Batas Tipis Candaan atau Penghinaan

Reporter

Tempo.co

Editor

Dini Pramita

Jumat, 18 Januari 2019 16:05 WIB

Sejumlah orang tertawa bersama saat ikut berpartisipasi dalam acara tahunan Polar Bear Plunge pulau Coney di Brooklyn Borough New York City, AS, 1 Januari 2017. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Seringkali kita tidak dapat membedakan ucapan seorang teman kepada kita yang mengundang gelak tawa hanya candaan atau mengandung unsur penghinaan sekaligus. Acapkali sebuah candaan justru menyulut permusuhan.

Baca: Heboh Khabib Nurmagomedov, Tilik 5 Jurus Menghadapi Penghinaan

Ahli psikologi sosial dari University of Sydney Christopher John Hunt mengatakan seringkali ketika seseorang menyadari ucapannya menyakiti hati lain, akan berkata, "hanya bercanda." Menurut Hunt, ini merupakan strategi pertahanan paling lazim digunakan oleh seluruh penduduk bumi. "Sementara itu, orang yang keberatan dengan lelucon tersebut akan dianggap sebagai pembungkam kebebasan berbicara," kata dia.

Menurut Hunt, seringkali orang tidak melihat bahaya yang tersimpan dalam sebuah lelucon dan ungkapan kasar. Dalam sebuah penelitian yang ia lakukan pada sekelompok remaja, ia menemukan penggunaan kata ‘homo’ dianggap hanya sebagai humor dan tidak dikaitkan dengan homophobia. “Padahal, tetap ada dampak halus yang tidak kita sadari ketika mengucapkannya meskipun tanpa ada maksud untuk menyerang,” kata dia.

Ia membuktikannya lewat komentar-komentar seksisme yang diarahkan pada Julia Gillard yang membuat sebagian besar perempuan mengurangi minat mereka dalam politik dan kepemimpinan. “Ini menunjukkan bagaimana lelucon dan humor seksisme membuat perempuan enggan berbicara, atau menempatkan mereka di garis tembak yang lebih rawan lagi,” kata dia.

Advertising
Advertising

Baca juga: Ditegur Sri Mulyani Karena Candaan Seksis, Anang Latif Buka Suara

Hunt mengatakan humor tertentu sering digunakan untuk menguatkan ikatan sesama. Misalnya humor seksis dan homophobic yang dibuat oleh kelompok laki-laki. “Dalam hal ini, lelucon tersebut digunakan untuk mengikatkan ikatan karena perempuan dan laki-laki gay dianggap sebagai ‘yang lain’,” kata dia.

Menurut dia, secara eksplisit hal ini menunjukkan adanya ejekan terhadap kelompok luar tersebut yang dianggap sebagai sesuatu yang konyol. “Seringkali ini menjadi ancaman yang mungkin tidak diakui,” kata dia. Hunt mengatakan, pada intinya, ketika seseorang tidak nyaman dengan lelucon yang dilontarkan maka hal tersebut patut dipertimbangkan apakah pantas disebut sebagai lelucon.

Berita terkait

Pengadilan Bebaskan Berbicara di Berbagai Forum, Rocky Gerung Terima Kasih ke Hakim Sudah Pakai Akal Sehat

5 hari lalu

Pengadilan Bebaskan Berbicara di Berbagai Forum, Rocky Gerung Terima Kasih ke Hakim Sudah Pakai Akal Sehat

PN Jakarta Selatan menolak gugatan advokat David Tobing yang meminta hakim menghukum Rocky Gerung untuk tidak berbicara di berbagai forum.

Baca Selengkapnya

Sidang Penghinaan Jokowi, Gugatan David Tobing Diangggap Hanya untuk Mengganggu Rocky Gerung

28 Februari 2024

Sidang Penghinaan Jokowi, Gugatan David Tobing Diangggap Hanya untuk Mengganggu Rocky Gerung

Kritik Rocky Gerung terhadap kebijakan UU Omnibus Law dianggap oleh David Tobing sebagai penghinaan terhadap Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Goethe-Institut Memperingati 100 Tahun Berpulangnya Penulis Legendaris Franz Kafka

26 Februari 2024

Goethe-Institut Memperingati 100 Tahun Berpulangnya Penulis Legendaris Franz Kafka

Tahun ini menandai seabad berpulangnya penulis Franz Kafka. Goethe-Institut memperingati dengan berbagai acara di 36 negara, termasuk di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

25 Februari 2024

Beda Perundungan dan Bercanda Menurut Psikolog

Perbedaan mendasar antara perundungan dengan bercanda yakni pada niat atau intensi pelaku kepada korban. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Hadapi Dakwaan Penghinaan Kerajaan

20 Februari 2024

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Hadapi Dakwaan Penghinaan Kerajaan

Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra hadapi kasus lese majeste atau penghinaan terhadap kerajaan terkait dengan komentarnya di Seoul pada Mei 2015.

Baca Selengkapnya

Studi Menyebutkan Bayi Mengerti Humor Sejak Usia Dini, Sebab...

11 Februari 2024

Studi Menyebutkan Bayi Mengerti Humor Sejak Usia Dini, Sebab...

Sementara pada usia 11 bulan, sebagian bayi mulai bereksperimen dengan membuat lelucon sendiri.

Baca Selengkapnya

Penyelidikan Kasus Butet Kartaredjasa, Polda DIY: Deliknya Absolut

5 Februari 2024

Penyelidikan Kasus Butet Kartaredjasa, Polda DIY: Deliknya Absolut

Berdasarkan hasil gelar perkara penyelidik Ditreskrimum Polda DIY, laporan terhadap Butet Kartaredjasa tidak dilanjutkan.

Baca Selengkapnya

Diminta Jokowi Cabut Pengaduan Butet Kartaredjasa ke Polisi, Projo Yogya : Kami Masih Koordinasi

5 Februari 2024

Diminta Jokowi Cabut Pengaduan Butet Kartaredjasa ke Polisi, Projo Yogya : Kami Masih Koordinasi

Ketua Relawan Projo DIY Aris Widhartanto belum mengetahui langkah apa yang akan diambil setelah diminta cabut laporan soal Butet Kartaredjasa.

Baca Selengkapnya

Catat Rekor, Pria Thailand Dipenjara 50 Tahun karena Tuduhan Menghina Kerajaan

19 Januari 2024

Catat Rekor, Pria Thailand Dipenjara 50 Tahun karena Tuduhan Menghina Kerajaan

Hukuman yang memecahkan rekor ini terjadi setelah Thailand meningkatkan penggunaan undang-undang kontroversial tersebut terhadap pengunjuk rasa

Baca Selengkapnya

Sebut Goblok Saat Singgung Anies Baswedan, Prabowo Bisa Terancam Pidana Langgar Pasal 280 UU Pemilu, Begini Bunyinya

12 Januari 2024

Sebut Goblok Saat Singgung Anies Baswedan, Prabowo Bisa Terancam Pidana Langgar Pasal 280 UU Pemilu, Begini Bunyinya

Prabowo bisa terancam pidana karena langgar pasal 280 UU Pemilu, karena sebut giblok dan tolol saat singgung Anies Baswedan. Begini bunyi pasalnya.

Baca Selengkapnya