Promotor Celine Dion dan Ed Sheeran, Pendidikan Tak Sesuai Karier
Reporter
Tabloid Bintang
Editor
Rini Kustiani
Rabu, 2 Januari 2019 09:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Konser Celine Dion pada 7 Juli 2018 terlaksana berkat kerja keras 2 cowok ini. Mereka adalah Peter Harjani, 30 tahun, dan Harry Sudarma, 27 tahun dengan bendera PK Entertaiment. Setelah suskes mendatangkan Celine Dion, mereka akan menggelar konser Ed Sheeran di Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Mei 2019.
Baca: Tiket Konser Celine Dion Kemahalan? Ini Penjelasan Promotor
Uniknya, Peter Harjani dan Harry Sudarma sama-sama tak punya latar belakang dunia seni. Jalur pendidikan mereka justru jauh dari ingar-bingar dunia hiburan. Peter Harjani adalah jebolan Western University di Australia dari jurusan akuntansi. Adapun Harry Sudarma adalah seorang dokter.
"Aku enggak pernah menuntut ilmu yang berhubungan dengan penyelenggaraan acara, tidak pernah mengerti tentang acara. Aku kuat di hitung-hitungan saja. Untuk acara aku belajar otodidak," kata Peter. Setelah lulus, dia sudah mempraktikkan bagaimana membosankannya bekerja sebagai akuntan yang selalu duduk di belakang meja. "Bikin stres. Aku merasa ini bukan aku."
Peter Harjani lantas mengingat pengalamannya ketika bekerja paruh waktu sambil kuliah. Saat itu, dia bekerja di sebuah pusat konvensi dan memperhatikan orang-orang yang mengadakan acara di tempat itu. "Itu seru banget. Saat itu juga aku ingin balik ke Indonesia dan bikin acara," ucap Peter.
Peter Harjani dan Harry Sudarma. Tabloidbintang
Ketika menyatakan niatnya ingin menjadi penyelenggara acara, kedua orang tua Peter Harjani kaget karena dia sudah punya pekerjaan yang bagus sebagai akuntan dan hidup nyaman di Australia. Orang tua Peter mengingatkan kalau bekerja sebagai promotor penuh risiko. "Mereka ragu aku bisa mewujudkan dan mereka enggak setuju aku balik ke Indonesia," ucap Peter Harjani.
Peter Harjani berkukuh. Lelaki kelahiran 11 Januari 1988 ini mencari tahu segala informasi tentang kerja promotor dan mengetahui kalau peluang di bidang ini masih sangat besar. "Waktu itu promotor besar baru sedikit. Salah satunya Java Musikindo," kata dia.
Keinginan Peter seolah sejalan dengan saudara-saudaranya yang tinggal di Singapura. "Mereka juga ingin bikin agensi penyelenggara acara. Lalu aku bergabunglah dengan mereka," kata dia. Mengetahui kenekatan anaknya, ayah Peter Harjani lantas memberikan ultimatum. "Kalau sekali bikin acara enggak berhasil, balik ke Australia."
Pengalaman pertama menjadi promotor membuat Peter Harjani deg-degan. Terlebih yang akan tampil saat itu adalah Justin Bieber. "Aku takut gagal. Soalnya pasti disuruh balik ke Australia," ucap Peter. Beruntung konser Justin Bieber yang berlangsung pada 23 April 2011 itu sukses. Peter Harjani kian mantap bergelut di bidang penyelenggara acara.
Bersama saudara-saudaranya di Singapura, Peter Harjani belajar mengemas acara sampai ke urusan yang paling detail. "Belajar memahami risiko kapasitas, urusan tiket, ada yang sold out, tapi kok enggak untung? Risiko salah perhitungan, dan lainnya," kata Peter.
Tiga tahun belajar bersama saudara-saudaranya, Peter hakul yakin ilmunya sudah cukup untuk membuat agensi sendiri. Pada 2014, dia balik ke Jakarta dan mendirikan PK Entertainment dengan modal dari tabungan sendiri dan bantuan orang tua. "Waktu itu hanya ada aku, adikku, lalu masuk Harry Sudarma, yang bekerja sebagai dokter umum," kata dia.
Sekarang, Harry Sudarma menduduki posisi direktur pemasaran. PK Entertainment mulai bekerja dari sebuah ruko seluas 24 meter persegi yang merupakan sisa ruangan di kantor ayah Peter.