lalu

Kemendikbud Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Sejumlah Daerah Terdampak Bencana

Bencana alam melanda sejumlah wilayah di Tanah Air dalam sebulan terakhir.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

2 hari lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya