Kisah 3 Tahun Melawan Leukemia, Intip Pola Makannya

Reporter

Antara

Editor

Susandijani

Rabu, 17 Oktober 2018 09:50 WIB

Sel Leukemia.engadget.com

TEMPO.CO, Jakarta - Natarini Setianingsih (34) sudah bisa menyunggingkan senyum pada semua orang tanpa ganjalan. Rasa sakit [akibat kanker darah atau leukemia] yang pernah dia rasakan belasan tahun silam tak lagi muncul.

Baca juga: Gejala Leukemia Tak Hanya Lebam, Tilik Tanda Lainnya

Perempuan yang sekarang bekerja di bagian publikasi jurnal ilmiah rumah sakit kanker Dharmais, Jakarta (The Indonesian Journal of Cancer, official journal of the Dharmais Cancer Center Hospital) itu sudah lepas dari jeratan leukemia yang hadir saat usianya baru 12 tahun.

Rini tak pernah menyangka bisa menderita penyakit yang 19 tahun silam begitu asing dan relatif jarang diderita anak-anak seusianya. Satu hal yang lantas terbayang dibenaknya adalah kematian.
Ilustrasi Kanker. shutterstock.com
"Kaget, karena sebelumnya saya tahu penyakit leukemia dari tetangga. Apalagi di tahun 1996, jarang yang namanya kanker. Saya berpikir bisa sembuh enggak ya. Terbayangnya kematian, karena ini penyakit ganas," tutur dia di Jakarta, Selasa.

Rini yang tinggal di Pandeglang, Banten bersama sang bunda akhirnya pergi ke Jakarta untuk berobat. Tiga tahun lamanya dia harus bolak-balik Jakarta-Pandeglang menggunakan moda bis.

"Saya dari rumah ke RSCM pakai bis dari Pandeglang, Banten. Jam 5 subuh naik bis ke Jakarta untuk kemoterapi. Ya, efek kemoterapi kan muntah, mual," tutur Rini.

Selanjutnya, diagnosa berawalnya dari gejala pucat dan panas
<!--more-->

Sebelum mendapat diagnosa leukemia, Rini beberapa kali mengalami panas yang tak datang kambuhan. Wajahnya pun pucat.

Dokter sempat mendiagnosanya terkena Malaria bahkan bermasalah pada liver karena wajahnya menguning dan pucat seiring waktu.

"Waktu itu kelas 1 SMP, habis pembukaan siswa baru, agak digojlok. Nge-drop. Wajah pucat, demam. Lalu dikasih paracetamol. Agak reda tetapi besoknya ada lagi. Dibawa ke dokter dibilangnya malaria. Ke dokter satu lagi karena pucat dan kuning dibilangnya liver," papar Rini.

Ibunda Rini yang curiga pada kondisi putrinya lalu membawanya ke dokter spesialis penyakit dalam di Pandeglang. Setelah pemeriksaan, barulah muncul diagnosa leukemia.

Spesialis anak sekaligus konsultan onkologi dari rumah sakit kanker Dharmais, Jakarta, dr. Mururul Aisyi, Sp A(K) mengatakan pucat dan panas adalah dua dari tiga gejala utama seseorang terkena leukemia. Diagnosa leukimia bisa semakin menguat bila dtemukan adanya pendarahan di organ tubuh.

Baca juga: 6 Tips Diet Sehat untuk Bantu Penyembuhan Leukemia

Pengobatan termasuk kemoterapi dan radiasi harus Rini jalani. Rasa sakit, efek kemoterapi seperti rambut rontok, mual dan muntah dia tahan.

"Di radiasi 11 kali, kemoterapi 6 kali selama 2 tahun. Kondisi fisik waktu itu lumayan memprihatikan. Saya mending sakit karena kemo daripada kankernya, kayaknya enggak ada ujungnya kalau kanker," kata dia.

Masa-masa di sekolah menengah pertama pun terpaksa dia korbankan demi pengobatan. Rini tak menampik pernah merasa bosan dan ingin menyerah pada penyakitnya.

"Harusnya bisa main sama teman-teman. Saya cuti sekolah tiga bulan. Dikejar sama ulangan susulan. Ada di tengah-tengah bosan, capek ke rumah sakit. Di situ ibu menyemangati, sudah setengah jalan masa mau nyerah," kata Rini.

Setelah tiga tahun yakni pada 1999 dia dinyatakan pulih dari kanker. Kendati sudah pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa, Rini mengaku tetap melakukan pemeriksaan kesehatan setiap tahun.

Selanjutnya, bagaimana pola hidup usai pulih dari leukemia
<!--more-->

Rini mengaku menjalani pola hidup sehat usai dirinya pulih dari leukemia, semisal berolahraga rutin, menjaga pola makan dan beristirahat cukup.

Untuk olahraga dia memilih senam dan bersepeda. Sementara untuk asupan makanan, dia menghindari makanan instan, membatasi asupan gula, garam dan lemak serta memperbanyak jus sayuran.

"Jus sayur-sayuran, sarapan sereal, untuk kenyamanan diri. Sekarang bisa berkegiatan normal seperti travelling. Saya enggak mau mengambil risiko makan makanan enak tetapi efeknya enggak bagus untuk badan. Mending saya hindari. Saya pernah sakit [leukemia] dan itu enggak enak," papar Rini yang sekarang mengaku lebih menikmati hidupnya itu.

Baca juga: Kanker Darah: Selain Keluarga, Siapa Lagi Bisa Jadi Donor?

Berita terkait

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

8 jam lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Lagi, Pembocor Kasus Boeing Mendadak Meninggal Dunia

13 jam lalu

Lagi, Pembocor Kasus Boeing Mendadak Meninggal Dunia

Seorang pelapor yang menuduh pemasok Boeing mengabaikan cacat produksi 737 MAX telah meninggal dunia

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

2 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

3 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

5 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

9 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

10 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

10 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

13 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

15 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya