Bukan Pendek, Ini Hal yang Ditakutkan pada Anak Stunting

Reporter

Tabloid Bintang

Editor

Mila Novita

Minggu, 3 Februari 2019 09:05 WIB

Ilustrasi stunting diturunkan dari orang tua? (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Stunting masih menjadi permasalahan besar di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dirilis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun lalu menyebut jumlah kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak usia balita menurun dari 37,2 persen (Riskesdas 2013) menjadi 30,8 persen. Meski menggembirakan, fakta dan data ini menyisakan sejumlah catatan penting.

Baca juga: Saran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting

Setiap bayi melewati proses tumbuh kembang. Pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg, sebanyak 50 hingga 60 persen energi, yang didapat dari makanan, digunakan untuk perkembangan otak.

“Bila asupan nutrisinya kurang, otak dikorbankan lebih dulu. Jadi, pada anak yang mengalami perlambatan berat badan, IQ-nya bisa menurun hingga 3 poin. Bayangkan betapa banyak penurunan IQ yang terjadi pada anak stunting,” kata Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K), di Jakarta, pekan lalu.

Hal yang dikhawatirkan dari stunting bukan soal anak jadi pendek, melainkan risiko retardasi mental dan gangguan kemampuan kognitif. Selain fungsi kognitif, pembakaran lemak terhambat. Sehingga ketika anak stunting diberi makan banyak, ia mengalami obesitas. Terkait perkembangan otak, Damayanti mengingatkan bahwa otak dan sinaps-sinapsnya berkembang pesat pada 1.000 hari pertama kehidupan atau hingga anak berusia 2 tahun.

“Artinya, hingga usia 2 tahun, si kecil jangan sampai kekurangan nutrisi. Jika usia anak stunting sudah 2 tahun ke atas, proses pemulihannya lebih sulit. IQ-nya akan selalu di bawah anak-anak yang tidak stunting atau berdampak pada ketidakmampuan otak,” Damayanti menyambung.

Masalahnya, kesadaran dan pengetahuan orang tua seputar stunting masih rendah. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya salah kaprah yang beredar. Berkaca pada penelitian yang dilakukan Damayanti di sejumlah daerah, ada 2 salah kaprah yang sering ditemukan.

Yang pertama, stunting dipicu faktor genetik. Di Pandeglang, Banten, ia menemukan keluarga yang stunting 3 generasi. Damayanti menyebut stunting terjadi karena faktor lingkungan, bukan genetik. Yang dimaksud lingkungan, termasuk gaya hidup dan pola makan.

“Kalau ada anak stunting lalu diketahui orang tua dan kakeknya memiliki riwayat stunting, bukan berarti ini faktor genetik. Yang diturunkan bukan gen melainkan pola makan. Berkaca kepada penelitian saya, anak stunting karena ia sering diberi makan nasi dengan kuah bakso. Bagaimana otaknya berkembang kalau makanannya nasi dan kuah? Kalau pola makannya diperbaiki, kondisi si kecil bisa membaik, kok,” terang Damayanti.

Baca juga: Tangani Stunting, Makan Dua Ikan Murah dan Bergizi Ini

AURA

Berita terkait

Dampak Perceraian dan Fenomena Tanpa Peran Ayah Menurut Psikolog

8 jam lalu

Dampak Perceraian dan Fenomena Tanpa Peran Ayah Menurut Psikolog

Psikolog menyebut perceraian sebagai salah satu penyebab fenomena fatherless atau situasi anak kekurangan kehadiran dan peran ayah.

Baca Selengkapnya

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

20 jam lalu

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

Ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting. Berikut saran yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

2 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

2 hari lalu

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyatakan pemerintah akan mempercepat penyaluran Bansos atau bantuan pangan untuk penurunan stunting.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

4 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Semangat Jalani Puasa, Jangan Lupa Penuhi Nutrisi dan Hidrasi di Bulan Ramadan

23 hari lalu

Semangat Jalani Puasa, Jangan Lupa Penuhi Nutrisi dan Hidrasi di Bulan Ramadan

Kebutuhan protein hewani untuk penuhi nutrisi keluarga sangat penting. Penuhi nutrisi dan konsumsi air cukup untuk cegah dehidrasi di Bulan Ramadan.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Pemenuhan Nutrisi Keluarga Selama Puasa

26 hari lalu

Pentingnya Pemenuhan Nutrisi Keluarga Selama Puasa

Nutrisi dengan gizi seimbang tidak hanya dibutuhkan anak kecil. Namun seluruh keluarga membutuhkan nutrisi seimbang di Bulan Ramadan.

Baca Selengkapnya

Aktivitas Fisik Selama 3 Jam Sehari Bantu Tumbuh Kembang Anak

26 hari lalu

Aktivitas Fisik Selama 3 Jam Sehari Bantu Tumbuh Kembang Anak

Dokter menyampaikan anak yang melakukan aktivitas fisik kurang lebih selama tiga jam sehari dapat berdampak positif pada stimulasi tumbuh kembang anak

Baca Selengkapnya

Anak Terdeteksi Stunting, Segera Tangani agar Tak Ganggu Kecerdasan

28 hari lalu

Anak Terdeteksi Stunting, Segera Tangani agar Tak Ganggu Kecerdasan

Anak stunting adalah penanda makanan ke otak tidak cukup sehingga berdampak pada kecerdasan. Berikut saran dokter anak.

Baca Selengkapnya

7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

33 hari lalu

7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

Semangka menjadi buah yang pas sebagai pilihan di bulan Ramadhan. Pada kondisi tubuh yang mengalami dehidrasi, buah ini menjaga kesehatan dan keseimbangan nutrisi.

Baca Selengkapnya