TEMPO.CO, Jakarta - Country Manager JobStreet.com, Farida Lim, melihat bahwa kebiasaan milenial cenderung bergonta-ganti pekerjaan atau disebut "kutu loncat" dapat merugikan diri mereka sendiri. "Tren kutu loncat ini harus mendapat perhatian karena tidak akan menambah value yang optimal," ujar Farida dalam temu media di Jakarta, Kamis 13 Desember 2018.

Baca: Bidik Generasi Milenial, Peretail Ubah Strategi Pemasaran

Value yang dimaksud Farida adalah mereka tidak benar-benar mendapat pengalaman kerja. Pasalnya, menurut dia, generasi milenial cenderung berganti pekerjaan setiap tiga bulan sekali. "Karyawan yang berpindah kerja terlalu cepat tidak memiliki skill yang mendalam dan tidak belajar hal yang fundamental," kata dia.

Meski demikian, menurut Farida, generasi milenial memiliki nilai jual tinggi. "Mereka sangat cerdas dan kreatif karena telah terpapar teknologi," ujar dia.

Oleh sebab itu, perusahaan kini berusaha mengikuti keinginan para milenial agar mereka dapat bergabung untuk menyumbang ide dan berkontribusi kepada perusahaan.

Baca: Menabung Saja Tidak Cukup, Ini 3 Hal Pertimbangan Investasi

Menurut Farida milenial menyukai jam kerja yang fleksibel, dan bahkan ruang kerja yang menarik mengusung konsep coworking space seperti kantor Google. "Hal seperti itu merupakan tantangan perusahaan dalam rekrutmen. Nampaknya akan ekstra effort mendapat karyawan, 80-90 persen sudah mulai transformasi ke market milenial," ujar Farida.