Mengenal Imunoterapi, Metode Baru Melawan Kanker

Reporter

Antara

Senin, 23 Desember 2019 10:34 WIB

Ilustrasi kanker (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi kanker di Indonesia mengalami peningkatan dari riset sebelumnya, yakni 1,4 per 1.000 penduduk pada 2013 menjadi 1,79 per 1.000. Data Globocan 2018 juga menunjukkan terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian.

Angka kejadian kanker di Tanah Air yakni 136,2 per 100.000 penduduk. Indonesia menempati urutan kedelapan di Asia Tenggara. Kaum lelaki lebih banyak menderita kanker paru, yakni 19,4 per 100.000 penduduk. Kanker hati dengan kejadian sebesar 12,4 per 100.000 penduduk.

Sedangkan untuk perempuan, lebih banyak menderita kanker payudara yakni 42,1 per 100.000 penduduk. Kemudian kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk.

Spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Ikhwan Rinaldi SpPD-KHOM M.Epid FINASIM FACP, mengatakan seorang penderita kanker sulit untuk dikatakan sembuh karena seumur hidup akan menjadi penyintas kanker. Penyakit juga menyebabkan beban ekonomi yang cukup berat. Sekaya apapun penderita kanker, jika penderita itu mengalami penyakit kanker maka cenderung akan mengalami kebangkrutan.

"Metode pengobatan kanker sangat maju dan ke depannya lebih personal atau berbeda untuk setiap orangnya," kata Ikhwan.

Advertising
Advertising

Meski demikian, tidak semua negara memiliki kesiapan dalam teknologinya. Terobosan terbaru pengobatan kanker stadium lanjut, yakni metode imunoterapi. Imunoterapi sendiri memiliki prinsip memanfaatkan kekebalan sel tubuh pasien sendiri untuk melawan kanker.

Dalam darah putih manusia, terdapat sel T, yang bermanfaat untuk menyaring sel kanker. Namun ada kala, sel T tidak dapat melawan sel kanker. Melalui metode imunoterapi, sel imum dilatih kembali untuk dapat membunuh sel kanker.

Untuk imunoterapi sendiri terdapat beragam metodenya yakni Checkpoint Inhibitors, Cytokine Induced Killer Cell (CIK) dan vaksin. Namun, yang banyak dipakai yakni Atezolizumab atau anti PD-L1. Metode itu diklaim mampu meningkatkan angka ketahanan hidup pasien. Misalnya, yang sebelumnya memiliki harapan hidup 16 bulan meningkat menjadi 30 bulan.

Terkait efek samping metode imunoterapi berbeda dengan kemoterapi. Kemoterapi tidak hanya membunuh sel kanker tetapi juga menimbulkan efek samping seperti leukosit turun, sel darah putih turun, rambut rontok, maupun perasaan tidak enak. Untuk imunoterapi sendiri memiliki efek samping ringan, seperti alergi ringan, berat, hingga demam.

Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Arif R. Hanafi, mengatakan pengobatan imunoterapi bisa diterapkan untuk kanker stadium lanjut, terutama untuk kanker paru. Rata-rata, pasien yang datang memiliki ketahanan hidup dua hingga tujuh persen dalam lima tahun.

Melalui imunoterapi, ketahanan hidup tersebut dapat ditingkatkan menjadi 18 persen. Untuk pengobatannya pun tergantung mutasi gen pasien, yang mana untuk kanker paru lebih reaktif. Arief menjelaskan pasien akan diberi obat imunoterapi setiap tiga minggu sekali dan dievaluasi setiap tiga bulan. Lama pemberian obat dilakukan hingga dua tahun.

Biaya pengobatan dengan imunoterapi pun cukup mahal, yakni sekitar Rp 30-40 juta untuk pemberian obat setiap tiga minggu sekali. Selain cukup mahal, metode tersebut juga belum ditanggung BPJS Kesehatan, beda halnya dengan kemoterapi yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Metode imunoterapi tersebut juga semakin berkembang. Terbaru, ilmuwan dari Singapura pada Juni 2019 menemukan obat antibodi baru sebagai pengganti kemoterapi. Ilmuwan yang tergabung dalam Agency for Science, Technology and Researchs Molecular and Cell Biology (IMCB) Singapura tersebut merilis PRL3-zumab.

Antibodi yang sudah disesuaikan dengan manusia itu digunakan untuk menyerang sel kanker dalam tubuh. PRL3-zumab tersebut menargetkan protein PRL-3, antigen tumor yang mendorong pertumbuhan kanker dan ditemukan pada sekitar 80 persen dari 11 kanker umum yang diteliti.

Penelitian mengenai kanker di Tanah Air juga perlu ditingkatkan. Di sisi lain, pemerintah perlu memeratakan akses pada obat dan fasilitas kesehatan untuk penderita kanker.

Berita terkait

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

38 menit lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

2 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

3 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

5 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

9 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

10 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

10 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

12 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

15 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

16 hari lalu

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.

Baca Selengkapnya